Baik Baik Selalu...


Seindah apakah senja yang mengendap perlahan-lahan di permukaan maritim sehingga tampak air yang hijau itu berangsur-angsur berwarna warni jawaban pantulan cahaya lampu reklame yang berjejer di atas gedung daerah causeway bay Hongkong. Sesedih apakah perasaan kala melihat senja itu lewat jendela apartemen Harbour Horizon view , Kowloon? Sepanjang angin akan berembus, selalu ada kisah wacana perempuan kesepian, senja yang menunggunya dalam waktu yang serba sebentar, kemudian keheningan pun terjadi meski bahwasanya seruling kapal saat melintasi harbour itu dapat terdengar hingga ke batas langit, atau ke dasar laut.
”Aku melihat senja, kemudian memikirkan Uda.” Ucap Yuni pada Burhan. Mereka keluar dari apartement, di sore yang cerah, di tepi dermaga. Keduanya duduk di korsi taman pinggir Harbour , menikmati embusan angin dan melihat kapal berlalu-lalang masuk dan keluar pelabuhan. Akankah Burhan masih paham wacana Yuni menunggu senja yang dimaksud. Mungkin saja Burhan tak pernah memperhatikan bagaimana bentuk senja sejak ia memutuskan menikahi istrinya.
”Uda tahu kenapa saya memikirkan Uda setiap kali melihat senja?” tanya Yuni.
Burhan  tak menjawab, toh sebentar lagi niscaya Yuni menjawab pertanyaannya sendiri.
”Karena senja menyerupai diri Uda, keras dengan mata elang tapi menyenangkan. Sangat menentramkan, walau dapat kapan saja bagaikan elang terbang menembus cakrawala dan muncul tiba tiba dari balik awan menyerang dengan akurasi tinggi. Dingin tanpa emosi. ”  Kata Yuni seakan mencoba mendiskprisikan seorang Burhan di hatinya.
”Yuni tetap suka berada di sini meski Uda membisu saja.” Kata Yuni
Begitukah?
Burhan memang masih diam.
”Kalau tidak ada Uda, niscaya senja membuatku merasa ditimbun lara. Dengan bersama Uda, entah mengapa selalu ada harapan. Angin senja selalu setia memberikan pesan rinduku”
Sepanjang angin berembus, Yuni terus berbicara. Tapi hari masih belum menuju malam pekat. Belum waktunya pulang, beberapa burung kecil duduk di besi dermaga kemudian terbang lagi. Malam belum datang, dan kebersamaan ini janganlah cepat berlalu.
”Benarkah ada imajinasi yang selalu tiba saat senja?” tanya Burhan. Mungkin ia gusar dengan cara Yuni selalu menikmati keheningan senja.
”Tentu saja.”
”imajinasi apa? Imajinasi cinta?
”Ah, bukan. Jangan terlalu klise, Sayang.”
”Lalu?”
”Hanya imajinasi saja.”
”Pasti ada visualnya. Bahkan anak Taman Kanak-kanak saja punya visual imajinasinya. Sampaikanlah. Aku ingin dengar"
” Dari langit akan  ada burung besi di kendarai kesatria menjemput putri yang selalu menanti di jendela kamarnya"
”Ya. Terus ..."
”Ah sudahlah ..."
Kenangan lagi. Seperti diksi yang luar biasa picisan, namun kadang sepasang kekasih dapat mengorbankan apa saja untuk sesuatu yang picisan, bahkan pembicaraan selanjutnya menyerupai tak akan menyelamatkan mereka. Kecuali waktu yang terus susut, jam terpojok ke angka 7.  Senja turun,  ada kapal yang melintas di teluk itu.  
”Mungkin kita harus pindah tempat, kembali ke apartement” Ucap Burhan
”Tidak. Dari sini kita dapat melihat senja.”
”Tapi sekarang terasa dingin.”
”Tapi kalau kita pindah, nanti Yuni susah memikirkan Uda dalam bentuk yang menyerupai ini.”
Tentu saja.
***
Dermaga besar yang teramat sabar, bentangan maritim memanjang hingga ke penjuru ingatan, ke palung kehilangan, ke maritim kasmaran. Sesungguhnya, ada banyak kisah di Kowloon atau Tsim Sha Tsui, East. Bukan hanya sepasang kekasih yang duduk di besi dermaga untuk menunggu senja, tapi juga kisah-kisah lain manusia. Semua itu ialah cerita. Tapi pemandangan Dermaga, senja, dan sepasang kekasih mungkin akan menjadi kisah yang paling dramatis. Bisa saja sepasang kekasih itu pada kesudahannya akan berpisah, tapi masing-masing dari mereka tak dapat menghilangkan kenangan saat duduk berdua di dermaga. Seakan-akan mereka sedang mengabadikan cinta dalam hitungan detik terbenamnya matahari. Lalu pada suatu waktu si lelaki akan sengaja kembali ke tempat itu, duduk di sana, demi mengenang perempuan itu atau dapat saja kisahnya di balik. Meski mungkin si perempuan tak kembali, alasannya ia merasa tersakiti kalau harus melihat senja di dermaga itu lagi.
Tetapi, kapal akan tetap melintas, tepat saat senja, saat matahari lingkaran di ujung laut.Ya, sebentar lagi, sebuah kapal akan melintasi teluk itu. Sungguh suasana yang romantis, seorang kapten kapal  yang bertugas di kapal itu sedang membayangkan kapal yang di kemudikannya sebentar lagi melintasi teluk, kemudian ia akan membunyikan peluit keras-keras, nguooongngng, hingga ia pun teringat dengan kekasihnya di masa lalu; seorang perempuan penggemar senja.
”Bertahun tahun saya berimajinasi Uda menjadi kapten, dan membawa kapal yang melintasi teluk tepat saat senja.”
”Kamu ingin saya jadi kapten kapal?”
”Ya. Menjemput ku yang setia menanti di kala senja” Mata sipit Yuni melirik kearah Burhan” Tidak mungkin ya Uda ?” Matanya layu jatuh ke tanah.
”Aku telah mencoba tapi tidak pernah berhasil Yun. Maafkan aku. Persahabatan kita terlalu indah untuk dibatasi oleh forum perkawinan.”
”Uda akan selalu dalam pikiranku, selalu.”
”Cinta sudah cukup tepat bila kita punya ruang untuk membuatkan dan peduli.”
" Apakah cukup cinta yang Uda maksud itu? Untuk ku? Sepanjang angin akan berembus, pertanyaan menyerupai itu seolah tak ada gunanya. ”Cinta yang uda maksud tidak menciptakan Uda merindukanku. Uda hanya peduli dan selalu ada untuk Yuni , untuk melindungi Yuni, menghapus air mata Yuni. itu aja. Sementara cinta yang kumaksud ialah merindukan. Selalu ?” Kata Yuni.
Burhan hanya diam. " Rindu hanyalah sebatas keinginan. Apa pun selebihnya ialah milik Tuhan!Apalah saya untuk dapat mempunyai sehingga selalu merindukan. Bahkan terhadap diriku saja saya tak berdaya. Kalau sakit ya sakit aja walau begitu kerasnya menjaga disiplin semoga tetap sehat. "Kata Burhan kemudian sambil menatap kearah dermaga.
“ Ini terakhir saya menanti senja. Satria itu telah tiba kemarin.  Besok besok ia akan melamarku.” Akhirnya hingga juga sebuah perilaku dari Yuni. Menentukan pilihan yang ketiga kalinya dalam hidupnya. Dia yakin tidak ada pilihan yang tepat namun dengan menentukan beliau mengakui kelemahanya sebagai insan yang tidak sempurna. Andi sudah menentukan perilaku dengan menceraikan istrinya yang memang tidak pernah ada titik temu untuk berdamai. Rasa hormatnya akan langsung Yuni telah membuatnya punya keberanian melamar Yuni jadi istri.
“ Siapa kapten itu ?
“ Bukan Uda yang pasti. “ Kata Yuni dengan mata sipitnya yang sendu.
“ Siapa ?
“ Andi Ng. Dia telah mengabarkan bahwa beliau berani mengambil keputusan untuk memperistriku”
“ Akhirnya berlabuh juga kau di dermaga harapan. “
“ Ya. Aku lelah menanti senja, menanti kapten kapal menjemputku, yang kesudahannya hanyut dibawa angin malam. Dia bukan si kapten  yang saya imajinasikan namun dengannya saya dapat menghapus warna warni imajinasiku, wacana Uda.”
“ Aku tetap sahabatmu. Kapanpun kau merindukan ku, yakinlah saya selalu di hatimu. Setidaknya saya ada pada Yuli. Dia akan menjadi malaikatmu di usia senjamu.”
“ Terimakasih Uda. Terimakasih untuk segala galanya. Yuni tidak akan ambil uang dari saham yang Uda hibahkan saat kita mendirikan Holding. Di hadapan Yuni , Uda terlalu berharga di bandingkan uang yang Uda berikan untuk 20% saham itu. Tabungan Yuni hasil dari deviden, bonus dan honor selama berkerja dengan Uda, lebih dari cukup untuk seorang istri pilot. “
“ Baik baik selalu sayang. Jaga dirimu ya” Kata Burhan dengan senyum tertulus.
“ Ya, Uda. “ Kata Yuni dengan air mata berlinang.  “ Yuli bersikap jelas. Dia tidak mendukung keputusan Yuni untuk menikah. Dia menentukan untuk tetap bersama Uda. Jaga Yuli ya Uda.”

" Aku sudah berusaha meyakinkan Yuli untuk mengerti kamu. Bahwa kau butuh suami yang akan melengkapi hidup kamu, menuju sorga yang di janjikan Tuhan. Tapi, sabar ya Yun, semoga berjalannya waktu , Yuli dapat berdamai dengan kenyataan. Tentu. Tentu, akan saya jaga Yuli menyerupai saya menjaga nilai nilai persahabatan kita. “

" Sifat Uda lebih secara umum dikuasai pada diri Yuli. Entah kenapa pandangan hidupnya ialah pandangan Uda. Termasuk beliau merasa nyaman saat Henry akrab dengannya.

" Hubungan Henry dengan Yuli hanyalah korelasi orang dewasa. Henry laki-laki lajang yang baik dan cerdas. Dia juga dari keluarga miskin yang yatim sedari kecil. Henry di besarkan oleh kakeknya."

" Mengapa Yuli hingga akrab dengan Henry, Uda?

" Yuli ambil jurusan Financial and banking dan Henry alumni Harvard yang jurusannya sama dengan yang di ambil Yuli di Universitas. Mungkin chemistry intelektual mereka sama makanya dapat nyambung. Beri Yuli kepercayaan untuk menentukan sendiri hidupnya. Kita akan awasi beliau semoga tidak terjerumus. Dan lagi Henry sangat menghormati Yuli, bahkan terkesan walau akrab masih menjaga jarak. Karena Henry tahu siapa Yuli, putriku. Tenang aja"

Terdengar getaran telepon genggam Yuni, dan melirik Burhan “ Andi Ng, sudah di loby. Jemput Yuni untuk makan malam. Besok Yuni ke London  bersama Andi. Karena Andi ingin bicara dengan Yuli.”
“ Ok. Silahkan Yun. Aku kembali ke apartement ku.” Kata Burhan sambil tersenyum.  Yuni menyalami Burhan sambil mencium punggung tangannya. “ You always my man, my dearest. You were always on my mind..” Kata Yuni lirih saat Burhan melangkah menjauh menjemput malam. Senja berlalu dan beliau biasa pergi meninggalkan senja, tanpa beban. Semua berawal lantaran Tuhan dan berakir lantaran Tuhan.
Hung Hom, Hong Kong
Winter 2015.



Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait