Mahasiswa Yang Dikabarkan Kerja Paksa Di Taiwan Tak Lewat Kemenristek

Mahasiswa yang Dikabarkan Kerja Paksa di Taiwan Tak Lewat KemenristekMenristek Dikti, G Nasir. Foto: Usman Hadi/detikcom

Semarang -Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan cek kabar 300 mahasiswa Republic of Indonesia yang 'kerja paksa' di Taiwan. Diduga mereka tidak melalui programme dari Kemenristekdikti.

Menristekdikti, G Nasir mengatakan hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan resmi terkait 300 mahasiswa tersebut. Padahal jika melalui programme Taipei Economic together with Trade Office (TETO), peristiwa itu akan terpantau Menristekdikti.

"Yang kami dapatkan (informasi) karena masuk di Taiwan tidak melalui lembaga pendidikan tinggi atau melalui Ristekdikti, menjalankan sendiri sehingga tidak terkontrol. Maka kalau itu dilakukan kerja paksa maka kami tidak bisa mengendalikan. Yang melalui Kemenristekdikti selalu saya dampingi melalui TETO namanya," kata Nasir usai acara Launching dan Product Expose di kantor PBNU Jateng, Jalan dr Cipto Semarang, Rabu (2/1/2019).


Meski ada dugaan para mahasiswa kuliah di Taiwan tidak melalui Kemenristekdikit, Nasir menegaskan pihaknya akan tetap menelusuri kabar itu dan rencananya akan menghubungi pihak TETO untuk memastikan. Kerjasama di bidang ekonomi yaitu TETO salah satunya memang membidangi pendidikan dan tahun ini Kemenristekdikti akan mengirimkan 320 mahasiswa ke Taiwan.

"Katanya kuliah sehari dua hari lainnya kerja, itu informasi belum sampai kepada saya karena mereka tidak melalui Kemenristekdikti. Tetap akan kami cek, setelah ini kami akan koordinasi dengan TETO Taiwan di Jakarta," tegasnya.


Untuk diketahui, media lokal setempat, Taiwan News mengabarkan enam perguruan tinggi kedapatan memperkerjakan mahasiswa di pabrik-pabrik. Dikabarkan 300 mahasiswa asal Republic of Indonesia berusia di bawah twenty tahun yang berkuliah dipaksa bekerja hari Minggu hingga Rabu pukul 07.30 hingga 19.30 dengan istirahat two jam.

Hal itu terungkap dari penyelidikan yang dilakukan oleh anggota parlemen Taiwan, Ko Chieh En. Para Mahasiwa itu ditugasi mengepak 30.000 lensa kontak sambil berdiri setiap hari. Tak hanya itu, menurut Ko, mayoritas mahasiswa RI adalah muslim, tapi mereka terpaksa makan yang mengandung potongan babi. Berdasarkan pernyataan pihak sekolah yang dikutip Taiwan News, jika para mahasiswa tak mau bekerja, pihak perusahaan akan memutus kerja sama dengan pihak kampus.

Sumber detik.com

Artikel Terkait