Kontroversi Larangan Nama Anak Kebarat-Baratan

Kontroversi Larangan Nama Anak Kebarat-baratanIlustrasi (Foto: dok. Thinkstock)

Jakarta -Pujangga asal Inggris William Shakespeare pernah berkata, "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." Bila diterjemahkan secara bebas, kurang-lebih berarti, "Apalah arti sebuah nama? Andaikata kau memperlihatkan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi."

Namun bagi para wakil rakyat di sebuah kabupaten di Jawa Tengah, Karanganyar, nama begitu penting, terutama bagi seorang manusia. Sampai-sampai mereka berencana membikin hukum biar para orang renta memberi nama anaknya dengan landasan kearifan lokal.

"Nama-nama Jawa itu sudah tergerus oleh nama asing. Dengan adanya hukum ini, supaya kita paham bahwa dari nenek moyang itu kan punya ciri khas tersendiri," ujar Ketua DPRD Karanganyar Sumanto ketika dihubungi detikcom melalui telepon, Rabu (3/1/2018).

Untuk itulah DPRD Karanganyar mewacanakan hukum biar orang renta tidak memberi nama anaknya yang kebarat-baratan. Aturan tersebut akan dimasukkan dalam rancangan peraturan tempat (raperda) wacana pelestarian budaya dan kearifan lokal.

Aturan itu masih dalam tahapan pembahasan, termasuk soal sifat hukum itu sebatas imbauan atau larangan. Menurut Sumanto, proses pembahasan masih panjang.




"Mungkin saja nama itu sanggup dicampur, yang penting ada unsur Jawanya," ujar dia.

Wacana yang muncul di DPRD Karanganyar itu memantik komentar Komisi II DPR. Ahmad Riza Patria, yang menjabat Wakil Ketua Komisi II DPR, menilai wacana itu berlebihan.

"Saya kira itu berlebihan. Nama seseorang itu menjadi hak orang tuanya. Itu kan biasanya menyangkut keturunan," ujar Riza, Senin (7/1/2019).

Menurut Riza, urusan nama tidak perlu diurusi negara. Apalagi, lanjut Riza, nama berkaitan dengan keturunan.

"Kalau ia ada keturunan China, ya masuk akal ada China-Chinanya. Kalau ada keturunan Arab, ya masuk akal jikalau kearab-araban. Kalau ada keturunan dari luar, Portugis atau apa gitu, kan wajar. Atau ia menokohkan idola-idola, atau tokoh-tokoh, raja-raja di luar negeri, di dunia itu ya hak," tuturnya.

Riza menyebut yang terpenting yaitu para orang renta sanggup mendidik anak biar menjadi generasi yang lebih baik. Dia pun berencana meminta klarifikasi pemda Karanganyar terkait wacana tersebut.

Sumber detik.com

Artikel Terkait