Indonesia risikonya menguasai dominan saham PT Freeport Indonesia (PTFI) setelah 50 tahun lebih dikuasai asing. Setelah melaksanakan pembayaran saham pada pekan lalu, kepemilikan Indonesia atas PTFI meningkat dari hanya 9% menjadi 51%.
Proses ambil alih saham ini tak lepas dari kiprah kendaraan pemerintah yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau yang dikenal dengan Inalum. Inalum sendiri menjadi perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai kiprah mengeksekusi pencaplokan saham tersebut.
Memang bukan masalah gampang mengambil saham PTFI. Butuh perundingan panjang semoga Freeport McMoRan selaku pemegang saham dominan sebelumnya mau melepas saham.
Bukan hanya itu, Inalum juga harus kerja keras untuk mencari dana semoga saham genap 51%. Sebab, nilai saham yang diakuisisi mencapai US$ 3,85 miliar. Uniknya, dana yang yang didapat Inalum yaitu 'modal dengkul' alias tanpa jaminan.
Lantas, bagaimana perjalanan Inalum risikonya menyukseskan langkah pemerintah mengambil PTFI? Kepada detikFinance, Direktur Keuangan Inalum Orias Petrus Moedak bercerita panjang lebar di kantornya, Kawasan SCBD Sudirman Jakarta, Kamis (27/12/2018). Berikut petikan wawancaranya:
1. Latar Belakang Perebutan Saham
Apa makna akuisisi saham PTFI bagi Inalum?
Sebenarnya balik lagi ke mandat Inalum. Inalum itu ada 3 mandat, kita punya mandat itu untuk menguasai minimal 15 hingga 20% dari komoditi yang ada, tambang ya. Makara kita mau bisa menguasai itu.
Kedua, kita mau hilirisasi. Inalum sendiri kan perusahaan yang bergerak di hilirisasi. Dengan mandat kedua ini nggak aneh. Tapi, kita harus buat supaya PTBA, Antam, Timah untuk masuk ke hilir juga. Tidak hanya upstream, tapi juga downstream.
Mandat ketiga, kita mau jadi perusahaan terkemuka di dunia. Terkemuka itu bukan hanya dari sisi revenue tapi banyak hal. Semua aspek mesti kelas dunia. Banyak sekali yang dilakukan Inalum.
Dengan mengambil Freeport, bekerjsama yang mandat pertama terpenuhi untuk cooper dan ikutannya emas dan juga perak. Mandat pertama untuk khusus 3 komoditi ini tercapai. Kedua, kita mengambil mengubah posisi dari kawan Freeport yang semulanya dari bermitra pemerintah, kini bermitra perusahaan, BUMN. Arti penting, mandat pertama kita untuk komoditi tercapai.
Susahnya di mana perundingan ini? Nggak ada susah-susahnya. Yang bikin susah itu mengurai yang rumit lalu, masa lalu. Makanya terlihat sulit. Transaksinya B to B biasa, yang terlihat rumit sebab memang yang kemudian rumit. Kalau benang kusut diurai, terlihat kok kusut banget. Kita mengurai benang kusut dan jadi simpel sekarang. Kita kolaborasi dengan dia, pemerintah kasih izin, selesai. Kalau sebelumnya pemerintah dengan dia, kawan dengan Freeport apapun yang dilakukan pemerintah yang berdampak negatif terhadap kerjasama ini akan diprotes. Karena kita kan mitra. Tapi jikalau kini pemerintah di atas, ia mitranya dengan BUMN. Makara kita mengurai yang kusut di masa lalu, diurai menjadi sederhana. Yang kemudian Kontrak Karya kita bermitra, ia juga dibolehkan punya Rio Tinto dan sebagainya. Yang rumit itu bekerjsama struktur yang kemudian rumit. Sekarang jadi sederhana, ia kolaborasi sama kita, Rio Tinto nggak ada lalu.
Bisa dikatakan rumit sebab kawan pemerintah?
Kalau mitranya pemerintah, jadi kikuk. Pemerintah susah bergerak. Dengan kini pemerintah jadi lincah sebab rezimnya perizinan. Kesulitannya justru mengurai yang lama, jikalau dari bisnis biasa.
Apa kesulitan Inalum di pencaplokan saham PTFI?
Sebenarnya kesulitan, dari sisi Inalum saya jawab Inalum nggak ada sulitnya. Karena kita cuma bahas valuasi menyerupai apa, berapa nilainya. Waktu sanggup nilainya itu kiprah Inalum selesai. Kita siap beli, kita tinggal tunggu penyelesaian struktur usang ini. Misalnya, ia bayar pajak. Dia sebab sebelumnya kawan pemerintah, ia mau supaya jangan berubah-ubah. Karena pajak lain, akan berdampak ke dia, padahal ia mitra. Mengubah itu menjadi izin, ia mau jangan hingga secara ekonomi terganggu. Bahwa pemerintah ingin sanggup lebih besar iya, jadi perundingan untuk mempertemukan titik-titik itu itu lebih ke porsi pemerintah, bukan porsi Inalum.
Kalau ditanya sisi Inalum, Inalum kesulitannya ya valuasi aja, ia jual ia mau setinggi-tingginya. Kita mau ya semurah mungkin. Dan ketemu kita titiknya, waktu ketemu, bagi Inalum selesai. Yang lain porsi ia dengan pemerintah, sebab sebelumnya mitranya. Ada juga Rio Tinto di dalamya mengurai itu. Strukturnya sederhana kita beli Freeport, Freeport beli Rio Tinto.
Valuasi nilai saham ada beberapa, bisa dijelaskan?
Ya namanya negosiasi, ia sama advisor tiba dengan valuasi-valuasi mereka, kita juga dengan advisor kita tiba dengan valuasi kita. Kita tahu jikalau nilainya yang diajukan niscaya lebih tinggi. Kita juga meng-hire teknikal advisor yang meng-asses (assessment) apakah proyeksi dibentuk sudah make sense atau tidak. Misalnya asumsi hari kerja ditambang, asumsi kandungan di dalam sepeerti apa, tingkat produksi apakah setinggi itu terus. Asumsi-asumsi itu orang keuangan saya tidak bisa meng-assess bahwa itu benar makanya kita pakai teknikal advisor. Dari aspek teknis kita bawa ke model keuangan untuk menghitung kembali valuasi ia menyerupai apa. Dia memberi proyeksi, kita adjust proyeksi sesuai dengan hasil teknik advisor kita. Dan itu kita turunkan ke bawah, dari situ kita nego.
Ada beberapa kali memang, angka-angkanya saya nggak hafal persis, tapi bolak-balik terus hingga pada satu titik kita setuju US$ 3,85 miliar splitnya di antara mereka terserah. Kalau kita split selalu disalahin, kenapa bayar Freeport sekian, tapi bayar porsi Rio Tinto sekian. Ini kan nggak imbang, kita nggak mau urus. Itu bagi-bagi urusan mereka.
Tapi US$ 3,85 miliar bagi kami rendah sekali, sebab apa perhitungan itu dengan menghitung equity dari kita. Kita mesti taruh modal sendiri. Kalau kita pinjam semua diskonnya makin besar. Kita beli murah sekali modal dengkul. Yang ditanya investor dengkulnya berpengaruh nggak.
Saya jikalau berhitung mungkin 2024-2025 sudah bisa lunas dari Freeport sendiri, jadi selesai. Bahwa kita punya utang 30 tahun semua bisa diatur, itu semua prosedur pasar kita tidak mau bilang akan bayar, tapi logikanya jikalau sanggup 1 miliar setahun, 4 tahun kan uang balik.
Pada titik mereka risikonya mau melepas sahamnya?
Makara mereka perhitungan sendiri, posisi bagi Freeport McMoRan toh ada Rio Tinto yang ambil 40%, jadi jikalau ia melepas 40% ke kita bekerjsama ia nggak kehilangan apa-apa. Kalau ia ada kehilangan, sedikit. Selama ini 40% diambil Rio Tinto. Waktu kita bayar Rio Tinto yang disahamkan, ia kekurangan bekerjsama nggak banyak yang dikorbankan.
