Kemarin saya diskusi dengan sobat prihal gosip bloomberg yang membuat bursa regional bergerak positip. Apa gosip itu ? gosip mengenai bangkitnya ekonomi China dari lubang krisis. Kebijakan ketat yang diterapkan Beijing semenjak tahun 2008 telah membuahkan hasil. Output produksi china meningkat. Data terakhir mengaindikasikan pertumbuhan akan diatas 7 %. Teman saya itu menyampaikan bahwa ditahun tahun mendatang kita akan melihat China tidak akan sama dengan China sebelum tahun 2008. Pemerintah China berguru mahal dari krisis 2008 itu. Betapa tidak? Andaikan china itu negara demokrasi yang membolehkan demontrasi maka sudah dipastikan terjadi chaos sosial. Rezim akan tumbang mirip kala Soeharto di Indonesia. Mengapa ? menyerupai kendaraan yang sedang melaju kencang mendadak di rem lantaran sesuatu lantaran maka sanggup dipastikan seluruh penumpang yang ada akan terlempar keluar dan jatuh tersungkur. Itulah yang terjadi di China. Ada jutaan UKM yang hidup sebagai supply chain industry yang beroritentasi eksport terpaksa melarat dan sebagian hidup senen kemis. Terjadi gelombang PHK yang tak terbayangkan sebelumnya. Pengangguran meningkat tajam. Seakan fondasi ekonomi yang dibangun bertahun tahun hancur begitu saja. Padahal China tidak melaksanakan kesalahan apapun. Ini semua lantaran ulah Uwak Sam yang brengsek kelola moneter dan China termasuk dunia terkena pengaruh buruknya. Tapi diakui juga pertumbuhan ekonomi china sebelumnya berkat kelonggaran moneter dari AS sehingga menciptakan rakyatnya doyan konsumsi lewat berhutang.
Memang pertumbuhan ekonomi sebelumnya secara jujur diakui oleh elite politik china bahwa telah menimbulkan economi imbalance. Secara global berdampak meroketnya harga materi baku mirip baja dan lain lain untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri china yang rakus. Naiknya harga Crude Oil dunia jawaban rakusnya industri petro chemical china menghasilan produk down stream. Disamping itu kebijakan ekonomi yang bertumpu pada eksport telah mengakibatkan terjadinya kesenjangan ekonomi didalam negeri lantaran pertumbuhan ekonomi lebih cepat dibandingkan pertumbuhan kemakmuran dimasyarakat. Kaum buruh terpaksa harus mendapatkan honor murah dan para petani harus mendapatkan imbal hasil yang rendah demi mensuplai kebutuhan materi baku bagi industri berorientasi eksport. Ternyata pengorbanan yang begitu besar hanyalah untuk memanjakan dunia khususnya negara maju untuk mendapatkan barang yang murah. Dan dikala mereka tidak punya kemampuan lagi berhutang untuk berkonsumsi, ekonomi terpuruk dan pasar menyusut, chinapun menjadi korban. Keadaan inilah yang disesali dan harus dikoreksi untuk masa depan yang lebih baik. Kedepan ekonomi china akan tetap menjadikan eksport sebagai sasaran namun pasar dalam negeri ialah prioritas yang harus dikelola sebaik mungkin. China berguru dari krisis dan mendapatkan hikmah bahwa pada akibatnya kekuatan rakyatlah yang menciptakan bangsa dan negara kuat. Salah besar jikalau negara berharap kemakmuran lantaran dukungan pasar luar negeri dan dukungan dana luar negeri.
Jadi apa kongkritnya kebijakan yang dibentuk oleh pemerintah China sehingga bisa keluar dari krisis dengan cepat, hanya lima tahun semenjak tahun 2008 krisis terjadi. Tanya saya. Menurutnya sederhana saja. Kalau sebelumnya kebijakan ekonomi bertumpu kepada Export dan investasi ( lebih kepada property dan insfrastruktur ), sekarang kebijakannya ialah pasar domestik dan investasi pedesaan. Krisis 2008 melahirkan reformasi atas kebijakan ekonomi Deng. Lewat kebijakan ini, pemerintah mengurangi pajak UKM dan menghapus pajak bagi petani. Untuk mengganti pasar yang menyusut jawaban menurunnya ajakan eksport, melalui APBN pemerintah mengeluarkan stimulus untuk belanja barang sebanyak mungkin supaya produksi dalam negeri terserap. Disamping itu secara gradual semenjak tahun 2008 pemerintah menaikkan UMR buruh dan sekarang UMR buruh telah meningkat 4 kali lipat dari UMR sebelum tahun 2008. Dengan demikian buruh ( secara umum dikuasai penduduk ) punya daya untuk berkonsumsi dan itu diarahkan untuk memperluas pasar domestik. Disamping itu, pemerintah mulai membuka diri dengan menempatkan rakyat sebagai konsumen yang berhak mendapatkan kualitas produk terbaik. Maka, Standard industri diperketat supaya sanggup menghasilkan out put berkualitas. Kebijakan pro sektor riil yang bekerjasama dengan kenaikan upah ini tentu tidak menimbulkan penolakan dari pengusaha lantaran adil.
