Iman Dan Kebencian...

Jerry Falwel

Donald Trump sukses sebagai Presiden bukanlah hal yang luar biasa. Karena ia berguru dari seorang Jerry Falwel. Oleh para jago propaganda, cara cara Jerry Falwel di jadikan teori dan di praktekan untuk merebut hati massa. Apa sih kelebihan Jerry Falwel ? Baik lah saya ceritakan kepadamu perihal sosok dia. Ia yakni seorang laki-laki bertubuh gemuk,  akrab dan ramah, jago kotbah bagaikan pemain film panggung. ia seorang pendeta Protestan yang bisa membuat keyakinan yang bisa melahirkan kebencian kepada siapapun yang tidak di sukai. Dia menjadi pendeta sejuta umat. Makanya tak absurd apabila para Politisi mendekatinya untuk mendapat cara gampang mendapat bunyi rakyat. Dari pengusaha,  kaum menengah, miskin , yang masih percaya too good to be true untuk kaya cepat melalui bantuan di jalan Tuhan, semua mengindolakannya. Tentu lantaran itu ia mendapat kehormatan di panggung elite kekuasaan dan uang berjuta dollar masuk ke rekeningnya, Diapun kaya raya dengan sederet kendaraan glamor di rumahnya.

Ketika ia meninggal dalam usia 73 tahun tahun 2007 wallstreet dalam keadaan merah yang hasilnya tumbang di tahun 2008. Dunia kehilangan referensi terbaik perihal insan yang menimbulkan kebencian melahirkan ketenaran dan uang. Mengapa ia begitu  menjadi maknit orang banyak ? Karena ia menyampaikan bahwa Amerika yakni tanah yang di janjikan, “Yerusalem Baru”. Tapi , katanya lagi, Amerika sedang terancam oleh agresi teror di mana mana. Karenya ia berkata di atas podium dengan lantang ” Amerika harus di selamatkan”. Ya ia piawai membuat musuh bersama. Aseng dan asing harus di usir, negro harus di enyahkan.

Bagi Falwell bahwa ”Amerika”,adalah negeri orang-orang kulit putih saja. Sementara pendatang lain yang kulit hitam, Islam yakni ancaman. Karenanya cukup alasan membenci orang hitam dan Islam. Bahkan siapapun yang membela orang hitam seperti  gerakan Martin Luther King dan Nelson Mandela harus di musuhi. Kemudian ia menambah daftar musuh yang harus di beci. Mereka itu yakni Katolik, Yahudi, Islam, dan bahkan diapun membenci kaum sekular. Setelah itu ia mulai merambah benci ke wilayah lain, yaitu kaum homoseksual, segala acara porno aksi, pemabuk, pendukung aborsi, komunis kiri atau kanan, penentang politik zeonis di Timur Tengah. Entahlah. Yang niscaya ia selalu punya alasan untuk membenci dan memusuhi siapapun.

Dengan keras ia bicara diatas podium di hadapan umatnya yang butuh pengalihan lantaran gagal bersaing hidup dengan mereka yang doyan kerja keras. “Kita harus memerangi humanisme, liberalisme, para kafir. Kita harus memerangi semua sistem setan yang membuat korupsi dan keruskan moral negeri ini.” Ia tak jarang mengutip wahyu 19 dalam injil : di sana Yesus digambarkan memegang sebilah ”pedang tajam” dan meluluhl antakkan bangsa-bangsa. Atau mengutip Perjanjian Lama, yang menyambut Tuhan sebagai ”Tuhan Perang”. Pada 1979, Falwell membentuk gerakan membela sabda Tuhan dengan klaim bahwa bunyi orang-orang yang taat beragama yakni bunyi moral dan bahwa mereka di dukung sebagian besar rakyat Amerika, kaum kulit putih.  Mereka selalu menyampaikan bahwa gerakan mereka bukan gerakan politik tapi gerakan murni sebagai representasi  Moral Mayoritas, tapi anehnya mereka menjadi mendukung Partai Republik. Mereka ini yang menimbulkan Bush jadi presiden  dan membuat Amerika gulung tikar dan sekarang Trump jadi Presiden. Entah apa lagi yang akan terjadi pada bangsa Amerika.

”Ide bahwa agama dan politik tidak bisa di campur itu berasal dari Setan”, kata Falwell dengan bunyi lantang dalam sebuah khotbah  ”Jika kita akan menyelamatkan Amerika dan membuat Alkitab diterima di dunia, kita harus membuang ke tong sampah filsafat sekuler yang bertumpu pada akal, yang secara diametral bertentangan dengan kebenaran Kristen,” katanya pula, sebagai alasan bagi mobilisasi politik yang sedang di siapkannya. Falwel tak ubahnya dengan kampanye Donald Trum, yang membuat rasa cemas dan paranoia terhadap segala hal yang baik dan benar bagi kaum terpelajar. Singkatnya bagi Falwel berpolitik yakni cara menghabisi siapa saja yang berbeda, dan untuk itu agama di dengungkan dengan injil di ajun biar orang banyak berbaris tertip di belakangnya. Taklik buta di ciptakan. 

Di tengah pesimisme yang bego dan loyo itu, optimisme di dengungkan kencang kencang biar hidup tidak kehilangan value, biar Tuhan tidak sia sia. Maka sehabis Antikristus akan datang, sebuah simpulan yang indah akan terjadi: ia akan di kalahkan oleh Messiah dalam sebuah perang besar terakhir, di Armagedon. Di sini bergotong-royong politik Falwell dan kaum fundamentalis hanyalah mengulang atau copy paste dari cara cara membangkitkan zeonisme menjadi sebuah gerakan: Playing victim dan kemudian membalikan persepsi orang banyak untuk mendukungnya seraya bercerita perihal kemenangan yang niscaya di raih di masa sekarang dan masa depan, asalkan kebencian atas nama sabda Tuhan di imani. Apa tujuannya? Bukanlah memuliakan sabda Tuhan, tapi mematikan sabda Tuhan yang menyuarakan cinta dan kasih sayang, dan meraih kekuasaan diatas kebodohan orang banyak. Bukan politik demokrasi perihal kesataran, kebebasan, perdamaian yang di kehendaki tapi politik tiran atas nama Tuhan dan kebenaran yang di paksakan.  

Saya kira memang itulah yang terjadi dengan fundamentalisme. Mereka  membentuk opini bahwa hanya mereka yang berhak memilih apa yang benar dan salah , dan menjadi forum yang membuat orang terisolasi nalarnya? . Itulah sebabnya  kaum fundamentalis, Kristen, Islam, Yahudi, atau Hindu menyimpan pesimisme perjuangan. Karena sebetulnya kaum fundametalis tidak di dukung oleh kaum yang openmind dan smart. Ia hanya ada pada hasilnya berputar di kalangan elite nya saja , yang tak bisa jauh dari kemewahan hidup dan selir yang ada di setiap pintu rumah. Itu sebabnya bila mereka menang dan berkuasa, maka ibarat biasanya korupsi mewabah, dan mereka punya alasan bahwa insan bukan malaikat. Maafkan kekuasaan atas nama Tuhan itu. Untuk itu, mereka selalu mengulang ngulang kisah masa kemudian yang murni dan penuh kejayaan tanpa noda. Dengan sendirinya, masa depan yakni jurang terkutuk apabila tanpa mereka yang memimpin. Kita bisa melihat Israel hingga sekarang bagaimana kekuasaan terus di pertahankan dengan terus mengkampanyekan kebencian terhadap Islam, kristen , katolik. 

Jerry Falwell sukses menggandakan cara cara zeonisme dan sukses menghubungkan keimanan dengan kebencian untuk menjadi pendeta sejuta umat. Trump juga memakai retorika itu dan sukses jadi presiden Amerika. Tentu cara cara zeonisme hingga sekarang juga di pakai oleh sebagian kelompok yang ingin merebut kekuasaan di aneka macam negara. Mereka tidak ingin gerakannya di sebut politik tapi melakukan sabda Tuhan untuk menghasilkan uang dari kaum oportunis politik. Karenanya kendaraan yang di pakai selalu agama.  Mengapa ? sepotong sabda Tuhan bisa menjadi magic word untuk orang jadi pembenci. Menghalalka bunuh. Karena untuk membenci memang tidak di perlukan intelektual tinggi, Manusia paling dungu saja punya sejuta alasan untuk membenci, dan juga lagi tidak perlu jadi orang terlalu cerdik untuk menggiring orang banyak jadi pembenci. Sebetulnya mereka masuk jebakan zeonisme, fatwa sesat bahwa semua yang berbeda yakni musuh.

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait