Memburu Harta (26)


Dengan kendaraan Audi, Lien membawaku melaju di jalur bebas hambatan. Aku tahu bahwa semua ini sudah direncanakan sedari awal. Bahwa saya akan bertemu dengan pemilik aset. Sebelumnya, Chang juga pernah mengaku sebagai pemilik aset. Tapi ternyata ia hanya berpura-pura.
Ketika kunjungan ke Wuhan untuk bertemu dengan orang yang mengenalkan diri sebagai kerabat dari Darsa, saya yakin bahwa saya akan mendapatkan mandat. Tapi ternyata orang renta dengan paras masih muda itu, hanya memberi pencerahan perihal Soekarno. 
Tapi kini saya mengerti, skenario pertemuan dengan orang renta itu hanya sebagai acces code untuk memastikan bahwa akulah orang terpilih untuk mendapatkan mandat menuntaskan decade asset dari cengkraman group Fidelity.
“Tak bisa dibayangkan betapa bahagianya saya ketika menyaksikan pintu gerbang terbuka dan dipastikan kamulah orang terpilih itu,” kata Lien mengingatkan peristiwa di Wuhan.
“Apa sebelumnya kau tidak yakin?” tanyaku.
“Aku sangat yakin. Tapi sebagian anggota teamku tidak begitu percaya. Maklum, kami sudah mencoba skenario ini berkali-kali dan hasilnya selalu gagal. Bahkan sebagian dari orang yang kami undang itu ternyata berbalik menjadi pengkhianat. 
Mereka menjadi pelacur berupah murah bagi Goup Fidelity. Kebanyakan dari mereka akibatnya menciptakan duduk kasus aset ini bertambah runyam. Karena sudah masuk jaringan penipuan internasional. Group Fidelity sengaja memakai mereka untuk merusak gambaran aset ini supaya publik frustasi dan kemudian melupakannya.”
“Oh begitu.”
“Ya. Tapi kau memang berbeda. Kamu tidak mau tahu latar belakang aset ini. Kamu hanya fokus untuk terus mengajukan somasi internasional. Ini luar biasa. Karena belum ada satupun orang yang berani bertindak sejauh itu. Walau sadar upayamu akan sia-sia namun kau tetap teguh melangkah. 
Kami mengikuti semua peristiwa yang kau alami. Termasuk bersama Catty di Beirut, di Singapore, pertemuan dengan Madam Lyan dan pertemuan kau dengan temanmu, seorang pejabat tinggi itu di Ritz Carlton.”
Aku terdiam. Tak ada lagi yang bisa kusembunyikannya di hadapan Lien. Juga tak perlu ada lagi yang diragukan perihal Naga Kuning. Aku merasa yakin berada di pihak yang benar. Aku tulus jika kini harus menyerahkan mandat itu kembali kepada team Naga Kuning. Karena itulah satu-satunya yang bisa dilakukan dalam posisiku yang sudah di-black list oleh asosiasi lawyer.
Kendaraan keluar dari jalur bebas kendala dan masuk ke sebuah jalan menuju tempat apartemen. Kawasan ini berada di pinggir kota Beijing sehingga terlihat tak begitu ramai. Sebagian besar penghuninya sibuk bekerja di kota. Mereka gres akan kembali sehabis menjelang malam. Setelah memarkir kendaraan, Lien menuntunku ke sebuah kafe yang berada di pinggir bak renang apartemen. 
Kehadiran kami rupanya sudah ditunggu. Hadir dalam pertemuan itu, seorang lawyer dan seorang lagi tidak memperkenalkan diri. Semua dilaksanakan tanpa bicara, sampai ketika penyerahan dokumen yang sebelumnya ditandatangani terlebih dahulu olehku. 
Usai penandatangan, maka secara aturan saya tak lagi dalam posisi menguasai transaksi yang ada di Swiss. Semua kini berada di tangan team Naga Kuning. Mereka, kemudian saling bertatap muka satu sama lain kemudian saling mengangguk. Mereka berdiri serentak. Saling berjabat tangan dan akhirnya, masing-masing pihak keluar dari kafe. Aku juga melangkah keluar tolong-menolong mereka.
“Sekarang kita akan pergi ke tempat di mana kau akan tinggal,” kata Lien. Kemudian ia berbicara dalam bahasa Mandarin kepada supir. Sang supir mengangguk sambil menyerahkan kunci kendaraan beroda empat kepada Lien. Sejenak kemudian, Lien sudah duduk di belakang kemudi.
Kami tiba di suatu tempat sehabis menempuh perjalanan selama dua jam. Sebuah rumah renta dengan dikelilingi tembok yang tinggi. Di dalam rumah, nampak suasana orang-orang yang sedang bekerja dengan serius. Komputer di setiap meja hampir semuanya menyala. Jumlah pekerja yang ada sekitar limabelas orang.
“Siapa mereka? Ada di mana kita sekarang?” tanyaku heran dengan tempat yang gres kujumpai.
“Kamu ada di markas kami. Tempat ini tidak bisa dideteksi oleh radar manapun. Saluran komunikasi di sini memakai satelit khusus yang sengaja diluncurkan untuk melindungi segala potensi penyadapan dari orang lain. Dan mereka semua ialah anggota team kami yang bertugas melawan Group Fidelity.”
“Oh!”.
“Kamu akan tinggal di paviliun  belakang. Anggap saja rumah sendiri,” kata Lien tersenyum. Tiba-tiba seseorang menghampiri kami dengan perilaku hormat.
“Ini, Han,” kata Lien memperkenalkan laki-laki yang gres tiba.
“Mereka semua bisa berbahasa Inggris dengan baik, jadi kau bisa berkomunikasi dengan mereka,” lanjut Lien sambil melirikku. Pria itu menjabat tangauku erat. Selanjutnya, ia membawaku ke ruang paviliun bersama Lien. Sebuah ruangan yang layak disebut kamar penthouse hotel bintang lima. 
“Bagaimana?” tanya Lien meminta pendapat atas kamar yang akan kutempati.
“Sangat luar biasa. Aku rasa ini lebih dari cukup.”
“Baiklah.” Lien ganti memandang ke arah Han, “Jaga Jaka baik-baik. Aku harus kembali ke apartemen.” Lien melambaikan tangan ke arahku dari dalam kendaraan. Sejurus kemudian, ia sudah menghilang di balik pagar.
Han menatapku sekilas. “Apakah Bapak ingin istirahat dulu atau siap untuk mendapatkan klarifikasi perihal E-banking?” tanya Han penuh hormat.
“Penjelasan E-banking?” tanyaku sambil mengernyitkan kening. “Maksud Anda?”
“Oh, ya.” Han tersenyum. “Lien memerintahkan saya untuk mengajari Anda perihal E-banking. Apakah ia tidak bilang sesuatu perihal itu?”
“Tidak,” jawabku masih terlihat bingung. “Tapi, terima kasih sekali jika Anda mau mengajari saya. Menunggu memang membosankan,” kataku melanjutkan.
“Ok. Mari ikut saya,” kata Han sembari melangkah pergi. 
Kami memasuki suatu ruangan dengan seperangkat komputer di dalamnya. Di sebelah ruangan itu ada beberapa orang sedang bekerja dengan serius. “Nah, silahkan duduk di sini,” kata Han, menunjuk bangku di sampingnya.
“Di depan kita kini ada tiga buah komputer. Satu screen mengakses Euroclear, satunya DTCC dan satu lagi Clearstream,” terang Han menunjuk tiga layar monitor di depan kami. 
“Apa yang Anda lihat di layar monitor ialah portal service dalam dunia internet. Kita akan mengaksesnya memakai Extranet. Ini memang layanan publik, namun ketika kita sudah memasukkan password, kita akan terhubung ke sebuah jaringan tertutup,” lanjut Han.
“Ok,” sahutku memperhatikan dengan seksama. 
Han kemudian memasukkan acces code di layar Euroclear. “Kita mulai dengan Euroclear,” kata Han. Setelah instruksi terusan diterima, di layar monitor nampak beberapa folder. 
“Masing-masing folder ini memuat Account, Delivery, dan Settlement. Account memperlihatkan jenis rekening berupa cash, gold, surat berharga dan nama bank. Delivery memperlihatkan Delivery versus Payment, dan Delivery versus Guarantee. Settlemement menandakan type of securites paper, transposition, buy and sell, forfaiting, dan transfer. Ok?”
“Ok,” jawabku singkat tanda saya paham yang dimaksud Han.
“Setiap folder mempunyai acces code security dua level. Satu di level software, satu lagi di level jaringan. Artinya, sistem ini tidak hanya melindungi pemakai lewat encryption,  tapi juga mendeteksi jaringan yang dipakai oleh pemakai. Contohnya, sistem mengenal Anda memakai jaringan dengan IP address  A, tapi kemudian Anda coba mengaksesnya dengan IP B, maka jaringan ini akan menolak.”
“Luar biasa,” kataku terkagum. “Jadi kalaupun orang berhasil membajak password-ku, maka tidak akan berkhasiat jika tidak mengakses melalui jaringan yang saya daftarkan?”
“Betul sekali,” kata Han tersenyum.
“Setiap folder memakai security code sendiri-sendiri?”
“Ya. Bukan hanya itu. Sistem terusan juga membatasi member  menurut kelas, yang mana ditentukan dari jumlah deposit. Kelas tertinggi ialah deposit di atas USD 100 juta.”
“Oh!”
“Ya. Dan lebih dari itu, dengan terusan ini Anda layaknya mempunyai bank pribadi berkelas dunia. Karena Anda mempunyai terusan untuk memakai routing communication  setiap bank yang terdaftar dalam sistem ini. Misalnya, Anda mau mengirim aset atau surat berharga melalui Bank A, maka Anda sanggup memakai Bank A sebagai settlement agent,  asalkan Anda mau membayar secure fee, bill bond,” terang Han yang cuma kupandangi dengan alis terangkat. Karena terpukau, antara kagum dan tak percaya.
Han kemudian melaksanakan demonstrasi, bagaimana mengakses masing-masing folder secara simulasi, dalam keadaan off line. Simulasi dimungkinkan alasannya ialah setiap folder sudah didownload ke dalam server LAN mereka. 
Tidak butuh waktu usang bagiku untuk memahami demonstrasi Han. Tak lain alasannya ialah sistem ini didesain dengan sangat user-friendly  bagi siapa saja yang mengenal database komputer. Aku kebetulan dari dulu senang mempelajari software komputer. Penjelasan Han plus simulasinya, memudahkanku untuk memahami cara memakai sistem ini.
“Nah,” kata Han berdiri sehabis melihatku mulai memahami sistem itu. “Saya harus kembali bekerja di meja saya. Anda boleh gunakan komputer ini, untuk berlatih sendiri. Kalau ada pertanyaan, Anda bisa hubungi saya melalui LAN access, ” lanjut Han sambil menandakan salah satu file di terminal. 
Sudah hampir satu ahad saya berada di tempat ini. Setiap hari saya memasuki ruangan simulasi terminal access. Perkembangan wawasanku semakin luas. Aku tidak hanya bisa mengakses sistem, tapi juga bisa memahami prinsip kerja dari sistem itu. 
Setiap member bisa memindahkan asetnya dalam hitungan detik sekaligus menghapus datanya sendiri. Sehingga tidak lagi tercatat di dalam server. Setiap transaksi antar group sanggup dilaksanakan dalam hitungan detik dengan jumlah tak terbatas. 
Sistem ini terhubung dengan member yang mencakup perusahaan sekuritas, perbankan, private investment dan pribadi. Antar member sanggup saling berinteraksi satu sama lain dengan aneka macam motif. Namun semua tindakan itu harus mengikuti mekanisme yang sudah disediakan oleh sistem.
Prinisp dari sistem ini ialah level access dimiliki penuh oleh member. Sebuah digital system yang sangat luar biasa, bagai menembus ruang dan waktu. Tidak ada lagi border tempat atau negara, bahkan hukum. Di mana saja dan kapan saja sanggup melaksanakan terusan keuangan tanpa batas, luar biasa! Sebuah sistem yang menciptakan dunia menjadi sangat kecil dan bebas.
Selama satu minggu, Lien maupun Chang tidak menghubungiku. Namun keakraban dengan orang-orang yang ada di tempat ini membuatku tidak merasa jenuh. Tempat ini bekerja 24 jam dengan tiga kelompok staf yang saling bergantian. Staf inti tinggal di dalam. Mereka menempati paviliun yang ada di dalam, termasuk Han. 
***
Pada suatu malam, terjadi obrolan menarik antara saya dengan Han. “Bagaimana awalnya Cina bersikap dengan ideologinya sampai menjadi negara besar menyerupai kini ini?” Kataku mengawali obrolan malam itu. Sebuah pertanyaan klise, perihal ideologi dan sejarah. Tapi sangat jarang diamati orang luar Cina yang cuma bisa melihat kebesaran negaranya ketika ini.
“Pada bulan Maret 1961, Deng Xiaoping berpidato di hadapan sidang Politbiro  yang isinya sangat terkenal. Saya tak peduli apakah itu kucing putih atau kucing hitam, kata Deng, yang ketika itu masih menjadi anggota Politbiro Cina yang menangani aneka macam kebijakan pemerintah dan implementasinya. Selama kucing itu bisa menangkap tikus, itu ialah kucing yang baik. Tak penting ia kapitalis atau sosialis, yang penting ia bisa menggenjot produk pertanian dan mengakhiri tragedi kelaparan dan kemiskinan. 
Dalam pidatonya, Deng Xiaoping menyesalkan cara usang yang ditempuh negerinya. Yaitu dengan pertikaian ideologi sehingga menyebabkan Cina tidak maju-maju. Karenanya ketika ia diangkat sebagai pimpinan puncak Partai, Deng Xiaoping membacakan buah pikirannya dalam pidato utama di Pleno Ketiga Sidang Komite Sentral Kesebelas Partai Komunis Cina (PKC) pada tanggal 13 Desember 1978.  Sejak itu, Cina mulai melaksanakan modernisasi pembangunan. Bukan dengan meminggirkan, melainkan merangkul kelompok-kelompok yang berbeda.
Cina mungkin negara besar sekarang, tapi apa yang kami alami sebelumnya ialah proses panjang melewati tahapan yang penuh gejolak dan penderitaan. Tahap awal ialah Political Emotion. Tahap kedua, Intellectual Emotion, dan Tahap terakhir ialah Spiritual Emotion. 
Pada tahap awal, Cina menanamkan kepada rakyatnya perihal perilaku politik Negara yang harus diyakini dan dijadikan alat perjuangan, yaitu berada dalam satu komando barisan. 
Dalam fase ini, pelanggaran ialah kematian. Dogma demokrasi, agama atau apapun yang sanggup memunculkan perilaku politik berbeda, akan berhadapan dengan laras senjata. Ini alasannya ialah Cina tidak ingin paham lain yang bersumber dari Barat atau Artikel Babo, masuk dan menciptakan perbedaan gerakan. 
Pada tahap ini, kiprah Negara masih sangat mayoritas dalam penyediaan infrastruktur ekonomi. Sumber pendanaan didapat dari pajak pertanian. Pada tahap ini pemerintah juga merestrukturisasi sistem Partai dan pemerintahan secara menyeluruh. Tahap awal ini berhasil dengan ditandai semakin praktisnya sistem pemerintahan juga luwesnya birokrasi untuk menghadapi lompatan mimpi Deng yang jauh ke depan.
Pada tahap kedua, sistem ekonomi memasuki kurun ekonomi pasar bebas dan tidak lagi terkomando. Pada tahap ini, setiap orang boleh menikmati keuntungan besar dan mengembangkan keuntungan tersebut untuk kemakmuran pribadinya. 
“Kalau standar hidup beberapa orang lebih maju dari yang lain, ini akan menjadi pola bagi tetangga mereka sehingga akan terdorong untuk berguru dari mereka,” ungkap Deng. 
Apa yang dilakukan Cina ini ialah sesuatu yang gres yang belum pernah diterapkan sebelumnya. Dengan bentuk gres ini, artinya Deng membalikkan peruntungan Cina dan memulai sebuah negara kapitalis sosial gres (social-capitalist state).
Namun, sistem moneter gres Deng ini, tetap mengharamkan seseorang mendapatkan keuntungan tanpa melalui proses produksi. Bunga tabungan dan deposito dipatok sangat rendah. Ia juga mengeluarkan larangan penggunaan mekanisme pasar keuangan spekulatif. Dampaknya, setiap orang terus dipacu untuk berproduksi demi mendapatkan laba. Inilah ciri khas Cina yang tidak dimiliki oleh Negara kapitalis lain manapun. Di mana peningkatan income yang tinggi ternyata tidak diikuti dengan tingginya tingkat tabungan sebagaimana dirumuskan ekonomi kapitalis,  melainkan menjadi konsumsi yang tinggi untuk menghasilkan alat produksi lagi. 
Dengan begini, akan lahir mesin pencipta lapangan kerja yang gres bagi miliaran peduduk secara sistemik. Karena orang-orang tidak menumpuk harta yang diperolehnya dalam tabungan. Tapi mereka gunakan lagi untuk berproduksi. Dampaknya tentu saja, terbukanya lapangan kerja gres bagi orang lain. Pengangguran pun berkurang drastis.
Tahap ketiga, ketika akumulasi modal publik semakin besar dan jumlah orang kaya semakin banyak, maka ketika itulah Cina menerapkan tahap spiritual emotion. Kegiatan budaya dan penghormatan terhadap eksistensi agama dijadikan pijakan, menyadarkan masyarakat supaya saling menyebarkan dan menolong. 
Ini disadari oleh Deng bahwa kemakmuran individu, perlahan akan mengikis paham kolektif dan kebersamaan. Lama-kelamaan akan menjadi budaya dengan gaya hidup individualistis. Yang justru akan menghancurkan apa yang sudah dibangun di tahap kedua tadi. Yaitu tidak menumpuk harta, memacu produksi dan menghindari spekulasi keuangan. Karenanya pemahaman terhadap agama dan budaya mulai diperhatikan, bahkan dikembangkan secara terprogram. 
Untuk menjamin keadilan ekonomi, maka pemerintah mulai menghapuskan pajak bagi petani yang sudah berlangsung selama lebih dari 1000 tahun. Dan sebaliknya, meningkatkan pajak bagi usaha industri perkotaan. Kini saatnya orang kota menebarkan kemakmuran bagi orang desa, sehabis sekian usang menerima kucuran dana dari keringat orang desa. 
Kebijakan bagi mereka yang tertinggal ini ternyata dijadikan momentum bagi orang kota yang sudah makmur, dengan membangun industri pengolahan hasil pertanian berskala raksasa. Produksi petani yang disubsidi tersebut dimanfaatkan oleh swasta dengan memperlihatkan jaminan pasar dan harga (price and market protective). Maka jadilah sinergi yang sangat serasi dan tangguh antara yang kaya dan yang miskin dalam mekanisme pasar ala Cina.”
Apa yang dipaparkan Han ini sangat luar biasa. Tidak gampang menemukan grant strategy dari negara tertutup ini. Bila dilihat dari penjelasannya, nampak bahwa ia sangat menguasai garis politik dan taktik dalam negeri Cina. Han pastilah bukan orang sembarangan.
“Kami semua yang bekerja di sini tadinya ialah anggota militer. Ada yang berasal dari Angkatan Udara, Laut dan Darat. Kami menerima didikan dan pembinaan yang berjenjang. Tapi berbeda sekali dengan cara pendidikan dulu ketika zaman Mao. Kini kami dibenarkan berpikir kritis untuk membaca dan menganalisa setiap kebijakan pemerintah,” lanjut Han mengungkapkan latar belakang dirinya.
Aku semakin menerima gambaran terang perihal Cina. Sistem yang mereka anut ialah cara Deng, yang tak pernah disebut oleh Karl Marx (1818-1883) dalam buah pikirannya, atau apa yang dilakukan di zaman Mao Zedong. Juga tidak sinkron dengan teori Adam Smith (1776) maupun Keynes (1836). Deng menentukan yang baik dan membuang yang jelek dari anutan masa kemudian itu, kemudian menggabungkannya dengan budaya Cina. 

Dan kini, Cina sudah berada di fase terakhir, tahap spiritual emotion. Kini mereka sangat siap menjadi tuan rumah Olimpiade sebagai bentuk show off, memperlihatkan kekuatan terkini mereka, kepada dunia!


Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait