Uang Dan Kekuasan.


Jargon idiologi atau agama yang membungkus dirinya dalam retorika politik atau gerakan ormas hanyalah terompet dari kekuatan uang. Sistem demokrasi atau totaliter sama saja. Itu hanya model atau cover saja. Penguasa bahu-membahu ialah uang. Nah jikalau bicara uang maka jangan beranggapan bahwa uang itu menyerupai yang ada di ATM anda. Tapi uang yang dimaksud ialah bekerjasama dengan resource ( sumber daya ). Uang di created oleh negara. Negara meng create uang menurut regulasi. Regulasi yang buat ialah DPR. dewan perwakilan rakyat menciptakan regulasi itu tidak dapat dipisahkan dari loby pengusaha.Di balik pengusaha itu ada bisnis. Di balik bisnis ada uang. Dan dibalik uang ada pemain hedge fund. Makara real power ialah pemain hedge fund. Merekalah yang menyediakan resource ( sumber daya ) keuangan sehingga menjadi mesin kapitalis.

Suatu waktu di Desember 2015 di Hong Kong Financial Club. Mata saya terus tertuju keluar lewat beling lebar nampak udara berkabut masbodoh menggigit. Dia tiba juga akhirnya. “ Tidak ada yang mengatur dunia kecuali pemain hedge fund. Mereka mesin yang memanjakan pemilik uang dimana saja. Dunia ada lantaran uang dan mereka mengakibatkan uang sangat berkuasa atas apapun. Termasuk memilih nasip bangsa dan negara. Trumps yang idiot dan businessman yang sudah berkali kali berlindung di bawah UU kebangkrutan akan menjadi orang nomor satu di AS. Itu lantaran Cevron dan Boeing berada digaris depan mendukunganya. Kamu tahu siapa dibelakang Cevron dan Boeing ? JP Morgan dan associated nya. Siapa dibalik Jp Morgan? mereka pemain hedge fund. “ Katanya. Dan benarlah dalam kompetisi Pilpres, Trump berhasil menjadi orang nomor satu di AS.

Para fund manager, banker, lawyer, pengamat politik, ekonom, bahkan Ormas dan Parpol semua dalam bulat kekuasaan pemain hedge fund. Mereka tidak akan dapat ditemukan di daerah umum. Karena semua aktifitas bisnis dan investasi yang marcusuar berujung kepada proxy yang hanya bidak dari pemain hedge fund sesungguhnya. Ketika terjadi krisis financial tahun 1998 yang menciptakan ASIA terguncang, semua pemimpin dunia menuding penyebabnya ialah UU Glass-Steagall Act dimana terjadi pemisahan antara bank komersial dengan Bank investasi. Tapi sebetulnya bunyi pemimpin dunia itu tidak lain ialah bunyi pemain hedge fund. Krisis itu hanyalah excuse untuk tujuan lebih besar. Benarlah, tahun 1999 Glass-Steagall Act dibatalkan oleh undang-undang Gramm-Leach-Bliley Act.

Apa yang terjadi sehabis itu ? tahun 2008 walllstreet collaps dengan delisting nya saham Lehman Brothers dan berujung kepada angin kencang moneter berskala gigantik. Imbasnya bukan hanya dijantung kapitalis AS tapi juga ke Eropa dan balasannya dunia. Sejak itu satu demi satu penguasa yang membangkang tersingkir. Itu semua ulah dari pemain hedge fund. Mereka punya cara mahir menghukum penguasa dikala politik sangat berkuasa memilih apa saja dan menciptakan ruang gerak mereka semakin sempit. Terjadinya Arab spring yang sekarang berujung reformasi politik kerajaan Arab yang menghukum ulama pendukung radikalisme tidak dapat dipisahkan dari ulah pemain hedge fund yang memaksa penguasa untuk “ Surrender or die.”
Ketika program pertemuan Organisasi Pengusaha pada masa Pilkada DKI, beberapa proxy pemain hedge fund hadir disana. Saya segera keluar dari ruang pertemuan itu. Teman saya yang juga pemegang saham salah satu bank, bilang kesaya “ Ahok tamat.”. Mengapa mereka tidak suka Ahok? lantaran beliau terlalu membela kepentingan rakyat melalui agresi menekan pengusaha lewat aturan konpensasi di luar anggaran. Sikap Ahok yang paling mereka tidak suka ialah mengakibatkan DPRD mandul sebagai kepanjangan tangan pengusaha. Mereka hanya ingin penguasa , hanya bekerja sesuai sistem dan dari sistem itulah mereka mengatur roda kekuasaan sambil main golf dan menikmati piknik di sentra wisata dunia.

Tahun depan diperkirakan Krisis akan kembali melanda dunia. Ini merupakan agenda besar dari pemain hendge fund, yaitu menggebuk penguasa yang masih bandel. Ada beberapa penguasa yang jadi sasaran dan Jokowi ialah salah satu sasaran yang akan digebuk. Pengalaman sebelumnya mereka selalu berhasil menjatuhkan penguasa menyerupai Soeharto dan terakhir menciptakan melarat venezuela dan memaksa raja Arab menangkapi elite kerajaan yang bandel. Tapi Jokowi bersama teamnya sangat sadar akan adanya serangan besar besaran itu di tahun 2018. Ini bukan untuk di takuti tapi harus dihadapi. Kehidupan menyerupai ini bukan hal gres tapi sudah ada semenjak mata uang terbuka diterapkan.

Makanya Team Jokowi mempersiakan perang itu dengan baik. Berbagai regulasi yang dapat menjadi benteng gelombang krisis dibuat. Team di perkuat , koordinasi antar kelembagaan di intensifkan. Maklum bahwa perang semacam ini sangat rumit lantaran bukan hanya soal ekonomi tapi juga politik yang melibatkan para proxy dilingkaran pemain hedge fund menyerupai Parpol , Ormas dan pengamat politik dan ekonomi yang semuanya telah menjadi pelacur hedge fund. Tentara Nasional Indonesia dan Polisi Republik Indonesia sadar sekali akan perang proxy ini niscaya terjadi dan telah mempersiapkan diri dengan baik bersama perwira lapangan terbaik dalam operasi kontra-idiologi, kontra-radikalisme. Pelajaran kekalahan Ahok ialah rujukan kasus kemenangan pemain hedge fund. Pemerintah tidak mau lagi kecolongan untuk kedua kalinya. Once is enough.

Kita harus berguru dari China bagaimana selalu menang dalam menghadapi perang dari pemain hedge fund ini. “ Ketika angin kencang tiba dari luar maka focuslah kepada musuh dari dalam negeri yang membungkus dirinya dengan gerakan sosial atau agama. Hadapi mereka dengan keras lantaran mereka bukan pejuang moral dan agama tapi proxy dari musuh kita bahu-membahu “ demikian perilaku china. Itu sebabnya China sangat dibenci oleh pemain hedge fund dan tentu China dibenci dimana mana, khususnya oleh para proxy.

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait