Persahabatan..

Ia tiba-tiba muncul di depan mejaku. Tubuhnya semampai, dan wajahnya nampak segar. Kupersilakan duduk sambil bertanya-tanya dalam hati, apalagi yang hendak beliau diskusikan denganku.

“ Saya engga sanggup jauh dari kamu. 10 tahun lebih kebersamaan bukan waktu sebentar untuk pergi dan melupakanmu. Beri kesempatan saya untuk memulai kembali mengumpulkan cuilan yang acak-acakan dan membangunnya menyerupai dulu lagi. Masih adakah kesempatan itu? “ katanya dengan serta merta

Aku tersenyum sambil mengangguk-angguk. Aku tidak tahu apa alasannya kembali kepadaku. “Wajahmu masih menyerupai dulu, tapi agak gemuk keliatannya” katanya melanjutkan. “Tidakkah engkau merindukanku?” tanyanya. “Tidakkah engkau peduli keadaanku tanpamu?” tanyanya menciptakan saya agak risih. Dulu pernah cita-cita timbul di hati untuk menahannya pergi dari aku. Tapi saya berpikir jikalau saya inginkan yang terbaik baginya maka menunjukkan kesempatannya menentukan pilihan yakni bijak.

“Kita pernah bermitra dan akibatnya bubar. Namun di hatiku kau tetap sahabatku. ?” kataku. Ia mengangguk. “Kamu bebas tiba dan pergi dariku. Bagiku sama saja, Kebersamaan itu tidak harus bersedekat. Berjauhan secara phisik tak apalah asalkan di hati kita tetap bersatu, saling mendoakan. Ya kan. ?”

“Ya,” jawabnya dengan wajah yang mulai cerah.

Lalu ia menyampaikan dengan ragu  “aku ingin kembali ke perusahaan. Apapun itu jabatannya saya tak peduli. Makara cleaning service juga engga apa apa,” katanya dengan penuh keyakinan. “
“Kita berteman lebih 10 tahun dan kebersamaan diantara kita tidak ada problem yang mengharuskan kau merendahkan diri di hadapanku. Nanti kubicarakan dengan pemegang saham lain. Semoga mereka sanggup mendapatkan kau kembali.,” jawabku biar beliau tidak terlalu berharap.

“Kamu terlalu baik.” katanya. 

***

Pertemuan singkat itu berlalu. Pembicaraan sesama sahabat tanpa perlu bertanya lebih jauh. Mengapa?. Masing-masing sanggup memaklumi dan semua orang punya alasan mengapa beliau harus pergi dan akibatnya kembali. Mengapa saya ceritakan wacana beliau kepadamu?  Siapa beliau bergotong-royong ? Aku di pertemukan dengan dia begitu saja oleh Tuhan. Butuh dua tahun hingga akibatnya saya yakin bahwa beliau tulus bersahabat. Persahabatan itu dilanjutkan dengan kemitraan bisnis. Kesibukanku kadang tidak punya waktu untuk bertemu dengan beliau yang kupercaya mengelola salah satu bisnisku. Belakangan saya menerima kabar bahwa beliau sedang dekat dengan laki-laki , yang juga bekerja sebagai staf nya di perusahaan. Ketika saya tanyakan, beliau membenarkan. Alasannya laki-laki itu punya kehebatan dalam marketing dan punya network luas. Tentu alasa yang tak perlu di sampaikan bahwa kehadiran laki-laki itu sebagai pelipur lara dan sepi sesudah ia bercerai dengan suaminya. ia tak ingin terus sepi merundung hidupnya, di tengah keramaian kota dan keheningan pagi dan senja, membuatnya resah. Di tambah lagi bekerja di lingkugan group usahaku menciptakan beliau harus patuh dengan SOP ketat.

Aku sanggup memaklumi bila  usia yang di atas empat puluhan itu cukup melelahkan untuk bertahan hidup sendirian. Dari biro koran subuh, hingga kantor dari siang hingga senja, kemudian pulang ke rumah, merebahkan diri seorang diri, hingga waktu mengantar subuh dan mengulangi ritual siklus kehidupan. Ya beliau butuh sahabat hidup sebagai suami.

Teringat beberapa tahun kemudian dikala saya berkunjung ke rumah sakit, kutemukan beliau dengan beberapa kerabat dekat Artikel Babo. Kudapati ia terbaring di daerah tidur. Beberapa slang oksigen di hidungnya. Ia bernapas dengan sumbangan oksigen. Matanya berkaca-kaca sambil mulutnya berkata, “Kudengar kau datang. Beginilah keadaanku. Maafkan aku. Bukankah seharunya saya mati saja..” Agak sulit baginya berbicara. Dadanya tampak sesak bernapas. Aku mustahil berbicara mengenai modal yang ludes lantaran ulahnya menciptakan perusahaan kena tipu. Aku tidak akan menuntut mitranya, dan juga tidak akan mempertanyakan kegagalannya.

Sebetulnya beliau tidak pernah mengabarkan beliau sakit. Namun dalam kesibukan, waktu jua yang memberi kabar. Seorang sahabat dekat, waktu berjumpa di Hong Kong berbisik padaku, “dia di tipu oleh laki-laki yang sangat beliau cintai. Pria itu bukan hanya menipu uang tapi juga cinta.”
“Oh, Tuhan,” kataku kepada diriku sendiri. Betapa malang nasipnya. Menjanda dalam kemiskinan. Dan sesudah beliau bangun dari keterpurukan akhir mantan suaminya selingkuh, sekarang seorang laki-laki kembali tiba menghancurkanya. Dari kesunyian hati itu, tanpa beliau sadari ternyata laki-laki yang dicintainya itu memanfaatkannya dan beliau jadi korban. Apakah beliau salah ? atau laki-laki itu brengsek? bagiku, beliau tidak salah. Dia hanya salah menyikapi hidupnya, dan laki-laki itu hanya berusaha bertahan hidup sebagai penipu. Hidup memang tidak ramah. Predator ada di mana mana. Hati hati yakni mutlak. Dia sahabatku. Aku harus peduli jikalau tidak siapa lagi yang akan peduli. Itulah sebabnya saya terbang ke Jakarta untuk hanya sekedar meyakinkan beliau bahwa saya sanggup maklumi keadaannya dan memaafkannya. 

Dia kembali sehat dan melanjutkan hidupnya. Itu lantaran saya berusaha membangkitkan passion nya biar tidak larut dalam kegagalan dan kebodohan masa lalu. Apakah sesudah itu beliau benar benar sehat? ya secara phisik beliau sehat dan penuh semangat tanpa lelah mengelola bisnis. Tetapi, secara psikis dalam kesendirian, ia kadang larut dalam kehidupan malam bersama sahabat temannya. Menurutnya , itu cara cerdas keluar dari kesepian untuk kembali kedunia nyata. Apakah benar alasannya itu?. Kalau benar , bagiku itu tidak ada masalah. Namun suatu senja, entah serangan apa yang mendera dadanya, barangkali jantung. Ia terkulai di ruang hajat. Di sebuah cafe, petugas mencoba membuka kamar toilet. Menemukan beliau dalam keadaan tidak sadarkan diri. Identitas diketahui dengan alamat Kelapa gading. Petugas cafe menemukan telp darurat di HP nya yakni nomor telp ku. Aku tiba dini hari ke Rumah sakit dan  keesokannya saya membawanya ke singapore. Setelah 2 ahad di rawat beliau sanggup kembali pulang kerumah. Penyakitnya lantaran darah rendah. Kelihatannya beliau menderita dalam  kesendirian walau beliau nampak bahagai dan perkasa sebagia professional business woman.

***
Setelah melewati kebersamaan lebih 10 tahun atau tepatnya 12 tahun lebih beliau tetapkan untuk mundur dari perusahaan. Alasannya beliau ingin mengabdikan hidupnya untuk kegiataan sosial dan menemukan Tuhan. Aku tak sanggup menolak keinginannya, Karena itulah doaku untuk beliau selalu, beharap biar beliau menemukan Tuhan. Hanya tiga bulan sesudah beliau pergi, beliau sekarang kembali lagi kepadaku. “ Tiga bulan dalam kesendirian saya sanggup menemukan Tuhan. Dan Tuhan inginkan saya tidak lagi berharap apapun dari manusia, kecuali kepada Tuhan. Kehadiranmu dalam hidupku yakni bukti kehadiran Tuhan. Berkali kali saya mengecewakanmu lantaran kebodohanku namun kau tidak pernah membenciku, bahkan tidak pernah terpikirkan untuk menghukumku. Dan sekarang kau tanpa beban apapun sanggup mendapatkan kembali saya tanpa bertanya apa alasanku.” 

“ Boleh tahu apa cita-cita mu sebelumnya ? Kataku

" Kamu!. " Katanya tegas. " Sejak awal bertemu dengan mu, atau tepatnya 13 tahun 48 hari saya menanti kau menginginkan aku” sambungnya. Aku hanya tersenyum. Menikah yakni takdir namun persahabatan yakni pilihan. Dan saya menentukan beliau sebagai sahabat untuk menjadi orang yang selalu ada untuk dia. Karena kadang banyak hal yang kita suka terhadap orang terdekat kita, tentu banyak juga yang tidak kita suka. Sahabat bukanlah seorang yang selalu menciptakan kita tertawa tapi sanggup juga menciptakan kita harus menahan diri dari amarah atau sedih hanya sekedar untuk mengerti dia. Sahabat yakni cobaan terhadap diri kita sendiri. Apapun perilaku beliau terhadap kita yakni cobaan untuk kita melewatinya dengan sabar dan ikhlas.

Senja itu berangkat dan malam menjemput. Semoga besok beliau berbeda dengan beliau sebelumnya, dan hanya berharap kepada Tuhan. Agar hidupnya tenang dalam kesepian, senang dalam kesempitan. Menyadari bahwa persahabatan yang tulus yakni anugerah terindah dari Tuhan, yang harus di syukuri sepanjang usia. 

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait