Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni mempertanyakan taji Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sanggup menaikkan elektabilitas capres Prabowo Subianto. Sebab, putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kalah di putaran pertama Pilkada DKI Jakarta.
Pada Pilkada DKI 2017, terdapat tiga pasang calon. Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. AHY kalah telak di putaran pertama.
"Kita lihat saja di Pilkada Jakarta saja pak SBY anaknya kalah. Apakah itu menerangkan taji Pak SBY tidak tajam atau tidak bertaji lagi," kata Sekretaris Jenderal PSI itu di kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Rabu (9/1).
Menurut Antoni, sapaannya, taji SBY sanggup diperlihatkan bagaimana cara menyikapi anak buahnya Andi Arief. Andi dinilai berbeda dengan gaya politik Presiden RI keenam yang santun. Sementara, Andi kerap bersuara keras di Twitter soal penyebaran hoaks tujuh kontainer surat bunyi tercoblos.
"Kira-kira Pak SBY masih bertaji enggak untuk sekadar menunjukkan hukuman Andi Arief yang merusak gambaran Demokrat dan merusak gambaran SBY," kata dia.
Pernyataan itu menanggapi survei elektabilitas capres-cawapres terbaru oleh Indikator. Elektabilitas Jokowi dan Prabowo masih terpaut 20 persen. Demokrat percaya tren Jokowi turun sehingga jikalau SBY mulai menyapa masyarakat, Prabowo bakal menyalip petahana.
Antoni tidak percaya jikalau survei tersebut dibaca tren elektabilitas Jokowi turun. Dia tak yakin Prabowo bakal menyalip dengan dan seni administrasi memakai hoaks.
"Bahwa hoaks tidak lagi menurunkan menaikkan elektabilitas," ucapnya. [merdeka.com]