Kementerian Koordinator bidang Perekonomian menggelar rapat kerja dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengenai pemanfaatan karet untuk pembangunan jalan. Ini perlu dilakukan alasannya ialah harga jual karet alam tengah mengalami penurunan.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi menyebutkan hasil rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa pemerintah siap menyerap 2.000 ton karet untuk dijadikan materi adonan pembuatan aspal.
Dia menjelaskan, penggunaan aspal karet tersebut akan dilakukan di beberapa kawasan yang merupakan penghasil karet terbesar ibarat Sumatera Selatan, Jambi, Medan dan Kalimantan. Dengan cita-cita sanggup mendongkrak harga karet yang kian terpuruk.
"Kita akan angkat (harga karet), jadi akan naik terutama di beberapa pusat karet di Indonesia Sumatera Selatan, Jambi, Medan dan Kalimantan. Karena kini harga karet agak turun. Nah, kita harapkan ada terbentuk satu harga untuk masyarakat," kata Dirjen Budi ketika ditemui usai rapat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (7/1).
Jalan yang akan memakai aspal karet ialah sepanjang 93,66 kilometer (Km) dengan jumlah 2.542,20 ton untuk perbaikan atau tambalan jalan rusak.
"Itu kilometernya 93,66 (km) yang akan diharapkan jalan perembesan karet. Itu biasanya untuk overlay, jadi untuk perbaikan saja," ujarnya.
Dalam kesempatan serupa, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (Ilmate), Achmad Sigit menyebutkan karet yang akan dijadikan adonan aspal sebanyak 8 persen. Proses pembuatannya akan memakai tiga tiga teknologi untuk memproduksi aspal karet, yakni lateks, masterbatch, dan skat.
"Bakal menyerap (karet) 7-8 persen dari kebutuhan aspal. Itu kita pakai tiga teknologi, memakai lateks, lalu masterbatch, lalu ada yang pakai skat," tutupnya. [merdeka.com]