Jangan Hanya Prosedur, Presiden Joko Widodo Ingatkan Sistem Akuntasi Harus Berorientasi Subtansi


Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, dalam dunia global yang berubah sangat cepat kini ini, kecepatan merupakan kata kunci dalam memenangkan persaingan dalam memenangkan kompetisi. Ia menyebuttkan, negara yang besar atau belum tentu bisa mengalahkan yang kecil atau negara kecil. Negara yang kaya belum tentu juga mengalahkan negara yang miskin.

“Sekarang ini yang cepatlah yang niscaya akan mengalahkan yang lambat atau yang lambat. Negara yang cepat akan mengalahkan negara yan lambat,” kata Presiden Jokowi ketika memperlihatkan sambutan pada pembukaan Kongres XIII Ikatan Akuntasi Indonesia  (IAI), di Istana Negara, Jakarta, Selasa (11/12) siang.

Oleh alasannya yakni itu, Presiden mengajak kepada semua pihak untuk membangun ekosistem sehingga kita bisa melangkah lebih cepat. Ia menegaskan, sistem akuntasi di sektor pemerintahan maupun sektor privat harus bisa mensinergikan antara akuntabilitas, efisiensi, orientasi hasil dan kecepatan.

Presiden memberi pola temuannya di beberapa sekolah maupun kementerian, ketika para guru maupun banyak pegawai harus menghabiskan waktu hingga malam hari untuk menuntaskan Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) perjalanan dinasnya.

Demikian juga yang berkaitan dengan pemberian proteksi untuk korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia menyebutkan, sudah 2,5 bulan uang anggaran untuk membangun kembali rumah korban gempa belum bisa diterima oleh masyarakat yang rumahnya roboh terkena gempa. Padahal, lanjut Presiden, uangnya sudah ditransfer, sudah diberikan.

“Apa yang saya temukan? Ternyata prosedurnya ada 17. Kenapa belum sampai? “Pak ini yang ini belum, yang ini belum, yang ini, yang ini belum”,” ucap Presiden seraya menambahkan,  ketika itu juga dirinya memerintahkan biar pencairan anggaran tetap dilaksanakan, tapi tetap menjaga akuntabilitas.

“Prosedurnya enggak usah banyak-banyak 17, saya minta 1 saja. Saya minta satu. Nyatanya juga bisa itu tetap, tetapi saya minta ini cepet,” sambung Presiden Jokowi.

Minta Tolong IAI

Karena itu, pada kesempatan bertemu dengan IAI itu, Presiden meminta tolong disiapkan sebuah mekanisme yang orientasinya bukan performa tetapi substansi.

“Enggak usah banyak-banyak prosedur. Bagaimana bisa memotong biar cepat. Karena berdasarkan saya, prinsip akuntansi itu kan cepat, murah, aman, kan itu. Bukan berorientasi pada mekanisme yang berbelit-belit,” kata Presiden.

Artinya, lanjut Presiden, kembali lagi manajemen negara kita ini harus disederhanakan biar pimpinan-pimpinan, pemimpin-pemimpin di setiap kementerian/lembaga maupun di tempat bisa memutuskan secara cepat, bisa merespon secara cepat kalau ada perubahan-perubahan global.

“Perubahan global kini ini cepat sekali. Kalau kita masih terbentur pada aturan-aturan mekanisme yang orientasinya bukan saja output tapi juga outcome, jangan hingga orientasinya pada prosedur,” tutur Presiden Jokowi.

Presiden mengaku sempat berpikir jangan-jangan aturan-aturan ini dibentuk alasannya yakni kita berpikir di sini yakni curiga, negatif thinking. Sehingga dibentuk aturan yang prosedurnya bermacam-macam. Tapi melihat meskipun aturannya banyak tetapi juga masih banyak yang melompat pagar sehingga yang ditangkap oleh KPK juga banyak, Presiden Jokowi menilai, jikalau pagar yang dibentuk setinggi-tingginya hingga laporan bertumpuk-tumpuk itu enggak ada gunanya.

“Karena orientasinya yakni tadi kan, akuntabilitas; efisiensi; orientasi hasil dan cepat/kecepatan,” ucap Presiden Jokowi.

Untuk itu, Presiden mengongatkan agar  jangan pula sistem akuntansi menciptakan kita hanya menghemat biaya langsung, tetapi juga memperbesar opportunity cost.

“Mestinya ke sana arahnya. Penundaan, kelambatan, kelambanan, ketidakberanian kita untuk berinovasi yakni opportunity cost yang sangat besar. Jangan hingga demi akuntabilitas pelaporan, lalu kita harus menanggung opportunity cost yang sangat mahal dan kita harus kehilangan kesempatan untuk berinovasi,” tutur Presiden.

Untuk itu, Presiden sangat mendukung rencana IAI untuk mempercepat aktivitas sertifikasi biar para akuntan di negara kita mempunyai kreativitas, inovasi, keterampilan, dan mempunyai daya saingi dalam rangka mendukung pengembangan ekosistem yang lebih akuntabel, lebih efisien, goal oriented, dan inovatif.

Presiden Jokowi juga berharap sistem akuntansi kita jangan hanya membangun kepatuhan yang dilandasi oleh ketakutan akan hukuman hukum. “Orientasinya jangan ke sini aja. Tetapi sistem akuntansi yang juga menjadi bab dari membangun sebuah budbahasa sosial, termasuk budbahasa dan budaya dalam birokrasi dan korporasi,” tutur Presiden Jokowi.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selau Ketua IAI Moermahadi Soerja Djanegara, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menristekdikti M. Nasir, dan Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo. [setkab.go.id]

Artikel Terkait