Jadi apa kongkritnya kebijakan yang dibentuk oleh pemerintah China sehingga bisa keluar dari krisis dengan cepat, hanya lima tahun semenjak tahun 2008 krisis terjadi. Tanya saya. Menurutnya sederhana saja. Kalau sebelumnya kebijakan ekonomi bertumpu kepada Export dan investasi ( lebih kepada property dan insfrastruktur ), sekarang kebijakannya ialah pasar domestik dan investasi pedesaan. Krisis 2008 melahirkan reformasi atas kebijakan ekonomi Deng. Lewat kebijakan ini, pemerintah mengurangi pajak UKM dan menghapus pajak bagi petani. Untuk mengganti pasar yang menyusut jawaban menurunnya ajakan eksport, melalui APBN pemerintah mengeluarkan stimulus untuk belanja barang sebanyak mungkin supaya produksi dalam negeri terserap. Disamping itu secara gradual semenjak tahun 2008 pemerintah menaikkan UMR buruh dan sekarang UMR buruh telah meningkat 4 kali lipat dari UMR sebelum tahun 2008. Dengan demikian buruh ( secara umum dikuasai penduduk ) punya daya untuk berkonsumsi dan itu diarahkan untuk memperluas pasar domestik. Disamping itu, pemerintah mulai membuka diri dengan menempatkan rakyat sebagai konsumen yang berhak mendapatkan kualitas produk terbaik. Maka, Standard industri diperketat supaya sanggup menghasilkan out put berkualitas.
Secara Moneter, china mulai menurunkan suku bunga supaya acara sektor riel tidak terganggu namun pada waktu bersamaan menciptakan kebijakan ketat terhadap kredit property dan KPR. Bank dihentikan memperlihatkan kredit kontuksi dan dihentikan memperlihatkan kredit KPR bagi yang sudah punya rumah. Pemerintah juga menerapkan pajak progressive terhadap kepemilikan rumah. Artinya semakin banyak orang punya rumah semakin tinggi pajaknya. Ini akan mengerem motive spekulasi kaum kaya terhadap property. Dampaknya tentu menciptakan business property terjerembab dan menimbulkan NPL gigatik di dalam system perbankan. Harga property yang tadinya sudah bubble mulai mengempis ketingkat harga rasional. Lantas bagaimana dengan NPL tersebut. Tanya saya. Melalui dana stimulus yang disediakan oleh APBN, pemerintah mem bailout NPL tersebut dan menyerahkan asset dari perusahaan yang terkena NPL tersebut kedalam pengelolaan BUMN, dan kelak ketika keadaan ekonomi mulai membaik , asset tersebut akan dijual kepublik khususnya untuk mendukung Housing development jadwal bagi rakyat golongan menengah bawah. Dengan kebijakan ini pengaruh inflasi jawaban bubble price dari property sanggup di eliminate dan pasar terkendali kearah keadilan. Inflasi secara keseluruhan tetap rendah lantaran petani semakin garang berprodksi semenjak pajak dihapus dan UKM bisa berdiri semenjak pabrik kembali berproduksi lantaran pasar domestik tinggi.
Konsep ini hanya mungkin jikalau kebijakan negara berorientasi kepada keadilan sosial yang memungkinkan seluruh rakyat memiliki susukan untuk berkonsumsi lantaran mereka punya kemampuan berproduksi. Demikian kesimpulan sobat saya itu perihal China. Tapi bangsa kita tidak pernah berguru dari krisis dan tentu tidak mendapatkan hikmah apapun....
Sumber https://culas.blogspot.com/