Setiap putra Minang di didik oleh etika untuk merantau,sebagaimana pantun: "'Marantaulah buyung daulu, di kampung baguno balun. Pantun ini motivasi etika biar laki-laki minang tidak takut merantau dan itu di lakukan untuk mendidiknya jadi dewasa. Memang kehidupan kampung hanya mengajarkan rumah dan surau. Selebihnya hanyalah rutinitas yang tak lekang oleh panas dan tidak lapuk lantaran hujan. Tidak ada kemajuan dan tidak perubahan yang berarti. Namun etika mendidik laki-laki pergi merantau mencari ilmu dan rezeki biar pusaka tinggi sanggup di tambah dengan pusaka rendah untuk bekal bagi anak kamanakan serta orang kampung. Kebiasaan marantau bukan hanya monopoli etika Minang tapi juga etika dari tempat Artikel Babo di nusantara ini, juga budaya bangsa Artikel Babo di dunia. Bahkan kalaulah tidak ada budaya merantau etnis China dari tempat Yunnan tentu tidak akan ada rumpun Melayu di Indonesia. Yang niscaya orang yang berani merantau dan apalagi hingga sukses di rantau , itu bukanlah hal mudah. Tanpa kekuatan mental dan wawasan keimanan yang tinggi , hampir mustahil beliau sanggup berdikari jauh dari sanak family. Anda boleh saja beragumen jelek perihal mereka tapi yang tak sanggup anda lakukan yaitu pergi jauh dari rumah dan bersaing untuk hidup.
Kalau Anda ke Ho Cin Min, Vietnam akan gampang menemukan pengusaha Indonesia. Sebagian besar pengusaha asal indonesia pindah ke Vietnam sesudah krusuhan Mey 1998 Mereka memindahkan pabriknya dari Indonesia lantaran stress berat insiden chaos menjelang kejatuhan Soeharto dimana banyak tempat tinggal di bakar dan para perempuan di perkosa. Begitu pula jika Anda ke China Anda akan gampang menemukan pengusaha Indonesia yang membangun pabrik di sana. Di Hongkong akan banyak ditemukan warga Indonesia yang berprofesi sebagai PRT. Juga di Timur tengah dan Korea yang umumnya laki-laki sebagai buruh bergairah dan perempuan jadi PRT. Belum lagi di AS yang bekerja sebagai profesional dan businessman. Makanya jika Anda pergi ke luar negeri jangan kaget bila suatu waktu Anda bertemu dengan warga Indonesia. Diaspora warga Indonesia hampir di semua negara. Tentu dengan aneka macam alasan eksistensi mereka di rantau itu. Tanpa berkecil hati, mereka sadar bahwa rezeki dan ilmu itu tidak hanya ada dimana beliau di lahirkan tapi di bentangkan Tuhan seluas bumi ini. Paham kebangsaan hanyalah ciptaan insan namun eksistensi insan berkumpul dari aneka macam suku bangsa yaitu sunnatullah.
Kalau mereka hingga punya dua paspor ke warga negaraan menyerupai dugaan kepada putra Minang Archandra Tahar yang sekarang jadi menteri ESDM, bukan berarti beliau tidak menyayangi Indonesia. Dan lagi sanggup saja lantaran alasan extra ordinary person di sebabkan keahlian khusus sehingga mereka mendapat perlakuan istimewa dari negara di mana mereka berkarir atau tinggal. Perlakuan istimewa itu menyerupai di AS berupa green card pada awalnya dan kemudian sesudah 5 tahun berhak sanggup paspor sebagai warga negara. Namun walaupun begitu mereka tetap jadikan indonesia sebagai rumah utama dan tidak pernah melepas kewarga negaraannya. Artinya setiap masa berlaku habis paspor mereka akan perpanjang lagi melalui KBRI. Karena memang di luar negeri menyerupai di AS orang tidak di permasalahkan punya kewarga negaraan lebih dari satu. Secara global juga hal biasa. Saya punya travel card APEC. Artinya saya warga negara 21 negara Asia pacific yang bebas saya kunjungi tanpa perlu ada visa. Itu semua bertujuan biar lebih gampang melakukan kegiatan di negara orang tanpa terbentur kendala ke imigrasian.
