G 20 Di Hangzhou, China.

Hangzhou merupakan ibukota terbesar di provinsi Zhejiang di pesisir timur RRT. Terletak di kepala Teluk Hangzhou di pantai China antara Shanghai dan Ningbo. Sebelum liberalisasi ekonomi CHINA, Zhejiang ialah pola kemampuan pemerintah local melawan system komunis. Namun perlawanan ini tidak begitu diperhatikan oleh pemerintah sentra alasannya letak kawasan ini yang jauh dari pusat. Daerah ini sangat sedikit sekali mendapatkan anggaran dari Pusat dan hampir mustahil untuk membuat pertumbuhan . Namun rakyat yang ada di Zhejiang bangun dengan kemampuan kemandirian.Pembangunan dilakukan oleh masyarakat dengan santunan pendanaan dari budaya arisan. Kebiasaan masyarakat china yang suka berkelompok menurut pertemanan serta hobi hidup ekonomis dan gemar menabung telah menjadikan system arisan ini bisa sebagai amunisi menuju kemakmuran. Ketika system arisan ini menunjukan keberhasilan maka disinilah yang patut kita pola dimana mereka bisa berbuat jenius tanpa santunan penasehat keuangan Wall street dan pengacara di London.

Larangan mendapatkan dana dari system perbankan telah mendorong terbentuknya system perusahaan keluarga kolektive ( koperasi ). Kemudian dengan melobi perusahaan Negara untuk menjadikan mereka sebagai anak angkat. Melalui perjanjian dengan administrasi perusahaan Negara tersebut , koperasi itu akan membungkus dirinya dengan nama, dokumen dokumen dan nomor rekening di bank dimana perusahaan Negara itu sebagai nasabah utama, Tentu terjadinya kerja sama tersamar ini alasannya didukung adanya jaminan dari system arisan yang bisa memperkuan likuiditas bank. Langkah ini tidak hanya membuat perjuangan mereka halal mendapatkan kredit bank, tetapi juga membebaskannya dari keharusan membayar pajak. Sementara para petanipun melalui system pertanian kolektive yang ditetapkan pemerintah berhasil mengelabui pemerintah dengan cara yang sama.Tentu cara ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa santunan tidak pribadi dari penguasa partai local dan intelektuak kaum muda yang tersadarkan oleh ambisi rakyat untuk mandiri. Namun melawan secara pribadi kekuatan sentra ialah tidak mungkin. Maka tidak gila bila banyak pemimpin perjuangan kolektiv tersebut ( koperasi ) itu dimotori oleh pejabat partai local yang gigih menawarkan pendidikan untuk menjadikan semangat kemandirian. Disamping itu para cowok lulusan universitas Zhejiang secara membisu diam melalui jadwal kebudayaan pergi kepenjuru china untuk memasarkan produk dan juga melobi pedagang Hong Kong untuk menjadi mediator mereka masuk kepasar international.

Keberhasilan Zhejiang telah menyadarkan Pemerintah Pusat . Deng menjadikan ini sebagai momentum yang tepat melaksanakan reformasi ekonomi. Zhejiang pun dijadikan model pembangunan bagi seluruh provinsi. Partai Komunis mulai bersedia memperbaiki kesalahan idiologi radikal pada masa lalu, termasuk kesalahan Mao dan kelompok Empat Maois, perubahan ini pertanda kala kepemimpian yang lebih praktis.Dibawah komando Deng , reformasi ekonomi dipantau dari bersahabat oleh Partai Komunis dan pemberatasan korupsipun dilakukan dengan cara simpel dan sistematis sebagai pecahan tak terpisahkan dalam system pengawasan kala reformasi. Hasilnya, hampir 40 ribu industri milik Negara yang tidak efisien telah ditutup. Sejak tahun 1996 hingga dengan 2001 sebanyak 53 juta orang yang bekerja di sector pemerintahan diberhentikan. Jumlah ini sama saja dengan seperempat penduduk Indonesia. Kini provinsi Zhejiang telah berubah menjadi menjadi kekuatan ekonomi dengan melahap sebagian besar lahan pertanian menjadi sentra industri dari segala jenis produk. Di provinsi Zhejiang , 90 persen perjuangan dan penyediaan infrastructure ( tenaga listrik, jalan toll dll) ialah dikelola oleh masyarakat/swasta. Suatu persentase yang tertinggi dibanding provinsi Artikel Babo. Perjalanan dari bandara kepusat kota , terlihat terperinci iklan banyak sekali produk menyerupai kamera digital, telephone genggam dan banyak sekali alat permesinan. Semua itu ialah produk local yang dibanjiri oleh pedagang besar dari eropa dan amerika untuk berbelanja.

Yang niscaya masyarakat Zhejiang dan begitupula dihampir semua provinsi di china telah menjadi momok yang menyeramkan bagi pencinta paham kapitalis perihal teori penguasaan modal ,yang ternyata telah dijungkir balikan oleh kekuatan system komunitas yang bergerak bagaikan roket dan hampir tidak bisa ditemukan dalam teori ekonomi kepitalis (yang menempatkan kekuatan konglomerasi sebagai pendorong pertumbuhan).Salah satu pejabat china berkata pada saya bahwa “ pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat dan pencapaian kemakmuran disemua kota dan desa ialah sangat mengejutkan kami. Tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ini bukanlah hasil kerja dari pemerintah pusat, Semuanya tiba dari antusias masyarakat yang sadar untuk memperjuangkan kehormatan keluarga dan negaranya, menurut cara cara yang kami yakini dan bukan menjiplak cara Amerika , eropa atau Negara Artikel Babo.” Dari sobat saya yang pernah bekerja di Credit Suisse dan kini memimpin satu perusahaan securitas menyampaikan bahwa “ Munculnya perlawanan system di provinsi Zhejiang bekerjsama alasannya tekanan kemiskinan dan rendahnya santunan anggaran dari Pemerintah. Apa yang mereka lakukan ialah revolusi system tanpa melalui revolusi phisik dengan cara menggerakan semangat kebersamaan untuk melawan ketidak adilan dbibidang ekonomi dan politik. Keliatannya, Xijinping memilh kota Hangzhou sebagai tempat pertemuan G20 sekarang, sebagai satire kepada negara maju Artikel Babo untuk jangan rapat kalau hanya ngeluh soal krisis global tapi buat tindakan konkrit, realistis, dan solusi nya hanya ada pada kemandirian rakyat. Itu aja

***
Saya sanggup email dari sahabat saya di China. Dia seorang analis investasi. Untuk apa G20 di adakan. Ini hanya buang buang waktu. Dari semenjak krisis global 2008, tampaknya anggota G20 tidak punya persepsi yang sama untuk mengatasi imbas dari crisis global. Saat kini Negara anggota yang masih menikmati pertumbuhan ekonomi ialah China dan Indonesia. Selebihnya masih belum bisa keluar dari jebakan structural akhir pasar yang menyusut dan kelebihan produksi. Benar benar masa depan yang suram. Saya hanya tersenyum baca email tersebut. Karena duduk kasus fundamental dari kekacauan Ekonomi dunia ketika ini ialah di picu oleh konsep utopia Globalisasi investasi sehingga dunia perjuangan tidak lagi melihat bangsa dan idiologi dimana ia harus mengembangkan usahanya. Ukurannya ialah akomodasi mendapatkan kanal barang modal, materi baku , tenaga kerja dan uang. Itu semua berkaitan dengan sumber daya bisnis yang bisa menjamin pertumbuhan perjuangan dengan mencetak laba. Sampai dengan tahun 2015 total invetasi asing di China mencapai USD 3,8 Triliun. China memang piawai memanfaatkan Globalisasi , dimana asing di manjakan melaksanakan investasi dengan jaminan segala akomodasi namun uang sendiri di kerangkeng biar hanya berputar di China untuk terus menawarkan imbas berganda kepada rakyat. Inilah yang membuat China bisa melaksanakan lompatan jauh kedepan meninggalkan Negara maju Artikel Babo.

Kota Hangzhou, China tempat pertemuan G20
Awal reformasi Deng di canangkan hingga dengan tahun 2005, pertumbuhan Invetasi asing di china setiap tahunnya diatas 34 %. Terjadi fenomena invetasi dunia. Ratusan perusahaan yang terdaftar di China berhasll menarik dana ratusan miliar dollar dari pasar modal  di luar negeri. Bagaimana ini bisa terjadi? Padahal China menganut idiologi komunis yang anti demokrasi ? kata kuncinya ialah kecerdasan pemerintah menyediakan subsidi terselubung melalui tersedianya industry hulu yang menghasilkan produk murah, menyerupai industry baja, Industri kimia dasar, Industri pengolahan hasil tambang, Industri dasar Artikel Babo sehingga invetasi asing untuk industry hilir mengalir deras memanfaatkan produk hulu yang murah ini. Di samping itu Pemerintah china juga menawarkan subsidi terselubung berupa logistic system yang luas dan murah. China merakayasa biar mata uangnya melemah sehingga produknya semakin kompetitiv di pasar international. China juga menawarkan subsidi Bunga dan biaya riset bagi pengembangan UKM biar menjadi supply chain  bagi industry yang terus tumbuh di seluruh China. Dari santunan UKM ini saja, dalam 20 tahun China berhasil melahirkan 90 juta wirausaha gres dengan daya serap angkatan kerja mencapai 900 juta orang atau lebih dari separuh angkatan kerja nasional. Orang terkaya dunia memang tidak di pegang China tapi jumlah populasi orang kaya dan kelompok menengah ada di China.

Untuk memperkuat kanal dalam negeri terhadap modal asing, hingga dengan final tahun 2005 ada total 71 bank Asing dari 20 negara maju membuka cabang di China, termasuk Bank Mandiri yang berdiri di Shanghai. Sementara bank BUMN China berusaha membuka cabang di luar negeri dan berperan sebagai gateway untuk mengalirnya dana asing masuk ke China. Semua cara di lakukan China biar arus investasi asing masuk ke china. Apakah ini melahirkan kemakmuran? Itu relative. Namun setidaknya hampir 1 miliar orang China yang tadinya hidup bergantung dari hasil pertanian dan buruh dengan penghasilan USD 2 perhari, kini penghasilan telah melonjak berpuluh kali lipat. China memang nampak andal dengan menempatkan dirinya sebagai kekuatan ekonomi kedua dunia. Semua itu tidak didapat dari gratis. Tak terbilang derita rakyat akibat  proyek besar membangun insfrastruktur harus menggusur tempat tinggal mereka , dan menempatkan mereka sebagai buruh dengan penghasilan 10 % dari upah pekerja yang ada di Eropa dan Amerika. Tak terbilang aktifis kemanusiaan yang di bunuh sehingga tidak ada lagi orang yang berani berbeda pendapat dengan rezim komunis China. Berpuluh tahun pembangunan tiada henti terjadi di semua wilayah , yang di pandang bisu orang ratusan juta rakyat.

Setidanya kemajuan China Selama ini menjadikan budaya gres di Eropa dan AS, orang malas produksi alasannya mereka bisa mendapatkan barang murah dari China. Akibatnya banyak Industri menengah yang melarat da ada juga yang hengkang ke China biar bisa lebih efisien dari segi upah buruh dan supply chain. Akibat index Manufacture yang melorot, Negara maju menjadikan konsumsi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Tapi sebagian besar konsumsi itu tidak didapat dari kemampuan financial real tapi melalui berhutang. Generasi muda dari kaum pintar di kota kota besar ialah generasi bokek. Mereka hidup dalam kebebasan berkonsumsi untuk memenuhi imajinasi orang sukses ,namun semua di sanggup dari berhutang. Sehingga memanggal lebih dari separuh gajinya. Mereka kehilanga keatifitas untuk menjadi pionir  karena biaya hidup yang sudah terlanjur mahal dan cicilan hutang yang membuat stress. Di satu sisi, pemerintah tidak menyadari peradaban modern yang di simbolkan dengan subway, mall raksasa, gedung pencakar langit, kampus yang sesak dengan biaya selangit, menggiring orang semakin tergantung kepada pemerintah. Para petualang politik mulai melirik sosialis untuk membujuk orang malas yang kaya mimpi untuk menjadi pemilih, dan tentu pada jadinya di bodohi.

Kegagala zona Eropa menstabilkan Ekonomi dan AS yang stuck, Jepang masuk krisis spirald, semua  menyalahkan China sebagai biang kerok semua kekacauan ekonimi global. Seorang direktur muda yang saya temui pada waktu seminar di Beijing, berkata kepada saya bahwa semangat Globalisasi yang di canangkan Barat dan AS dulu mendesak China masuk secara purna, dengan tujuan membuat peradaban dunia gres ( New world orde kala ) , ternyata justru membuat dunia masuk dalam kala gelap. Pertemuan G20 yang di adakan di China mengkonfirmasi bahwa keadaan ekonomi semakin memburuk dengan tidak ada perbaikannya harga komoditas ekspor.  China lebih dua kade berkorban dengan konsep new world orde kala itu dan hingga kini belum menikmai kemakmuran yang di janjikan itu. Sementara dunia mulai menyalahkan China. Solusi nya ialah china tidak seharusnya merakayasa melemahkan mata uangnya. Meminta China membuka pasarnya lebih luas biar keseimbangan perdagangan dunia terjadi. Memaksa China menawarkan kebebasan capital flow. Lebih peduli kepada konsep imbas jelek rumah beling dan lingkungan hidup. Lebih menjamin demokrasi dan hak azazi manusia.

Saya tidak tahu di mana kami salah?  Demikain kata sobat di Hong kong. Tidak ada pemerintah di dunia yang sempurna. Tidak ada tesis yang paling tepat untuk setiap Negara. Yang ada hanyalah soal pilihan. Dulu ketika Eropa dan Amerika sukses dalam ekonomi dan menikmati kemakmuran dari pertumbuhan ekonominya, kita di Asia dalam keadaan terpuruk. Kita tidak menyalahkan siapapun. Kita terus berbuat dan berkerja dengan pilihan kita. Ketika kita di ASIA mulai mencicipi sedikit kemakmuran, Amerikadan Eropa terpuruk dan  mereka menyalahkan ASIA, khususnya China. Saya rasa ini bukan kasus system ekonomi tapi alasannya rusaknya budaya kreatifitas dan kemauan menyebarkan atas dasar gotong royong. Sifat rakus dan individualisme Itulah penyebabnya dan dunia kini mendulang prahara alasannya budaya tersebut. G 20 seharusnya membuat komunike perihal perlunya perbaikan moral dalam membuat kebijakan ekonomi dan social. Geopolitik dan Geostrategis seharusnya melahirkan perdamaian bagi semua orang, di belahan dunia manapun. Mungkinkah.?.



Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait