Dosen Ilmu Politik Islam Universitas Indonesia (UI) Sri Yunanto menyampaikan isu Presiden Jokowi anti-Islam merupakan fitnah. Sri meluncurkan buku 'Keislaman Jokowi'.
Sri menyampaikan dalam program bedah buku 'Keislaman Jokowi' karyanya yang digelar di D Hotel Jakarta, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (6/11/2018). Sri Yunanto mengaku menulis buku itu alasannya ingin menangkal semua fitnah anti-Islam yang ditujukan ke Jokowi.
Sri Yunanto meminta pemilih tidak mewaspadai keislaman capres nomor urut 01 itu. Dia menilai keislaman Jokowi tercermin dari pribadinya sebagai pemimpin keluarga, presiden, dan anggota Islam dunia.
"Jika Anda tidak akan menentukan Jokowi, jangan serang Jokowi dengan sebutan anti-Islam, menzalimi Islam, bukan Islam yang baik, alasannya tuduhan Anda itu tidak terbukti dan fitnah," kata Sri Yunanto.
Sri mengklaim memperoleh bukti-bukti keislaman Jokowi dari metodologi dan data-data sekunder. Dia sengaja tidak melaksanakan wawancara pribadi dengan Jokowi untuk menjaga netralitasnya dalam menulis.
"Saya lihat rekam jejaknya Pak Jokowi, saat saya telusuri, ia lahir sebagai muslim, dari keluarga muslim, menjalani pendidikan agama formal maupun informal," ujarnya.
Sri memandang Jokowi juga sudah menjalankan ibadah-ibadah keislaman. Dia mencontohkan perilaku Jokowi soal zakat.
"Selain membayar zakat, Pak Jokowi juga membawa zakat masuk Istana, artinya mengajak para pejabat muslim untuk membayar zakat. Pak Jokowi mendorong Menteri Agama untuk melaksanakan reformasi pengelolaan zakat," jelasnya.
Jokowi juga disebutnya mempromosikan Islam moderat yang merupakan tabiat dari Islam Indonesia. Sri melihat itu dari seringnya Jokowi mengunjungi pesantren dan menjalin silaturahim dengan tokoh-tokoh Islam di Indonesia.
Selain itu, dia bicara soal perilaku Jokowi yang terus menjalin persahabatan dengan negara-negara Islam dan membela kemerdekaan Palestina.
"Kelompok Islam yang sering mengklaim bela Islam, untuk jujur menghargai langkah-langkah Jokowi yang bela Palestina, Rohingya, Pakistan, dan Afganistan, menyerupai antum juga. Kejujuran sebagai bab dari aliran Islam," kata Sri.
Ketua Pokja Toleransi Wantimpres Agus Salim mengaku bersyukur lahir dan besar di Indonesia yang penuh toleransi. Namun, dia menyesalkan kondisi bangsa akhir-akhir ini yang cenderung intoleran.
"Tapi akhir-akhir ini kita agak miris juga, alasannya kehidupan berbangsa kita agak tercoreng nih, dengan adanya intoleran, radikalisme. Bendera, (tampang) Boyolali, ada lagi yang gres nih wartawan dikata-katain. Biarin aja, untung kita punya presiden punya tabiat santun. Artinya NU itu nggak salah pilih, niscaya bener pilihannya. Kita butuh presiden yang santun dan tukang kerja, ya Jokowi," ujar Agus di kesempatan yang sama. [detik.com]