Republik Rakyat


Ketika terjadi perdebatan di Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI), perihal menyerupai apa negara yang akan di dirikan.Sebetulnya jepang sebagai sponsor terbentuknya BPUPKI menginginkan semoga Indonesia didirikan menyerupai jepang , yaitu negara kerajaan. Tapi Soekarno dan Hatta yang terlibat eksklusif dalam diskusi dengan penguasa jepang di indonesia saat itu menolak dengan tegas. Mereka tidak ingin negara kerajaan. Usai pertemuan itu Soekarno berkata kepada Hatta, saya tidak akan mampu mengemban amanah yang besar ini. Namun Hatta sebagai sahabat seperjuangan Soekarno meyakinkanya " Kalau bung tidak bersedia maka akan selalu ada orang lain yang akan melakukannya. Tidak perlu ragu ambil kesempatan ini. " Soekarno masih berat untuk memilih sikapnya. Itu sebabnya dalam rapat BPUPKI, Soekarno tidak memilih menyerupai apa negara akan dibentuk. Dalam pidato pembukaaan sidang pertama BPUPKI,,Soekarno hanya memberikan visi nya terhadap negeri yang akan didirikan.Dimana negara Indonesia yang akan didirikan haruslah punya visi nasionalisme, demokrasi dan sosialisme.

Namun rapat meraton itu tidak menemukan kata satu. Utusan agama Islam mengotot semoga negara yang akan didirikan sesuai dengan syariat islam.Namun pihak agama lain menolak. Belum lagi soal etnis, utusan Kalimantan mempertanyakan " apa kepentingan kami harus bersatu dengan orang jawa? Utusan aceh pun bertanya " mengapa kami harus bersatu dengan orang jawa? kami kondusif aman saja tanpa adanya Indonesia". Belum lagi masing masing tempat mencurigai negara yang akan didirikan nanti hanyalah kepanjangan tangan dari kolonialisme atas nama negara. Sampai jadinya Soekarno dengan bunyi lirih berkata kepada semua hadirin " Jika benar semua ini harus diselesaikan lebih dahulu, hingga rumit, maka saya tidak akan mengalami indonesia merdeka, tuan-tuan tidak akan mengalami indonesia merdeka, dan kita semua tidak akan mengalami Indonesia merdeka hingga keliang kubur " semua terdiam. Bayang bayang perpecahan ada di pelupuk mata.

Kemudian Agus Salim tampil berbicara. Semua hadiran mendengar dengan seksama. Karena  Agus Salim di kenal sebagai orang yang di tuakan , cerdas, serta sangat religius. Sikap bijak dan rendah hatinya bisa menciptakan siapapun menghormatinya. Agus Salim bertanya kepada hadirin, 

"Mengapa kita harus bersatu ? 

Semua hadirin bengong saling pandang.

Agus Saling menjawab sendiri "Kita bersatu lantaran Tuhan. Semua kita sepakat kalaulah bukan lantaran Tuhan tentu kita tidak ingin menyabung nyawa untuk kemerdekaan. " Semua hadirin menganguk. Mereka tidak berbeda pendapat soal ini. "Nah jikalau begitu, negara yang akan didirikan ini yakni negara yang didasarkan kepada Ketuhanan. Seperti apakah Tuhan itu ? Bukan satu , bukan banyak tapi ESA. Ia bisa satu , bisa juga lain. Tak penting , lantaran hanya Allah yang tahu ujudnya. Kaprikornus kita memutuskan  Ketuhanan Yang Maha Esa."

Salah satu penerima bertanya " Kalau negara di dirikan lantaran Tuhan yang maha ESA,maka negara itu harus menjamin kemanusiaan yang adil. " 

Agus salim mengangguk.

Namun salah satu anggota menambahkan, " Adil yang bukan dasarnya subjective tapi atas dasar akhlak. Apa itu ? Ya beradab. Kaprikornus seharusnya kemanusiaan yang adil dan beradab. "

Semua sepakat.

Nah..."lanjut Agus Salim." Karena Tuhan,  negara didirikan dan dilaksanakan atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Apakah kita sepakat untuk bersatu ? siapkah kita bersatu ? Semua setuju. Maka ditetapkanlah Persatuan indonesia. Ini bukanlah paham nasionalisme menyerupai yang disampaikan Soekarno. Tapi bersatu lantaran Tuhan, bukan lantaran idiologisme darimanapun sumbernya.

Hatta bertanya " Bila kita sepakat bersatu,maka menyerupai apa bentuk negara yang akan didirikan nanti ?

Salah satu penerima menjawab bahwa "Itu bukan negara kerajaan, bukan kesultanan , bukan khilafah, bukan pula republik menyerupai negara Artikel Babo. "

" jadi menyerupai apa negara itu ? Kejar Hatta.

"Bentuk negara itu yakni negara kerakyatan" jawab peserta.

"Siapa yang memimpin ?

" Mereka yang berilmu."

" Apakah cukup yang berilmu ? bagaimana bila ia zolim?

" Tentu ia harus bijaksana."

" Bagaimana proses pengambilan keputusan dalam kepemimpinan itu. Bukankah kita tidak sepakat negara kerajaan ?

" Dalam bentuk musyawarah."

" Siapa yang boleh ikut bermusyawarah itu ?

"Mereka yang menjadi wakil rakyat ,golongan dan agama."

'Baiklah jikalau begitu maka kita sepakat mendirikan negara bentuknya yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanan dalam permusyawaratan perwakilan."

Semua hadirin sepakat.

"Lantas apa tujuan negara didirikan ? tanya Hatta.

" Karena dasarnya yakni Tuhan maka tujuannya yakni keadilan."

"Adil itu hanya milik Allah. Kita insan tidak akan bisa mencapai keadilan itu walau seberapa keras kita ingin mencapainya. Adil apa ? " Kata Agus Salim.

" Keadilan sosial. Artinya keadilan yang sesuai dengan fitrah masing masing orang perorang"Kata Hatta.

" Baiklah jikalau begitu akan dirikan negara dengan tujuan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia."

Semua sepakat. Soekarno sebagai pemimpinan rapat memberikan ringkasan hasil rapat yang populer dengan sebutan Pancasila.

Suasana rapat saat itu sangat sejuk. Mereka para pendiri negara berdebat dengan cerdas dan didorong oleh cinta dan kasih sayang. Namun sehabis falsafah negara ditentukan maka piagam jakarta dibuat dan kelompok islam menambahkan kalimat "melaksanakan syariat islam bagi yang memeluk agama islam.Para penerima tidak begitu pusing soal embel-embel kalimat itu dan juga engga pusing saat disodorkan konsep Undang-Undang Dasar 45 Prof. Mr. Dr. Soepomo dan indonesia disebut Republik. Karena semua sepakat bahwa Undang-Undang Dasar 45 akan dirubah bila keadaan negara sudah kondusif dan mendapat legalisasi penuh. Kalaulah mengikuti Pancasila maka negara indonesia berbentuk REPUBLIK RAKYAT.

Ini hanyalah cerita imaginer dari penoropongan batin saya aja..he he he..


Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait