2019, Ump 2,9 Juta Tapi Honor Guru Honorer 16 Ribu Per Jam. Hampir Tidak Dapat Di Bayangkan

Info Pemerintah - GURU yakni profesi mulia. Perannya sangat memilih kualitas generasi ini ke depan. Kesejahteraan menjadi salah satu variabel penting dalam setiap profesi termasuk profesi guru. Profesionalitas guru ditentukan oleh beberapa komponen, yaitu: ilmu pengetahuan yang dimilikinya 20%, keterampilan 25%, insentif 60%, dan pengabdian 5% (Haq, 2017: 194). Insentif mempengaruhi lebih dari setengah komponen penentu tingkat profesionalitas seorang guru. Lalu bagaimana dengan kenyataan hari ini?

Dikutip dari Serambinews.com (17/10/2018), di Luksemburg, mereka menggaji guru SD tanpa pengalaman dengan total Rp 1 miliar per tahun atau Rp 80,3 juta per bulan. Selanjutnya, untuk honor guru SMP/SMA sebesar Rp 1,2 miliar per tahun atau Rp 100 juta per bulan. Mirisnya, di kampung saya, di Simeulue, honor guru masih ada yang dibayar Rp 16.000/jam. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan dan berdampak besar terhadap kualitas pendidikan. Terjadi kesenjangan antara ekspektasi hasil produksi intelektual yang baik, dengan kurangnya kejahteraan fasilitator penunjang intelektual itu sendiri.

Seperti diketahui bahwa upah minimum provinsi (UMP) di Aceh ketika ini Rp 2,7 juta dan pada 2019 nanti akan naik menjadi Rp 2,9 juta/bulan. Bandingkan kalau honor guru Rp 16.000/jam. Hampir tidak bisa dibayangkan betapa sulitnya profesi guru hari ini. Masih jauh dari manisnya UMP.


Kondisi ini pula menciptakan guru harus bekerja keras menambah pendapatan dari tempat lain dalam satu waktu. Menurut Jalal dan Supriyadi (Haq, 2017: 189), dua indikator menajamen guru yang desentralistik belum terwujud, yaitu keamanan psikologis guru dalam melakukan tugasnya dan mendapat jaminan kesejahteraan. Jika sudah ibarat ini, membahas kualitas pendidikan tanpa memprioritaskan kesejahteraan fasilitatornya ibarat jauh panggang dari api.

Alih-alih sejahtera, guru malah kerap mendapat ani4ya. Alm Ahmad Budi Cahyono (27) salah satunya. Guru muda SMAN 1 Torjun, Sampang, Madura, Jawa Timur ini malah harus mereg4ng ny4wa di tangan anak didiknya sendiri, alasannya sang murid tak terima ditegur (Serambinews.com, 2/2/2018). Kisah-kisah miris ini menambah catatan pahit dan kelam guru yang katanya mengemban posisi mulia dan kerap disebut sebagai “pahlawan tanpa jasa”.

Keistimewaan Aceh
Aceh disebut tempat istimewa. Tiga keistimewaan tersebut meliputi, agama, adat istiadat, dan pendidikan. Pusat memperlihatkan kewenangan penuh kepada Aceh mengatur tiga variabel tersebut. Dengan demikian, sudah sepatutnya keistimewaan pendidikan diwujudkan melalui kesejahteraan guru sebagaimana judul artikel ini, “Aceh Mengistimewakan Guru”.

Peran guru amat sangat memilih kualitas generasi ini. Kesejahteraan mereka tentu mempengaruhi kiprahnya dalam mengemban amanah mencerdaskan anak bangsa. Lebih dari itu, berdasarkan Deitje S. Borang (2010: 245) guru dituntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus bisa mentransformasikan knowledge, values, dan skill, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan, tidak jarang para guru dianggap sebagai orang kedua, sehabis orang renta anak ajar dalam proses pendidikan secara global.

Guru sudah selayaknya mendapat keistimewaan dari manusia. Sebab Allah Swt saja begitu mengistimewakan guru. Hal ini sesuai dengan kesepakatan Allah Swt yang akan meninggikan derajat orang-orang yang bakir pengetahuan (satu di antarany; guru) menjadi beberapa derajat (QS. Al-Mujadalah: 11).

Untuk itu, berikut beberapa anjuran penulis dengan cita-cita terwujud Aceh sebagai tempat penggerak yang mengistimewakan guru: Pertama, naikan honor guru. Pemerintah harus berani menetapkan regulasi dengan taraf honor guru di atas UMP. Guru mempunyai kiprah mulia, yaitu mencerdaskan anak bangsa. Maka imbalan yang diberikan mesti istimewa pula. Jika masih sulit, maka berjuanglah setidaknya berada pada standar UMP. Terkhusus kepada para guru-guru honor, sudah selayaknya mereka diselamatkan melalui regulasi ini.

Kedua, berikan beasiswa. Kepada guru-guru muda berprestasi, berikan kesempatan melanjutnya pendidikan yang lebih tinggi melalui beasiswa khusus guru. Banyak kegiatan beasiswa hari ini, namun penulis melihat hanya guru-guru di perkotaan dengan kualitas pendidikan yang baik saja yang bisa mengecap kegiatan ibarat ini. Tidak dengan guru-guru di perkampungan.

Melalui kegiatan beasiswa merata, satu guru dari setiap sekolah baik di perkotaan maupun di perkampungan berhak mendapat tiket yang sama melanjutkan S-2 gratis setiap tahunnya atau per periode tertentu. Hal ini akan sangat mendulang percepatan perbaikan dan mutu pendidikan di Aceh.

Ketiga, mendapat prioritas jaminan kesejahteraan. Harus ada jaminan hari tua, pendidikan anak, kendaraan dan hal-hal yang dirasa kebutuhan fundamental jangka pendek maupun jangka panjang untuk guru. Aceh mesti menjadi penggerak kesejahteraan guru. Dengan begini, para guru di Aceh benar-benar mendapat tempat yang istimewa dengan segala kemuliaan yang ia miliki.

Kreatif dan inovatif
Selanjutnya, sebagai forum pemerintah, Dinas Pendidikan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota harus menjadi “bintang” dalam mendorong kesejahteraan para guru. Kreatif dan inovatif dalam memperlihatkan pelayanan jasa guru yakni bentuk dari aktualisasi mengistimewakan guru di bumi Serambi Mekkah ini.

Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah, Mochamad Ardian Noervianto, menjelaskan, seluruh alokasi dana otsus dari Januari hingga Desember 2018 sebesar Rp 8 triliun (Serambinews.com, 7/7/2018).

Provinsi dan kabupaten/kota se Aceh pada tahun anggaran 2018 memperoleh alokasi dana transfer dan dana desa sebesar Rp 34 triliun lebih. Duit sebanyak ini bisalah dilebihkan untuk kesejahteraan guru dengan cita-cita Aceh menjadi penggerak mengistimewakan guru ke depan.


Pada akhirnya, mimpi menuju suatu bangsa besar, maju dan penuh peradaban, hanya akan terwujud kalau generasinya sudah mempunyai kualitas dan daya saing yang tinggi. Melalui kesejahteraan guru, kita berharap kualitas pendidikan bisa lebih baik lagi. Terkhusus untuk pemerintah Aceh.

Jika ketiga poin di atas bisa diaktualisasikan, maka Aceh kembali bersiap menjadi penggerak yang kemunginan akan kembali ditiru oleh pemerintah pusat. Teruslah Aceh menjadi penggerak dalam kebaikan. Selamat Hari Guru dan Selamat Milad PGRI!

Sumber : kompas.com

Demikian informasi dan informasi terkini yang sanggup kami sampaikan. Silahkan like fanspage dan tetap kunjungi situs kami di Info Pemerintah,  Kami senantiasa memperlihatkan informasi dan informasi terupdate dan teraktual yang dilansir dari banyak sekali sumber terpercaya. Terima Kasih atas kunjungan anda agar informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat.

Artikel Terkait