Memang yang selalu di rindukan oleh seluruh putra Putri Indonesia di rantau yaitu pulang ke tanah air. Bila ada kesempatan , itu niscaya di ambil. Bahkan walau penghasilan lebih kecil , menyerupai Sri Mulyani yang bergaji mata uang USD enam digit di world bank tidak mempermasalahkan bila jabatan barunya bergaji sebagai menteri hanya puluhan juta rupiah. Juga sama halnya dengan Archandra Tahar terpaksa melepas jabatan Eksekutif di perusahaan besar di AS lantaran terpilih sebagai Menteri ESDM. Yang luar biasa yaitu kesediaan mereka melepas segala kemelipahan hidup di negeri orang untuk kembali ke Indonesia dengan penghasilan jauh di bawah yang mereka terima di luar negeri. Tanpa ke imanan dan kecintaan kepada tanah air , rasanya mustahil orang mau berkorban begitu besar. Ketika mereka menentukan pulang dan ketika itu tanpa di minta pun mereka akan melepas ke warga negara lain dan menyebabkan paspor Indonesia satu satunya yang beliau pegang. Karena memang bekerja dan tinggal di Indonesia sebagai WNI dihentikan punya dua kewarga negaraan atau punya paspor lebih dari satu.
Memang yang selalu di rindukan oleh seluruh putra Putri Indonesia di rantau yaitu pulang ke tanah air. Bila ada kesempatan , itu niscaya di ambil. Bahkan walau penghasilan lebih kecil , menyerupai Sri Mulyani yang bergaji mata uang USD enam digit di world bank tidak mempermasalahkan bila jabatan barunya bergaji sebagai menteri hanya puluhan juta rupiah. Juga sama halnya dengan Archandra Tahar terpaksa melepas jabatan Eksekutif di perusahaan besar di AS lantaran terpilih sebagai Menteri ESDM. Yang luar biasa yaitu kesediaan mereka melepas segala kemelipahan hidup di negeri orang untuk kembali ke Indonesia dengan penghasilan jauh di bawah yang mereka terima di luar negeri. Tanpa ke imanan dan kecintaan kepada tanah air , rasanya mustahil orang mau berkorban begitu besar. Ketika mereka menentukan pulang dan ketika itu tanpa di minta pun mereka akan melepas ke warga negara lain dan menyebabkan paspor Indonesia satu satunya yang beliau pegang. Karena memang bekerja dan tinggal di Indonesia sebagai WNI dihentikan punya dua kewarga negaraan atau punya paspor lebih dari satu.
Jadi, jika kita menolak orang abnormal untuk mencari rezeki di negeri kita itu sama saja kita menolak sunnatullah. Selagi mereka membayar pajak dan memakai ilmu serta modalnya untuk menyebabkan potensi ekonomi SDA kita menjadi Pontesi real seharusnya kita sikapi dengan bijak sebagai warga dunia di mana semua insan sama di ciptakan oleh Tuhan, dan kedudukannya ditentukan dari kualitas etos kerja serta akhlak. Mengapa kita antipati ? Mengapa kita tidak bermitra dengan mereka dan mendapat kemakmuran bersama sama. Keberadaan mereka sama dengan saudara kita yang diaspora ke seluruh dunia untuk mencari rezeki yang kadang sangat di butuhkan oleh negara lain. Cukup banyak anak bangsa yang sukses di negeri orang kesannya pulang ke Indonesia untuk menebarkan kesuksesan bagi sanak family dan saudara sebangsa se tanah air. Jadilah warga dunia yang melihat masa depan dengan mata batin dan iman, bukan dengan paranoid yang justru merendahkan kualitas adab dan keyakinan itu sendiri..
Sumber https://culas.blogspot.com/