Menjadi Laki Laki..


Setiap pagi pedagang bubur ayam melintasi depan rumah saya. Nampak wajah bau tanah yang tak kenal lelah. Walau kadang saya tak sanggup melihatnya setengah terbungkuk dan tertatih tatih mendorong kereta dagangannya. Selalu istri saya sempatkan membeli dagangannya. Dari istri saya tahu bahwa pedagang itu berusia diatas 70 tahun. Ada yang menciptakan haru wacana Pak bau tanah ini. Dia punya satu orang anak perempuan. Setelah istrinya meninggal beliau menumpang tinggal dirumah anak perempuannya yang telah berumah tangga. Namun awalnya menantunya menolakdengan alasan keadaan ekonomi mereka memang tidak bagus. Anaknya berusaha meyakinkan kepada suaminya semoga mendapatkan ayahnya tinggal bersama. Akhirnya suaminya sepakat dengan syarat ayahnya dihentikan makan dirumah.

" Anak saya tidak bekerja. Diapun menumpang sama suaminya. Saya bersyukur masih diberi daerah tinggal" kata Pak bau tanah itu dengan bunyi lirih.

" Dagangan ini bapak yang buat sendiri ?

" Bukan. Anak saya yang buat. Saya hanya dagangin aja. Dari hasil dagangan inilah saya makan hari hari. Kalau ada lebih saya berikan kepada anak saya"

Saya terdiam lama. Inilah hidup. Pak bau tanah itu tidak merasa kecil hati saat mantunya menolak beliau untuk menumpang tinggal alasannya yakni kesendirian dan kemiskinan sesudah istrinya wafat. Dia tetap bersyukur alasannya yakni masih diberi daerah untuk bernaung dari hujan dan terik matahari walau alasannya yakni itu beliau harus tetap bekerja keras untuk makan. Dia tidak mengeluh atas semua itu. Dari sisa umurnya beliau tetap bekerja keras dan berusaha memberi sebisanya tanpa harus menadahkan tangan.

Tahukan kau Nak, pernah dikisahkan dalam sejarah Rasul. Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang kerikil tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman ibarat terpanggang matahari.

“Kenapa tanganmu garang sekali?” Tanya Rasulullah.

" Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah kerikil setiap hari, dan kepingan kerikil itu saya jual ke pasar, kemudian kesudahannya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, alasannya yakni itulah tangan saya kasar.”

Rasulullah yakni insan paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang kerikil yang garang alasannya yakni mencari nafkah yang halal, Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,

“Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, ‘inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya’

Rasulullah tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang kerikil itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang kerikil yang di cium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, alasannya yakni membelah kerikil dan alasannya yakni kerja keras.

Anakku , Menikah itu sama saja melakukan setengah kewajiban agama. Mengapa? Dari rumah tangga itulah kau di asuh menjadi pemimpin mengemban amanah Allah. Kewajiban sebagai laki laki ada lima. Yang pertama adalah sebagai pemimpin rumah tangga. Bagaimana memastikan keluargamu kondusif dan nyaman di bawah kepemimpinanmu. Itu hanya mungkin kalau kau bisa memenuhi tanggung jawab lahir dan batin. Kedua yakni bagaimana kemampuanmu menjaga dan melindungi ibu, anak perempuanmu serta saudara perempuanmu sepanjang usiamu. Ketiga, menolong handai tolan yang kekurangan semoga mereka tidak terkena kufur akhir kemiskinan. Ke empat, menolong tetangga dan orang miskin serta yatim semoga kau tidak di cap pendusta agama oleh Allah. Yang ke Lima, membela syiar agama. Laksanakan fungsimu sebagai laki laki sesuai urutan itu. Jangan hingga kau berusaha menjadi matahari pembela syiar agama,  tapi menjadi lentera bagi keluaga dan handai tolanpun kau tak sanggup. Jangan hingga kau ingin memperbaiki dunia,  sementara memperbaiki keluarga saja tidak mampu.

Karenanya wahai anakku, jangan pernah berhenti bekerja keras. Jangan bersedih kalau hasil dan peluh tak sebanding. Ingatlah setiap keringatmu untuk menafkahi keluargamu yakni fisabilillah. Setiap tarikan nafasmu akan dihitung Allah sebagai pahala dan kelak di alam abadi itulah yang akan menolongmu. Menjadi laki-laki itu nak yakni berkah dan juga cobaan bagimu. Kamu tahu Allah  berfirman bahwa “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45). Perbuatan paling keji dan munkar apabila kau lalai dengan tanggung jawabmu kepada keluarga. Walau kau tak henti berdoa dan sholat namun kau tak punya semangat berkeja keras mencari nafkah sebagai caramu melakukan amanah Tuhan maka sholatmu tak membuahkan apapun. Seharusnya orang yang sholat yakni orang yang menang, dan itu niscaya tidak malas dan tidak hidup mengandalkan doa tapi miskin effort. Jadilah laki-laki sejati sebagaimana Tuhan mau, ya sayang..



Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait