Memburu Harta (24)


Seorang laki-laki tegap berkulit gelap menungguku dan Huang di pintu depan. Memandu kami menuju lantai atas. Di lantai satu, kami berjalan melewati sebuah lukisan abnormal raksasa berwarna cerah. Kemudian naik lagi ke sebuah tangga mewah. Tempat ini sedikit ibarat lobi hotel mewah, dengan dekorasi teak  yang mahal dan balutan chrome  yang mengkilap.
Interior elegan ini tidak menyiratkan sebuah kawasan bertemunya para intelijen papan atas, yang biasanya menentukan kawasan di taman atau di pelataran parkir untuk bertemu. Tempat ini yaitu sebuah financial club. Di sini, semua informasi disampaikan dengan berbisik-bisik dengan penyekat ruangan yang anti sadap. Maklum para pemain keuangan selalu bicara perihal hal-hal yang bersifat confidential. 
Kami dipandu ke sebuah ruangan VIP room untuk lunch time. Dengan ramah laki-laki tegap itu mempersilahkan kami masuk, sementara laki-laki itu tetap berada di luar. Di dalam ruangan, nampak seorang perempuan setengah baya dengan ramah menyapa kami.
“Silahkan duduk, ”
Huang menyalami perempuan itu. “Anda masih ibarat dulu yang saya kenal. Tetap cantik,” puji Huang sambil membungkukkan badan. “kenalkan, ini Jaka.” Saya menepati janji untuk membawanya dalam pertemuan,” lanjut Huang. Wanita itu melirik kearahku dengan senyum ramah, dan segera menjabat tanganku. 
“Sepuluh tahun semenjak terakhir pertemuan kita di Istanbul, ya kan?” Wanita itu tersenyum sambil menuangkan teh hangat. Lalu menyajikannya untuk kami sambil membungkuk.
“Anda ingat saja dongeng kita, juga teh kegemaran saya.”
“Tentu, Prof. Anda yaitu laki-laki yang tak pernah hilang dalam ingatan saya.”
Mereka termenung saling menatap sesaat. Huang kemudian berkata santai, mencoba mencairkan suasana, “God bless America.”
Wanita itu menatap Huang dengan wajah kecut, “Saya pikir tidak ada lagi God bless bagi America. Citigroup, Bank of America, IBM sudah diambil alih oleh Cina. Bahkan sekarang, setiap bulan, satu industri kaos kaki diambil alih Cina,” komentarnya lirih. 
Dia juga terlihat tambah geram, “Setelah industri kapitalis AS rontok dimakan pengusaha Cina, giliran konglomerisasi minyak merampok kami dengan harga yang terus meroket. God far from us,” simpulnya.
“Ya, AS gemar bicara dan sesumbar mengkampanyekan nilai-nilai mereka untuk diterapkaan di semua negara. Sementara Cina diam, silent of gold, terus bekerja keras dengan cara dan sistem yang diyakininya. Seiring perjalanan waktu, ternyata kini Cina yang terbukti lebih baik dari Amerika,” kata Huang sambil tersenyum.
“Anda kan tahu. Bahkan selalu jadi materi cemoohan, bahwa kami melarang kebebasan informasi. Seperti larangan media massa AS masuk ke Cina. Bahkan blog saja dilarang tampil di Cina. Kampus hanya dijejali oleh buku anutan bangsa Cina sendiri atau buku dari Amerika tapi sudah diedit oleh Cina. Tapi kini, sejarah mengambarkan keyakinan kami, sebagaimana kegeraman Anda itu, bahwa God far from U.S,” kata Huang.
“Tapi, bukankah itu hanya sementara? Biasanya AS selalu berhasil keluar dari kesulitan. Bukankah mereka memang terlatih menghadapi banyak sekali kesulitan. Karena itulah mereka menjadi bangsa yang besar,” lanjut Huang.
“Selama ini sebagian besar dari kita, terutama mereka yang di latih oleh universitas di AS beranggapan, bahwa semua hal perihal Amerika yaitu baik. Sehingga baik pula untuk diterapkan di negeri manapun. Baik itu kapitalisme, sistem pemilihan distrik, hingga kentang goreng. Pierr Bourd Bourdieau, seorang pemikir Prancis cemerlang, pernah menulis dengan marah, apa yang dianggapnya sebagai La ruses de la raison imperialiste. Menurut dia, satu-satunya buah budi nalar imperialis yaitu McDonaldlisasi pemikiran. Sebuah cara berpikir yang terbentuk karena dominasi AS di banyak sekali bidang dalam dana riset, penguasaan media massa, penerbitan buku dan kekayaan dunia akademik,” kata perempuan itu.
“Yang saya ketahui perihal Amerika, bahwa kapitalisme bukanlah sistem yang di-create sedari awalnya untuk kesejahteraan rakyat AS, tapi untuk kepuasan segelintir orang. Sebuah sistem untuk mendorong tumbuh suburnya kekuasaan pemodal. Semua hal yang dirancang di dalam negara ibarat TV, Universitas, forum riset dan lain-lain bahwasanya dipersiapkan untuk melancarkan penerapan sistem kapitalisme. Kemudian, Amerika dijadikan alat pelontar paham itu ke seluruh dunia.”
“Benar, Prof!” kata perempuan itu tersenyum getir. “Satu setengah era yang lalu, Marx sudah meramalkan hal ini akan terjadi. Bahwa yang menjadi sumber dari transformasi globalisasi itu bukanlah sebuah negari ibarat AS atau Artikel Babo, melainkan sebuah pergerakan yang tiba dari dan untuk kepentingan pemodal. Lantaran modal, banyak negara mengesampingkan semua hal perihal kekuatan budaya dan agama. Kehebatan budaya yang mengakar di dalam masyarakat tidak lagi dijadikan pengikat dan pengokoh. Mereka lebih mempercayai Demokrasi pendukung liberalisasi ala Amerika sebagai sesuatu yang final. Dan terus bergerak meninggalkan mereka yang kalah bersaing melawan kekuatan modal.”
Mereka berdua terdiam. Sejenak kemudian, Huang menatap perempuan itu. 
“Baiklah. Apa yang harus kita lakukan ke depan? Adakah hal penting untuk kita sharing?” tanya Huang ingin secepatnya tahu maksud pertemuan ini. “Madam ingin mengulang kembali operasi kita ibarat sepuluh tahun yang lalu. Kita akan saling mendukung untuk tujuan yang sama, ya kan? Dan ini tentu soal, Jaka.”
“Benar. Kami akan mengirim anggota kami untuk bergabung dengan team Anda.”
Huang tidak menjawab. Ia terlihat berpikir keras. Ingin bertanya lebih jauh perihal perlunya team gabungan. Bukankah dulu pernah dicoba tapi hasilnya juga tak ada.
“Prof, dokumen itu ada pada kami dan Jaka ada pada Anda. Ini mengharuskan kita bersatu,” sambung perempuan itu melirik kearahku dan mencoba meyakinkan Huang.
“Apa ada alasan lain yang lebih kuat?”
“Kami telah menunjukkan dokumen confirmation fund kepada Jaka. Bukti bahwa kami benar-benar serius.”
Huang menatap perempuan itu. Dia melihat tatapan mata yang tulus, tak ada maksud lain. Tapi apakah benar, dokumen decade asset ada di tangan kelompok perempuan ini? 
Tapi toh, Huang tidak melihat resiko kerugian, bila harus bersama dengan team perempuan ini. Apalagi pengalaman sebelumnya mengambarkan mereka yaitu team yang hebat walau tak berhasil merampungkan operasi. Bahkan nyaris berhasil, kalau saja pihak settler yang dipercaya tidak berkianat.
“Baiklah, saya setuju.”
“Terima kasih,” jawab perempuan itu menjabat tangan Huang.
“Kami akan membentuk team Madam Rose untuk operasi ini.”
“Baik. Selanjutnya, kita akan selalu berkoordinasi di setiap langkah.”
“Ya, ibarat dulu lagi,” kata perempuan itu tersenyum 
Wanita itu menjabat tangaku dengan erat.” Jaga dirimu baik-baik ya, Jaka?” katanya lembut.
***
Dari Huang, saya menerima informasi bahwa Madam Lyan telah menerima laporan terakhir dari teamnya bahwa kode untuk meng-access decade aset pada Fed system belum juga ditemukan. Padahal teamnya merupakan lulusan universitas terbaik dengan kualifikasi terbaik pula. Bekerja siang malam memakai alat super canggih berharga hampir dua miliar dolar. Tapi dokumen yang didapatnya dariku memang terlalu sulit untuk dipecahkan. Ada misteri yang menyelimuti dokumen itu hingga teknologi era kini pun tidak bisa berbuat banyak.
Namun yang pasti, dokumen ini mengambarkan bahwa decade asset itu memang ada. Tercatat dengan rapi. Aset ini mulai masuk ke dalam Fed system secara resmi menurut Hilton Memorial tahun 1962 di Jenewa. Sebuah kesepakatan antara Soekarno sebagai wakil pemilik aset dari beberapa negara dengan JF Kennedy sebagai wakil pemerintah Amerika. Kesepakatan ini disaksikan oleh gubernur Bank Sentral Swiss. 
Ini yaitu kesepakatan yang sangat strategis untuk menyelamatkan krisis mata uang Amerika ketika itu. Protokol penempatan aset ini ke dalam sistem, dilakukan dengan pembukaan bullion account  di The Fed oleh Soekarno dan atas nama Soekarno. Dengan demikian, maka Aset itu tercatat sebagai belahan dari combined collateral  pada Fed sistem dan Bank International for Settlement yang memberi hak kepada Amerika untuk mencetak Dollar.
Dalam Hilton Memorial itu ada beberapa nama pemilik aset yang menunjukkan mandat kepada Soekarno. Tapi dari dokumen yang didapat dariku, Madam Lyan sadar bahwa nama-nama itu hanyalah sandi yang mewakili nama negara sebagai pemilik aset tersebut. Dokumen ini yaitu buktinya. Itulah sebab, selama hampir 30 tahun tidak ada satu pun pihak yang berhasil menguasai aset itu walau memakai kuasa nama andal waris pemilik yang tertera dalam Hilton Memorial. Ini karena The Fed system, mengenali nama-nama itu hanyalah sebagai sandi.
Setelah Aset itu ditempatkan ke dalam sistem, Kennedy pun bergerak lebih jauh, untuk meng-eliminate posisi the Fed sebagai private company.  Rancangan Undang Undang telah diusulkan kepada senat untuk mengesahkan pengambil-alihan The Fed oleh negara. Ini dilakukan Kennedy sesuai kode Soekarno yang tidak ingin aset ini dikontrol oleh Group Fidelity yang notabene yaitu pemilik The Fed.
Sistem database berbasis komputer diperkenalkan pertama kali oleh IBM pada tahun 1962 untuk mendukung kegiatan Apollo.  Komputer inilah yang dipakai The Fed untuk membangun sistem bullion account, dimana aset itu ditempatkan dan dicatat. 
Rancangan Undang Undang yang diusulkan Kennedy ternyata mengalami perlawanan dari orang-orang group Fidelity yang ada di senat. Maka untuk sementara, demi menjaga keamanan dan kepentingan Hilton Memorial, hanya Kennedy sebagai presiden yang berhak mengakses sistem tersebut. Namun, sebelum Rancangan Undang Undang itu disahkan, Kennedy keburu terbunuh dikala berkunjung ke Texas. Dan hingga hari ini, pembunuhan tersebut masih menjadi misteri.
Sejak ajal Kennedy, aset itu dimanfaatkan oleh group Fidelity untuk memperkuat posisi the Fed sebagai penjamin mata uang melalui sistem forfaiting trading program.  Hanya saja perdagangan ini dilakukan dengan sangat rahasia, tidak pernah dipublikasikan. Hanya orang dalam group saja yang sanggup memakai sistem ini. Tapi, sistem ini juga tidak pernah berhasil menciptakan perdagangan surat berhaga itu masuk ke dalam kuridor Bank International ForSettlement. Tak lain karena terbentur persoalan legalitas kepemilikan. Pun, the Fed tidak bisa menghindar dari persoalan ini karena The Fed juga belahan dari Bank International for Settlement.
Itulah sebabnya, Group Fidelity membangun sistem clearing tersendiri yang terhubung ke Fed system. Clearstream, DTCC dan Euroclear dibuat sebagai global clearing settlement bermata uang dolar. Sejatinya, ini merupakan perang sistem antara The Fed dengan BIS, untuk merebut legitimasi sistem keuangan global.
Lambat namun pasti, Group Fidelity berhasil menggandeng bank-bank terkemuka di dunia masuk ke dalam sistem ini. Akibatnya keanggotaan Clearstream, Euroclear, DTCC melebihi keanggotaan yang ada pada Bank  International for Settlement. Di era informasi digital ibarat dikala ini, keanggotaan itu jadi semakin meluas dan tidak hanya sebatas forum keuangan, tapi juga para pribadi yang menguasai kekayaan raksasa di dunia ini.
Dengan demikian, Group Fidelity telah berhasil membangun imperium sendiri, lengkap dengan sistem keuangannya yang mengontrol hampir semua bank terkemuka di dunia. Eksistensi Bank International For Settlement tidak lagi diperhitungkan untuk melegimitasi transakasi yang mereka lakukan.
Seseorang yang berada di bundar dalam kekuasaan U.S telah menugaskan Madam Lyan untuk membentuk team, guna menemukan kode decade asset ini. Dengan misi yang sangat jelas, yaitu apabila kode saluran atas aset ini sanggup ditemukan, akan membongkar permainan bau Group Fidelity secara keseluruhan. Dana yang berputar di Clearstream, DTCC dan Euroclear yang terkait dengan decade asset ini, otomatis akan ter-eliminate. Kekuatan Group Fidelity akan hancur. 
Pasar dan sistem keuangan global akan kembali pada aturan sebab-akibat ekonomi, di mana income didapat dari hasil produksi positif untuk memenuhi konsumsi. Dana di perbankan hanya akan mengelola kelebihan pendapatan di masyarakat untuk disalurkan ke sektor riel. Inilah sebetulnya yang diinginkan sebagian besar bangsa Amerika yang sudah bosan dengan permainan bau Group Fidelity. Yang menciptakan bangsa Amerika terjebak dalam bundar sistem moneter kapitalis. Menggiring mereka menjadi masyarakat yang malas dan boros hingga karenanya terjajah secara sistem di dunia finansial.
Dari banyak sekali dokumen yang terkait dengan aset ini, Madam Lyan semakin dalam menaruh hormat kepada Soekarno. Dia yaitu seorang petarung sejati yang seolah berdiri dari dunia lain untuk melawan rezim kekuatan sebuah kelompok yang sudah terbentuk semenjak ratusan tahun lalu. Kemampuannya mempengaruhi Kennedy untuk keluar dari group Fidelity dan menempatkan bangsa Amerika sebagai penjaga kelangsungan sistem moneter yang adil yaitu sangat luar biasa. 
Soekarno menyadari betul bahwa semenjak Amerika terbentuk sebagai negara, ia telah disusupi kelompok yang berniat mengakibatkan mereka sebagai penguasa tunggal dunia. Sebuah ambisi yang sangat bertentangan dengan impian pendiri negara Amerika. Menghancurkan group Fidelity di markasnya sendiri yaitu cara paling sempurna semoga mereka kehilangan mata rantai komando untuk menguasai dunia.
Kennedy terlahir dari keluarga yang disegani di bundar group Fidelity. Yang menciptakan kagum Madam Lyan yaitu bagaimana Soekarno sanggup meyakinkan sebuah keluarga yang dibesarkan kekuatan group, hingga karenanya bersedia mendapatkan keinginan Soekarno untuk menghancurkan group itu sendiri. Walaupun upaya ini gagal, dan berakibat pembunuhan demi pembunuhan kepada setiap putra dari keluarga ini yang masuk ke panggung politik.
Kehebatan Soekarno Artikel Babo yaitu ketika berhasil memaksa Amerika untuk menekan NATO semoga tidak terlibat dalam perang Irian Barat. Perang yang terjadi karena perebutan Irian Barat dari tangan Belanda. Kennedy berada di balik itu semua yang dengan setia memenuhi obsesi Soekarno.
Benar bahwa Soekarno dan Kennedy telah meninggal. Tapi mereka tidak gagal sepenuhnya. Mereka meninggalkan idealisme usaha bagi generasi setelahnya. Inilah yang diyakini Tomasi, Catty, Naga Kuning dan Madam Lyan, bahwa ketidak-adilan sistem moneter dikala ini harus diakhiri. Dengan usaha selama bertahun-tahun, bahkan kadang berakhir dengan kematian. Namun itu tak sedikitpun menyurutkan langkah mereka.
Salah satu cara untuk mengakhirinya yaitu dengan memakai bukti dokumen decade asset, ibarat yang Madam Lyan kerjakan dikala ini. Akan tetapi, bila hanya ada dokumen decade asset ini saja tanpa acces code ke dalam Fed system maka dokumen itu tak lebih dari sekedar bukti sejarah. Yang tak sanggup dipakai untuk meng-eliminate dana yang berputar di Clearstream. Dokumen ini hanya akan bernilai tinggi di pengadilan internasional bila dibuktikan, bisa masuk ke dalam Fed system. Acces code yaitu kunci menuju ke sana. Untuk mengambarkan keculasan dan manipulasi yang dilakukan group Fidelity terhadap sistem moneter dunia.
Menurut Huang, Madam Lyan kini hanya bisa berharap kepadaku. Dengan bukti keberadaan Fund Confirmation yang diberikan kepadaku, ia berharap Naga Kuning berhasil menemukan acces code itu. Karena merekalah pemilik yang sebenarnya. Bagi Madam Lyan, keberadaanku tidak tiba dengan sendirinya. Keberadaanku sama halnya ibarat misteri aset itu sendiri. Meski juga bisa berbalik menjadi bahaya serius bagi negaranya bila pihak Naga Kuning menuntut aset itu dicairkan sesuai dengan jumlah yang kini tercatat di Fed system. Tapi Madam Lyan tidak terlalu khawatir, karena toh pengadilan internasional hanya akan mengakui transaksi yang tercatat di bawah kuridor Bank International for Settlement.
Sementara itu dari informasi intelijen yang Huang ketahui, Group Fidelity sedang berupaya keras semoga saya menghentikan somasi di pengadilan. Mereka melaksanakan tekanan kepada asosiasi lawyer semoga menghindari kasus ini. Ini mereka lakukan semata untuk menutup publikasi dari media massa. 
Tapi setidaknya, situasi jadi lebih kondusif sehabis team Madam Lyan memanipulasi Group Fidelity, yang merasa kondusif sehabis berhasil memblokir ‘acces code’ untuk masuk ke dalam the Fed system.


Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait