Memburu Harta (9)


Swiss. Musim dingin. Pukul sembilan pagi.
Hari ini ialah hari istimewa dalam hidupku. Aku akan memulai pengalaman hidup yang belum pernah kualami sebelumnya. Hari ini saya bisa mengukuhkan sebagai financial player world class yang bisa menaklukan 4 forum keuangan international. Maka, baju dan setelan jas kali ini harus istimewa pula. Entah mengapa saya teringat kepada Ester. Genap sepuluh bulan saya tidak bertemu dengannya. Tentu jikalau Ester tahu saya berhasil dengan perjuangaku beliau akan senang sekali. Aku juga membayangkan istriku di rumah yang harus mendekap sepi pada malam-malamnya tanpa kehadiranku, dan berdoa siang malam untukku? Sebagaimana Ester, saya yakin istriku tetap akan mengerti dan bersabar menanti kepulanganku
Dari jendela hotel, kulihat seluruh kota  masih tertutup kabut. Belum banyak orang yang lalu-lalang. Namun itu tidak akan menciptakan kota ini tidur dalam waktu lama. Geliat kehidupan wilayah financial center dunia ini, akan ramai sebentar lagi.
Telepon berdering.
“Ja, kami menunggumu. Pukul sepuluh pagi, kita akan mengeksekusi rekening perdagangan surat berhargamu. Pihak Global Aset Management, siap mencairkan rekening itu sesuai perintahmu,” terdengar bunyi Mc Dowel dari seberang.
“Aku akan tiba tepat waktu.” Aku menutup telepon dengan senyum cerah. Akhirnya usaha yang memakan waktu sekian usang di Swiss membuahkan hasil. Akhirnya saya berhasil berbuat sesuatu untuk sahabatku.
Mc Dowel, Godinez, Steven dan John menyambut kedatanganku di loby gedung Global Aset Management dengan jabat tangan yang erat. “Apakah kau sudah siap untuk hari ini?”
“Sangat siap,” jawabku. “Mari kita selesaikan semua ini sekarang.” Kami melangkah menuju lift.

Kami masuk bersamaan dalam satu lift. Tidak ada pembicaraan. Semua nampak tegang menuju detik-detik kepastian yang sudah usang diperjuangkan dan dinantikan. Di ruang rapat yang sangat mewah, telah hadir tim direktur dari Global Aset Management. Tidak ada basa-basi ketika semua sudah hadir. 
“Baiklah, saya ingin tegaskan wacana suatu hal,” kata pimpinan Global Aset Management itu memulai pembicaraan perlahan. Kata-katanya menggantung. Aku memperhatikan wajah pimpinan itu dengan seksama. Naluriku  menangkap ada sesuatu yang janggal. 
“Kami tidak bisa mencairkan rekening trading Anda,” pimpinan itu melanjutkan kata-katanya. Membuat semua yang hadir terperanjat. Benarlah naluriku.
“Mengapa?” saya menyela pembicaraan itu dengan cepat. “Bukankah kemarin Anda sudah menciptakan surat penegasan kepada kami, untuk sepakat mencairkan rekening tersebut. Mengapa kini Anda berubah?”
“Mereka tidak cooperative.”
“Siapa yang Anda maksud mereka itu?”
“The fed.”
“Bukankah semenjak awal Anda telah melaksanakan verifikasi formal atas keberadaan aset itu dan mereka juga telah menjawab secara resmi wacana kebenaran dokumennya? Anda juga telah menawarkan pinjaman kepada kami menurut jaminan aset tersebut untuk masuk dalam transaksi Clear stream.  Lantas apa lagi?” serbu Mc Dowel mengajukan argumentasi. Mc Dowel ialah orang yang membantuku dalam semua penyelesaian teknis yang berkaitan dengan kontrak hukum.
“Ini benar-benar tidak masuk akal,” keluhku.
 “Anda benar. Tapi dikala ini kami tidak bisa berbuat apa-apa. Ini di luar wilayah kerja kami. Saya pikir Anda harus mempersiapkan diri untuk mengajukan somasi aturan kepada pihak The Fed. Hanya keputusan pengadilan internasional yang bisa memberi kami izin untuk mencairkan rekening Anda.”
Aku menatap satu persatu anggota tim direktur Global Aset Management yang hadir. Tapi tidak satupun dari mereka yang berani menatapku langsung.
“Untuk Anda ketahui,” kataku mulai meninggikan suara. “Semua transaksi ini kami lakukan dengan mekanisme yang benar dan didukung oleh Anda yang dikenal sebagai forum keuangan kelas dunia. Dan untuk itu semua, kami telah mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Tapi sekarang,” saya berhenti sebentar sambil menarik napas. “Anda dengan mudahnya menyarankan kami untuk menuntut pihak The Fed. Ini benar-benar tidak mencerminkan integritas aturan pasar uang yang menempatkan trust di atas segala-galanya. Saya sangat kecewa!”
“Maaf, kami tidak bisa mengomentari perilaku Anda. Kecuali Anda bisa mendapat santunan pribadi dari The Fed atas aset tersebut. Hanya itu satu-satunya cara supaya posisi rekening Anda, sah untuk Anda miliki,” pungkas pimpinan tim Global Aset Management.
Kami saling berpandangan satu sama lain. “Kami rasa cukup hingga di sini pertemuan kita. Kalau Anda merasa kecewa dengan kami, makaAnda pun sanggup menuntut kami di pengadilan. Anda punya hak untuk itu,” katanya lagi dengan logat yang sangat dingin. Disampaikan tanpa gejolak. 
Aku segera bangkit diiringi seluruh anggota tim. Di dalam lift, Mc Dowel berserta timnya pucat pasi, tak bisa menutupi rasa tegang. Seperti gres saja mendengar ledakan raksasa. Mereka merasa sangat bersalah atas insiden ini. Karena merekalah yang menuntunku untuk masuk kedalam transaksi ini. Kredibilitas mereka dipertaruhkan. 
Seperti halnya saya yang tak bisa menyembunyikan kekecewaan. Semua tahapan sudah kulalui dengan sempurna. Apalagi ditemani Mc Dowel cs, yang direkomendasikan sendiri oleh sahabatku. Semua teknis juga sudah dijalankan sesuai prosedur. Tapi ternyata, dikala cita-cita itu tinggal sejengkal lagi, semuanya gagal total.
“Anda harus menghubungi Chang di Shanghai. Dia menanti kabar dari Anda soal pencairan rekening tersebut,” John membuka kebisuan diantara kami. Aku gres menyadari hal terpenting yang hampir dilupakan. Aku harus segera mengabarkan situasi ini kepada Chang.
“Chang!”
“Ya,” terdengar tanggapan dari seberang telepon.
“Kita punya masalah. Dokumen kepemilikan aset atas nama Anda tidak diakui oleh The Fed!”
“Lantas?”
“Seluruh hasil trading di-block. Karena pihak Global Aset Management tidak mendapat santunan dari The Fed ketika akan menutup posisi trading atas nama kita.”
“Apa yang harus saya lakukan?” tanya Chang.
“Tentu Anda lebih tahu, alasannya Anda pemilik sah aset ini. Aku hanya bertindak sebagai pihak yang mendapat mandat dari Anda.”
“Baiklah. Aku terpaksa melaporkan hal ini kepada pihak Beijing.”
“Terima kasih.”
Telepon terputus. Aku menatap ke semua tim. Mereka nampak bingung.
“Dari awal saya sudah curiga. Karena semua berjalan begitu mudah. Hingga akibatnya begini.” John berbicara tanpa tahu kepada siapa pembicaraan itu diarahkan. Namun saya menyadari yang dimaksud Jhon ialah diriku.
“Sudah berapa usang kau mengenal Chang?” Tanya Godinez sehabis sadar dari mana keganjilan ini berasal.
“Ketika beliau menyerahkan mandat penggunaan aset itu.”
“Sebelumnya tidak pernah?”
“Ya.”
“Siapa yang memperkenalkan Anda dengan Chang?” Tanya Godinez lagi, mencoba mencari pangkal dilema kami. Rasa ingin tau membuatnya ibarat seorang investigator.
“Seseorang berjulukan Tomasi.”
“Hm… Siapa dia?”
“Seseorang yang diperkenalkan oleh sahabatku.  Berkewarganegaraan Mexico dan pernah tinggal di Jakarta.”
“Oh Tuhan. Hampir tidak bisa dipercaya. Kamu mempertaruhkan biaya operasional yang begitu besar untuk sesuatu yang tidak jelas. Mengapa kau begitu yakin membayar kami dengan mahal dan menutup semua premi asuransi atas penggunaan aset tersebut?”
“Aku tidak punya pilihan.”
“Jak!” Seru John. “Ini ialah takdirmu. Kami rasa, kiprah kami selesai sudah hingga di sini. Karena semua terjadi di luar batas kemampuan kami.”
“Aku mengerti. Terima kasih untuk waktu dan upaya Anda selama membantu transaksi ini.” Aku menyalami mereka satu persatu dan kemudian berpisah di loby gedung Global Aset Management. 
“Untuk kalian semua ketahui, saya akan mengajukan somasi ke pengadilan,” kataku mantap. Mereka hanya mengangkat bahu. 
“Good luck!” hanya itu kata-kata yang terdengar dari verbal Jhon. Sementara yang Artikel Babo hanya tersenyum.
Awal Desember, kabut putih memenuhi kota dengan udara dingin. Suhu udara Swiss 3 derajat celcius tidak membuatku menggigil. Pikiranku terlalu tertekan membayangkan dana tunai yang disediakan Budiman di Singapore ludes untuk transaksi sia-sia. Harapan untuk membayar hutang  di Bank Singapore terkubur sudah. Sementara Chang dan timnya tidak pernah mau peduli dengan semua biaya. Mereka merasa ibarat sudah menawarkan cukup banyak, dengan memberiku mandat atas aset yang mereka punya walau itu pun tidak gratis.
Dengan keadaan sekarang, saya menyadari bahwa Chang dan timnya ibarat tidak berarti sama sekali. Aku merasa ibarat di jebak dalam sebuah pertarungan besar untuk kepentingan orang lain. Inilah yang membuatku merasa menjadi pecundang. Terlebih kata-kata Chang terakhir yang menyebutkan bahwa beliau akan melaporkan hal ini kepada pihak Beijing. Apa maksudnya ini? Apakah ada pihak lain yang berkuasa atas aset ini selain Chang?


Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait