Memburu Harta (19)

Catty berangkat lebih dulu sehabis petugas menjemputnya di kamar. Sebelum pergi, beliau memelukku erat usang sekali. Aku bisa mencicipi bahwa sebenarnya, Catty tak ingin berpisah dariku. Namun semua memang harus terjadi sesuai kehendak takdir. Aku mengusap pungunggnya beberapa kali sebelum akhirnya, Catty melepaskan pelukan. “Jaga dirimu baik-baik. Tetap berafiliasi ya?” kata Catty dengan air mata berlinang.  Aku tersenyum sambil memegang dagunya, “yakinlah bahwa kau akan selalu baik-baik saja. Bukankah pertemuan kita alasannya yakni takdir? Sejauh ini, kita sanggup melewati rintangan dengan baik-baik saja. Dan akan selalu begitu.” Catty tersenyum. Lalu, perlahan beliau mulai membalikkan tubuh dan melambaikan tangan. Sejenak kemudian, tubuhnya lenyap di telah daun pintu. Meninggalkan saya sendiri dalam kubangan rasa yang entah.
Aku duduk di pinggir tempat tidur menunggu jemputan. Dalam kesendirian, saya kembali terngiang kata-kata Madam Lyan, perihal ambisi group Fidelity untuk menguasai dunia. Betapa Iblis memang sanggup berwujud dalam bermacam-macam bentuk. Bahkan beliau bisa masuk ke dalam tubuh insan dan menyetir insan untuk berbuat ibarat apa yang iblis mau. Manusia yang sudah dimasuki iblis  bisa saja spesialis di bidang ilmu pengetahuan atau bisa saja beliau yakni pemimpin suatu bangsa. Mereka akan menjadi magnit bagi yang lain untuk mengikutinya. Dan tentu saja, mereka yang bisa di tipu oleh iblis yakni insan yang keimanannya rendah, ibarat Amir.
Tak heran bila kemudian orang sepintar Amir  menjadi begitu loyal kepada group Fidelity. Karena ketika Iblis berhasil merasuk ke dalam orang arif tinggi di bidang ekonomi, budaya, sosial dan sains, maka beliau akan menjadi model bagi orang lain untuk berkiblat pada ilmunya. Bila beliau seorang pemimpin maka beliau akan menjadi magnit bagi orang lain semoga menjadi pendukungnya. Dengan cara ini Iblis bisa memperdayai insan dalam jumlah besar untuk menjadi sesat di hadapan Allah. 
Group Fidelity sengaja membuat tiran dan pakar pengetahun semoga orang berkiblat sesuai aktivitas mereka. Yang jadi pertanyaan yakni bagaimana cara Iblis menyesatkan orang itu semoga bisa menjadi magnit kesesatan? Aku gelisah! Aku tahu betul kelicikan itu. Iblis akan menjadikan satu hal yang 0,9-nya benar. Tidak bertentangan dengan ketentuan Allah, dan tentu saja selaras dengan kaidah etika dan moral universal. Kemudian sisanya akan disesatkan. Jadilah satu hal itu menjadi sesat, gara-gara 0,1 bagiannya. Betapa terkutuknya!
Kukira, cara menyesatkannya pun sangat halus. Saking halusnya, kebijaksanaan kita tidak bisa mendeteksi kesesatan itu. Kenapa? Tidak lain alasannya yakni yang 0,1 ini, berafiliasi dengan nafsu manusia. Inilah yang jadi lubang dalam diri insan sehingga bisa terlepas dari ikatannya dengan Allah. Walau hanya 0,1 yang disesatkan Iblis, dan masih tersisa 9,9 kebaikan, tapi beliau akan memanipulasinya dengan istilah, keindahan harta dan kemuliaan nama besar. Manusia pun akan tertipu sehingga mau menuruti kesesatan itu. Istilah inilah yang membuat Amir begitu bersemangat dan percaya dengan sistem yang di tawarkan group Fidelity. 
Aku yakin, alasannya yakni dua hal ini yang akan membuat insan gigih mempertahankan yang sesat semoga keindahan harta dan kemuliaan nama besarnya tetap disandang. Demi dua hal ini, ideologi sosialisme membuat insan ingin tetap berkuasa atas orang lain secara menyeluruh. Begitupula dengan ideologi kapitalisme, yang membuat insan menjadi gemar menumpuk harta dan mencari kekuasaan walau harus menindas orang lain. Agar kedua isme ini tetap eksis dipahami orang banyak sebagaimana cita-cita mereka, maka agama harus dijauhi. Karena hanya agama yang bisa menunjukan kebenaran sejati dan membuat magnit itu menjadi lemah. Astafirullah!
Barangkali kau belum begitu paham dengan apa yang kusampaikan. Tanyalah kepada sebagian orang-orang kaya yang lemah iman, mengapa beliau tidak mau membuatkan dengan orang miskin? Pasti beliau punya balasan hebat untuk membenarkan sikapnya semoga tidak berbagi. Bila berdebat, mereka punya dasar pengetahuan yang cukup untuk menangkal setiap tuduhan. Bahkan bisa jadi hipotesa mereka akan kita iyakan, bila keimanan kita dangkal. 
Iblis bisa memperdaya insan dengan segala bentuk prasangka, analogi dan tesis. Tapi tidak bagi mereka yang akrab dengan Allah. Iblis pun bisa membuat situasi dan kondisi yang akan mengakibatkan ketakutan atau kecemasan bagi orang kaya dan penguasa untuk semakin tergantung dengan bisikannya. Setiap hari, setiap detik, iblis meniupkan rasa cemas itu kepada orang kaya dan penguasa semoga terus bertindak zalim demi mempertahankan status quo mereka. saya menghela nafas panjang demi melonggarkan perasaan yang berkecamuk dalam dada. Ada sebuah bisikan, bahwa ini yakni tanggung jawabku untuk ikut memberikan sebuah kebenaran walau tidak harus menjadi ustad atau hebat agama.
***

Beberapa jam kemudian, petugas lain menjemputku keluar dari kamar. Aku mengikuti langkah petugas menyusuri lorong. Ketika hingga di luar, betapa terkejutnya aku, ternyata hari sudah malam dan gres menyadari bahwa selama ini saya berada di basement hotel bintang tiga di tempat pinggiran kota Bangkok. Cara yang sangat pandai untuk mengkamuflase sebuah markas. 
Kendaraan melaju ke bandara. Di dalam kendaraan, petugas itu memperlihatkan amplop. Kuterima amplop warna kuning itu dan memasukkannya kedalam jas. Kendaraan kemudian masuk ke tempat parkir jet pribadi. Dengan pesawat inilah saya akan menuju Singapura, selanjutnya kembali pulang ke rumah.
Di dalam jet eksklusif itu, anganku masih sibuk dengan segudang pertanyaan. Apakah Madam Lyan akan berhasil menemukan sandi decade asset itu? Aku kembali teringat pada pertemuan dengan seseorang di dalam mimpi. Kalau isyarat itu gampang ditemukan melalui dokumen yang ada di tangannya, kemudian apa hubungannya dengan petunjuk dalam mimpi? Apakah ada pihak dari dunia lain yang ikut mengawasi keberadaan aset ini dan tidak menginginkan aset ini jatuh ke pihak yang salah? 
Sulit di nalar adanya kekerabatan antara dunia lain dengan dunia nyata. Tapi jika mendengar klarifikasi dari Madam Lyan, tampaknya bisa saja terjadi. Karena gerakan Fidelity Group yakni mata rantai kekuatan setan yang bersumber dari balik kegelapan yang tidak menginginkan adanya perdamaian di muka bumi. Karenanya, pertarungan antara pihak yang baik dan jahat akan selalu ada. Sederhananya, jika ada kekuatan gelap dari dunia lain, kenapa tidak ada kekuatan baik juga dari dunia lain? Allah memang membuat Iblis, tentu dengan maksud tertentu.
Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kemudian sehabis saya melewati semua ini. Aku tidak punya rencana apapun untuk menghubungi Chang. Hanya, kembali saya teringat kata-kata Darsa ketika memintaku kembali masuk ke dalam ragaku, Saatnya Anda kembali ke tubuh Anda. Ikutilah dua laki-laki itu. Mereka yakni takdirmu. Jemputlah 
Kata-kata ini menyiratkan bahwa problem yang kuhadapi belum selesai. Akan ada kelanjutan ceritanya. Dan tugasku yakni mengikuti dua laki-laki dari kelompok Madam Lyan.
Sementara pertemuanku dengan Team Chang sebelumnya, menyadarkannku perihal bahaya bagi umat insan dari aktivitas promosi demokrasi. Yang akan membuat insan kembali terjajah dalam jaringan neokolonial. 
Catty juga memperkuat keyakinanku, bahwa ada kekuatan raksasa yang ingin menguasai dunia melalui pengendalian sistem keuangan global. Dan terakhir pertemuanku dengan Madam Lyan, menegaskan siapa musuh bersama yang sejati bagi umat manusia. Ternyata semua itu sudah diingatkan oleh Allah di dalam kitab suci. Hanya saja insan lupa. Terlalu asyik dengan tipu kebijaksanaan bulus kesenangan dunia yang di  ciptakan oleh kekuatan iblis.
Lalu, saya kembali terbayang pada diriku sendiri. Aku, Jaka Samora. Siapakah saya hingga terseret masuk dalam pertarungan besar ini? Aku  bukan tokoh agama yang menguasai pengetahuan perihal kitab suci. Bukan pula politikus yang memahami hukum kenegaraan. Juga bukan ilmuwan yang hebat di bidang ilmu rekayasa. Aku  bukanlah siapa-siapa. Lantas mengapa saya bisa hingga masuk ke ruang dimensi lain dan mendapat pencerahan perihal pendiri negaraku yang begitu semangat melawan neokolonialism? Tuhan-lah yang mengatur itu semua. Tak ada lagi yang perlu diragukan untuk tetap nrimo mengikuti dan melawati hari esok, menjemput takdirku. 
Bayanganku kembali terantuk pada insiden ketika saya berada di tengah kebun sawit milik Budiman. Sebuah insiden yang sangat menggugah nuraniku untuk bangun melawan ketidak-adilan. Aku saksikan sebuah keluarga, dengan seorang ibu yang harus menelan pil pahit kegetiran. Ditinggal suami bekerja menjadi kuli di negeri orang, dan merelakan dua anak putrinya menjadi pelacur di negerinya sendiri. Padahal semua orang tahu, negerinya yakni tempat berburu bagi orang-orang dari segenap pelosok bumi untuk mencari kekayaan sumber daya alam. 
Maka tidak absurd bila negeri yang dikenal sebagai negeri subur makmur, namun justru menjadi pengimpor utama beras dan produk pertanian Artikel Babo. Juga tidak absurd bila sumber daya alam migas melimpah namun rakyat harus membayar sama mahal dengan bangsa lain yang tidak punya sumber daya migas. Juga tidak absurd bila negeri yang mempunyai luas teritorial bahari melebihi yang dimiliki Thailand dan Malaysia, namun nelayannya jauh lebih miskin dari nelayan mereka. Juga tidak absurd bila negeri yang 100 persen penduduknya mempercayai agama namun menjadi negara dengan peringkat pornographi nomor dua di dunia.
Bila tidak ada perlawanan dari kita yang peduli maka Allah-lah yang akan melawannya! Karena Dia tidak akan pernah membiarkan kezaliman berlaku, dan terjadi terus menerus di muka bumi ini. Kitab suci telah mengingatkan dalam banyak kisah dari kaum-kaum sebelum kita. 
Sebetulnya, Tuhan juga telah mengingatkan kita dengan banyak sekali peristiwa. Hujan turun tidak membawa berkah tapi dalam bentuk peristiwa banjir. Angin tidak memperlihatkan peluang bagi nelayan tapi menjadi peristiwa gelombang pasang. Alam yang berada di lintasan khatulistiwa yang dikenal bagai kilauan mustika, bermetamorfosis lintasan rentetan bencana. Gunung meletus, tsunami, angin beliung, kebakaran hutan dan gempa.
Akhirnya saya sadar, bahwa negeriku yakni pola bangsa yang gagal menjadi dirinya sendiri alasannya yakni imbas segolongan insan dari balik kegelapan. Mungkinkah suatu ketika akan muncul seorang pemimpin di Indonesia yang menyadari ini dan  berjuang merubah mindset berdasarkan standard akhlak mulia yang diajarkan oleh Tuhan, bukan oleh pemikiran sesat ini? Ya, ibarat kata Deng, perubahan mental dan revolusi kebuyaaan yakni revolusi mental. Inilah yang harus dilakukan dalam suatu gerakan rekayasa sosial secara menyeluruh. Mungkinkah?
“Pak, sebentar lagi kita akan mendarat di Changi airport.” Aku dikejutkan bunyi Pilot yang terdengar dari speaker di atas tempat dudukku. Aku membuka amplop kuning. Isinya selembar dokumen dan surat berisi pesan, Jemputlah takdirmu. Dokumem ini akan membuktikan hasil transaksi yang sudah kau lakukan di Swiss. Bila kau siap, masuklah ke dalam Fed system.
Tapi saya tidak mengerti maksud dari dokumen ini. Sedang untuk menanyakan problem dokumen ini, saya juga tidak tahu bagaimana menghubungi Madam Lyan. Tidak ada nomor telepon yang bisa ku gunakan untuk menghubunginya.
Cukup usang saya memperhatikan dokumen yang disebut sebagai bukti itu. Dokumen itu berisi fund confirmation yang dikeluarkan oleh US33. 
Oh My GOD! Padahal dokumen semacam ini bahkan tidak pernah berhasil saya dapatkan dari Global Asset Management dengan alasan The Fed menolak. Selain dokumen ini, tidak ada bukti lain yang bisa ku peroleh untuk bisa menang di pengadilan.  Dari dokumen ini terperinci terlihat bahwa US Treasury mengakui transaksi yang kulakukan. Lantas mengapa sistem The Fed bisa tidak bekerja ibarat seharusnya? Kini saya mengerti, Fidelity Group berada di balik itu semua.
Tapi, untuk apa dokumen ini bagiku? Mengapa Madam Lyan memperlihatkan dokumen ini kepadaku? Sungguh saya tidak mengerti. Aku menghela napas panjang dan menyimpan kembali amplop itu di balik jas. Yang pasti, sekarang saya telah mendapat dokumen bukti keberadaan transaksi. Sementara dokumen decade asset telah berpindah ke tangan Madam Lyan. Sebuah pertukaran yang membingungkan.
Roda pesawat terasa menyentuh landasan, pertanda bahwa saya akan hingga pada putaran berikutnya dalam menjemput sang takdir. Jam menunjukan pukul 08.45 malam. Seorang laki-laki bermata sipit menjemputku ketika saya hingga di depan gerbang imigrasi..Tanpa bicara, laki-laki itu menyerahkan paspor. Aku terkejut alasannya yakni itu yakni paspor milikku. Aku perhatikan paspor itu lembar demi lembar. Isinya dicap sesuai dengan kedatangan dan keberangkatanku. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal saya tidak pernah melintas gerbang imigrasi sama sekali. 
Aku tergesa-gesa menuju pesawat ketika diingatkan petugas bahwa pesawat menuju Jakarta sudah mulai boarding. Perasaan lega ketika pesawat Garuda yang kutumpangi, beranjak take off. Terbayang wajah istri yang tentu cemas alasannya yakni saya tidak sempat memberi kabar kepergian.

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait