Sebagai bangsa yang pernah menjajah Indonesia lebih dari 300 tahun maka Belanda Ingin tahu apa yang sanggup menciptakan bangsa Indonesia yang bermacam-macam suku dan agama serta tersebar dilebih dari 6000 pulau sanggup dipersatukan. Belanda ingin tahu jawabannya. Pada 19 Desember 1948, agresi polisional Belanda terhadap indonesia melalui kekuatan militer berhasil dilakukan dengan jatuhnya Jogya dan ditangkapnya para pemimpin nasional Soekarno, Hatta, Sjahrir , Agus Halim. Para pemimpin itu diasingkan ke Bangka dan Prapat ( Sumatera Utara). Sementara 30 tokoh Republik yang ada di balik penyusunan Pancasila dan sedang melaksanakan perbaikan terhadap keberadaan Undang-Undang Dasar 45 supaya sesuai dengan Pancasila, juga ditangkap. Mereka dimasukan kedalam satu pesawat menuju Jogya untuk dijebloskan kedalam penjara Wirogunan. Mereka diinterogasi oleh kepala dinas jasus Belanda Kapten Vosveld yang populer keras cara penyiksaannya. Pada waktu interogasi tersebut hadir juga seseorang George Kahin , Warga Negara AS , yang sedang melaksanakan riset Doktornya. Dari interogasi ini diperlukan 30 tokoh ini sanggup memperlihatkan warta wacana kekuatan dibalik Proklamasi Kemerdekaan. Hasil interogasi itu ternyata kuncinya yakni Pembukaan Undang-Undang Dasar 45. DIdalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 45 itu ada kalimat “ Berkat Rahmat Allah “. Suatu kesadaran penuh bahwa kemerdekaan bersumber dari Allah. Ini ujud ketaqwaan kepada Allah. Kemudian diakhir kalimat Pembukaan UU 45 tertulis “dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesiaa. Kalimat simpulan dari Pancasila itu seakan code bahwa Indonesia yakni negeri yang dibangun untuk memakmurkan agama Allah. Adil yakni sifat mendekati taqwa.
Bagaimana caranya memakmurkan agama Alllah?. Dari hasil interogasi itu maka disimpulkan bahwa negeri yang akan dibangun oleh bangsa Indonesia ini yakni negeri yang bertumpu kepada kepemimpinan berlandaskan kepada Pancasila yang merupakan manifestasi dari spiritual Islam. Itu tercermin dari silah ke empat yang merupakan prinsip kepemimpinan dan bentuk negara yang saling kait mengkait dengan seluruh sila yang ada. Kepemimpinan yakni amanah dari Allah. Allah mengajarkan kita bagaimana menentukan pemimpin. Itu di contohkan bagaimana Allah menempatkan Nabi Muhammad sebagai Rasul yang juga pemimpin umat islam. Sebelum ia diangkat sebagai Rasul pada usia 40 tahun, terlebih dahulu ia sudah digelari oleh kaumnya sebagai Al-Amin. Artinya orang yang sanggup dipercaya dan selalu menjaga amanah. Bila dia amanah maka hanya kebenaran yang keluar darinya. Bila kebenaran yang tampak maka hanya kebaikan yang akan ditebar kepada orang sekitarnya. Otomatis keadilan akan tegak. Itu true leader. Sebagaimana hikmah dari Iman Besar Ja’far Ash-Shadiq bahwa Janganlah engkau melihat kualitas diri seseorang itu dari panjang rukuk dan sujudnya, tetapi lihatlah dari kejujuran dan kesetiaan dalam menjalankan amanah. Rasul mempunyai qualifikasi itu semua sebagai pemimpin umat. Rasulullah bersabda,"Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kehancuran!" Bila inginkan amanah itu diberikan kepada orang yang sempurna maka pilihlah dia lantaran keahliannya. Ahli disini bukan hanya dimaksud dengan skill atau knowledge tapi hikmah dan bijaksana,akhlak mulia.
Demikian pentingnya makna kejujuran dan amanah bagi seorang pemimpin. Keberadaannya bersanding erat dengan kedudukan para Nabi, syuhada, orang shaleh. Mereka yang diberi amanah oleh orang banyak sebagai pemimpin entah itu yang berada di executive, legislative, yudicative, pada diri mereka harus menempel erat sifat shadiqin. Bila mereka bersikap menyerupai itu maka inilah sabda Rasul “ Nanti yang paling akrab denganku pada hari simpulan zaman yakni kalian yang paling jujur dalam berbicara, paling setia dalam menjalankan amanah, paling menepati janji, paling anggun akhlaknya, dan paling khidmat kepada manusia” Ya, Masyarakat yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik akan memakmurkan masyarakat, membawa yang salah kepada kebenaran, membawa yang gelap kepada terperinci benderang. seharusnya , siapapun kita yakni pemimpin dan setiap pemimpin juga seharusnya mempunyai sifat shadiqin. Sejak Merdeka, Indonesia tidak pernah menerapkan Pancasila untuk melahirkan Undang-Undang Dasar yang sesuai dengan seluruh sila. Ini disebabkan lantaran memang tidak gampang mendapat pemimpin yang berkualifikasi sila ke empat itu. Ditambah lagi, pihak abnormal terus berupaya ingin merebut Indonesia secara tidak eksklusif melalui neocolonialism. Untuk melemahkan Indonesia maka bangsa Indonesia harus dipisahkan dari Pancasila, hal ini tak ubahnya sesuai dengan rekomendasi dari Kapten Vosveld kepada Pemeritnah Belanda ditahun 1948. Di kurun Reformasi Undang-Undang Dasar 45 diganti ( bukan di amandemen) Undang-Undang Dasar 2002 dan semenjak itu definisi Pancasila dirubah sesuai dengan semangat reformasi untuk melahirkan Undang-Undang Dasar yang gres yang pro-pasar. Indonesia pun masuk menjadi negeri jajahan. Disini kepemimpinan didasarkan kepada modal dan setiap kepemimpinan lahir lantaran motive kapitalisme.
Jatuhnya Soeharto lantaran krisis kepemimpinan yang dipicu oleh krisis spiritual jawaban budbahasa jelek menyerupai Korupsi , Kolusi dan Nepotisme. Di Era Reformasi , diujung kekuasaan SBY , Indonesia terjebak dengan APBN yang sarat hutang dan pertumbuhan ekonomi yang terjebak dengan middle class yang stuck. Dengan 4 kali Undang-Undang Dasar di amandeman dan berkali kali UU dibentuk dan dirubah, dibatalkan oleh MK , ini membuktikan bahwa sistem tata negara kita semakin usang semakin kacau. Dengan disyahkannya UU Pilkada pemilihan tidak eksklusif maka Indonesia menjadi negara yang dikuasai oleh Partai. SBY yakni pemimpin terlemah dan terburuk sehingga Indonesia diambang krisis konstitusi dan juga krisis ekonomi. Perbaikan indonesia kedepan harus bersandar kepada bagaimana sanggup melahirkan kepemimpinan yang sesuai dengan sila ke empat. Dengan terpilihnya Jokowi sebagai Presiden semoga ini awal kebangkitan Indonesia untuk sanggup kembali kepada niat awal mendirikan negara ini. Andai Jokowi sukses melaksanakan programnya maka bukan mustahil pemilu 2019 akan bersamaan dengan referendum nasional merubah Undang-Undang Dasar 2002 untuk dikembalikan sesuai sejalan dengan Pancasila. Itu sanggup saja terjadi lantaran saat itu kepercayaan rakyat kepada Jokowi sangat tinggi. Semoga...
Sumber https://culas.blogspot.com/