Rio Tinto kehilangan opportunity dia, tapi kan kebijakan Rio Tinto mereka kebetulan mau keluar juga, jikalau kita ambil, swasta ambil. Dan itu ada swasta-swasta yang siap ambil. Ya harusnya uangnya cukup, swasta yang kira-kira cukup. You bisa cari tahu, detikcom kan tahu siapa swastanya, swasta yang cukup uang ambil juga. Makara jikalau mulai ada ramai-ramai sapa yang bekerjsama mau ambil.
2. Panjangnya Negosiasi dan Pencarian Dana
Negosiasi nilai berapa lama?
Kita posisi Agustus sudah ada nilainya. Waktu kita tanda tangan HoA ya, Juli. Juli itu sanggup nilainya. Waktu nilainya sudah sanggup sudah selesai itu, porsi Inalum selesai. Tinggal hal-hal lain diselesaikan, ada penerimaan negara, pajak-pajak. Tapi ia mau jangan hingga negara ini berubah-ubah setiap tahun, tarif pajak diubah ia ingin stabil. Dan Inalum berkepentingan sebab kita 51% bahu-membahu Pemerintah Daerah Papua.
Itu yang bikin Freeport mendapatkan valuasi?
Kita bicara ia punya angka, kita punya angka. Tapi bagi Freeport sendiri tidak signifikan, sebab apa, toh selama ini 40% diambil Rio Tinto. Yang kehilangan opportunity bekerjsama Rio Tinto kan setelah 2021-2022 itu kan ia akan sanggup 40% nya. Kalau kita hanya deal dengan Freeport tanpa dengan Rio Tinto kita hanya ambil 51x60% kan cuma 30%. Makanya itu mesti diberesin. Makara terlihat rumit sebab sebelumnya strukturnya rumit. Waktu struktur rumit di masa kemudian tidak ada yang gubris. Waktu mengurai kerumitan, digubris di masalahin. Makara ramai. Sebenernya jadi sederhana kok kita mempunyai Freeport selesai, nggak ada Rio Tinto selesai.
Valuasi ada setahun?
Itu kan dimulai dilligence, setelah selesai gres duduk bicara mengenai angka, ia tiba dari langit, kita berangkat dari bawah bumi jadi bergerak hingga ketemu di tengah.
Makara deal menyerupai ini yang paling penting yaitu hasil tamat menyerupai apa, orang lain boleh mengurai nilai menyerupai apa. Tapi ia tiba dari langit kita dari bawah bumi ketemu di bumi US$ 3,85 miliar. Makara itu bolak-balik iya, harus bolak balik nggak boleh satu angka terima. Tentu wartawan tahu, waktu itu dengan ESDM berapa yang diminta ada US$ 1,6 miliar itu porsi hanya 10% turun jadi 800 itu kan negosiasi, dari Inalum hasil tamat yang penting.
Kita targetnya memang US$ 4 miliar, harus dibawah US$ 4 miliar. Pas US$ 3,8 miliar tapi bukan eksklusif jadi, itu dari bawah. Kita tiba dari bawah US$ 3 miliar ketemu US$ 3,8 miliar. Di dalam perhitungan kita harus di bawah US$ 4 miliar. Dan mereka yang bagi-bagi. Kita nggak mau ikutan bagi sebab kita disalahin, apapun posisi kita kasih Freeport berapa Rio Tinto niscaya disalahin sebab niscaya beda. Makara itu mereka yang bagi, yang 1,350 yang satu 3,50 itu hasil kesepakatan mereka di luar kita.
Skemanya kok rumit?
Ini kan nggak rumit, saya membayar Freeport untuk membeli PT Papua Mineral. Kita beli Freeport Indonesia. Kemudian Freeport Indonesia membeli Rio Tinto kemudian dilikuidasi, di-marge di dalam Freeport Indonesia jadi hilang. Supaya kita sanggup 100% dan kita bagi berdua 51%-49 % dan kami akan bagi 10% ke Pemerintah Daerah Papua. Sederhana strukturnya. Waktu struktur sebelumnya yang rumit nggak ada yang nanya. Makara perspektifnya beda. Sekarang jadi sederhana bukan rumit. Kita mengurai yang rumit. Makara terlihat menyerupai rumit. Orang sebelumnya memang rumit, ada orang tiba ia terima 40% tanpa pegang saham. Itu kan rumit kan orang biasa saja. Kita sederhanakan yang rumit, tapi proses itu yang terlihat rumit. Mengurai benang kusut kan terlihat kusut banget. Padahal sudah selesai kan benangnya bagus. Strukturnya kan simpel.
Skema yang dari Inalum?
Kita sama-sama duduk, namanya negosiasi. Sampai kita dapatkan berdasarkan kami sederhana dan publik bisa mengerti, simpel kita memliki PT Freeport Indonesia bersama Freeport McMoRan, kemudian kita dengan Papua ada split juga pembagian lewat PT IPMM (Indonesia Papua Metal dan Mineral) untuk ia 40% kita 60%.
Soal pembiayaan, kenapa risikonya pakai surat utang?
Itu bukan pada risikonya pakai bonds, memang kita mau pakai bonds tapi Inalum kan nggak pernah terbitkan bonds. Ini tiba pertama. Supaya investor percaya, bahwa kita bisa dipercaya, kita juga mesti pinjam dari bank. Kita ketemu bank, dan bank-bank itu percaya mereka sudah siapkan dana US$ 2,850 miliar sebelum kita berangkat itu. Sudah ada bank dengan akomodasi US$ 2,850 miliar kita tinggal butuh US$ 1 miliar.
Dan kita bisa bicara kepada bond holders investor, saya sudah ada US$ 2,850 uang ada juga US$ 1,4 miliar jikalau you ikut syukur, jikalau nggak apa-apa. Negosiasi lebih enak, you punya uang, bukan you tiba dengan kosong, butuh banget, nggak BU (butuh uang) posisinya. Kalau you pinjam modal dengkul harusnya mau, harusnya double digit belasan persen. Kita bunga kita di bawah 6% dengan yield di atas 6%. Dengan pricing yang ada bunga di bawah 6 yakni 5,9% dan itu kan nggak ada orang percaya. Saya rasa Freeport pun nggak percaya bahwa kita bakal sanggup pendanaannya. Sekarang seluruh dunia percaya kita, terus kenapa orang kita nggak percaya. Dan jangan takut bahwa ini nggak bisa bayar. Lho yang nggak bisa bayar siapa. Seluruh dunia percaya kita bisa bayar, kenapa kita minder.
Bunganya rendah, di bawah 6% dan ini akuisisi modal dengkul. Harusnya you bayar 14-16%. Kenapa bonds? Karena you nggak perlu bayar principal nanti bayar principalnya, you bayar principal nanti 3 tahun lagi. Kita ada 3-5-10-30 kita dalam 3 tahun kita bayar US$ 1 miliar.
Dan nggak ada jaminan. Saya KPR aja mesti ada jaminan. Rumah saya dijaminkan di bank.
Makara tidak ada jaminan, clean. Satu syarat yang kita berikan yang kita berikan kepada bond holder, negara menjadi pemegang saham dominan di Inalum, minimal 75%.
Bank artinya sudah siapkan juga untuk akuisisi?
Kita sudah tanda tangan. Waktu berangkat harus tanda tangan kita nggak bisa komitmen palsu keluar. Dengan investor you harus bicara apa adanya, nggak bisa mencla-mencle dan ia akan sangat respect. Dan ia cek banknya dan kita memang tandatangan agreement kita akan tarik US$ 2,850 miliar. Makara sudah ada itu kita lebih mudah.
Kemudian dukungan bank dibatalkan?
Iya nggak apa-apa. Bank yang sama, semua yang jadi joint lead mereka yang siapkan duitnya. Nggak apa-apa jikalau nggak jadi tarik.
Kupon rata-rata?
Kalau banknya sendiri cuma sanggup 4 % kurang, tapi kita bayar pokoknya kan nggak berpengaruh bayar sekarang. Nanti jikalau Freeport sudah memperlihatkan dividen bayar pokoknya. Makanya diatur, tapi memang sudah atur ada dukungan bridging to bond, kemudian bonds sukses kita nggak jadi pinjam. Pinjaman tanda tangan iya, tapi kan belum tarik. Eh kita sudah sanggup bonds jadi perjanjian batal.
Dan ia kan libor plus 100 basis poin 1%. Makara libor 2 sekian tambah 1%, 3 murah banget. Tapi kan laibor kan nggak tau. Yang kedua kita harus bayar pokok. Sekarang kan kita bunga saja. Dengan bonds you bayar bunga hingga jatuh temponya 3-5-10-30 tahun gres bayar pokok. Dan bunga di bawah 6%, 5,9% dan ini juga modal dengkul, ini nggak pakai equity, nggak pakai uang sendiri. Kalau beli rumah aja ditanya DP berapa you mesti uang sendiri gres bank tambah. Ini nggak ada dari investor semua.
Hitungan bunga bank asumsi Inalum ?
Bank kan memberi libor plus 1 maksimum 1,75. Itu tiap 3 bulan ia naik. Libor plus, libor 3 bulan cuma 2% jadi 2, sekian tambah 1 cuma 3 koma sekian. Tiap tiga bulan ia naik 25 basis poin. Maksimum 1,75 saya bilang calon investor dan itu make sense. Itu timing pricing, size harus pas selain terang tujuannya untuk apa. Kan tujuannya untuk beli Freeport. Kita bilang, jikalau nggak jadi beli kita kembalikan uangnya. Itu makanya uangnya ditaruh di escrow nggak ada yang ganggu. Kalau transaksi tidak jadi uangnya saya kembalikan.
Bisa dibentuk gitu?
Iya dibentuk begitu, tapi kan transaksi jadi, jadi informasi itu ilang. Kita bilang sapmpai 31 Juni 2019 jikalau tidak terjadi saya balikin di kasih 1%. Semuanya menguatkan mereka. Ini memang serius. 1% dari US$ 4 miliar itu mahal banyak duitnya. Di terms kita ada, seandainya transaksi tidak terjadi kita bayar denda 1% dan kembalikan uangnya. Ini saya rasa pertama di Asia, terbesar dan punya struktur menyerupai itu untuk akuisiasi dan ditaruh escrow. Uangnya di escrow di bank pemerintah. Jumat kemarin kita bayar.
Apa yang bisa meyakinkan ini bisa dibayar?
Yang menghitung ini sekitar 300 investor seluruh dunia, yang nggak ada hubungan satu sama lain, kompetisi satu sama lain. Mereka sangat percaya dengkul kita sangat bisa bayar. Ini 300-an investor percaya bahwa Inalum sanggup bayar, transaksi akan jadi. Mereka semua percaya itu. Yang nggak percaya siapa coba, hitung nggak, niscaya you percaya.
Begini, tahun ini misal you sanggup US$ 180 juta dengan deviden untuk persentase untuk 9,36%. Dia sanggup berapa 10kalinya sebab punya 91. 180 udah senang, ia sanggup berapa coba itung US$ 1,8 miliar. Nanti jikalau sanggup dividen setengah-setengah kita sedikit lebih gede.
Kalau US$ 2 miliar labanya, saya sanggup US$ 1 miliar, ia sanggup US$ 1 miliar. Kalau sanggup US$ 1 miliar setiap tahun selama 20 tahun you mau nggak bayar US$ 4 miliar, mau dong. Nggak usah itung rumit. Jangankan nggak usah hitungannya juga sudah benar transaksinya. Hitungan kampung saja, you sanggup US$ 1 miliar selama 20 tahun you bayar 4, bayar nggak? Bayar dong.
Tapi siapa operatornya? You beli grab, kan nggak mesti you jadi sopirnya. Biarin saja ia yang operate. Beli itu buat nguasai atau perusahaan lebih baik. Biarin saja sopirnya. You beli Barcelona apa you mau ganti Messi, apa Orias, kan enggak.
300 investor tadi institusi semua? Kelasnya kaya apa?
Kurang lebih 300 institusi semua. Begini ini sulit saya sebut, saya mau sebut nama mereka, tapi mereka nggak mau namanya disebut. Investor dari seluruh dunia, dari cuma kekayaannya miliaran dolar hingga triliunan dolar yang kita ketemu. Itu saja. Investor yang 300 ini kita ketemu setengahnya itu kekayaannya dari miliaran dari triliunan dolar aset yang dikelola. Itu fund manager, bisa juga reksadana, pensiun fund, aset mereka dari miliaran dolar hingga triliunan dolar yang kita ketemu. Saya nggak perlu sebut nama, jikalau sebut bisa tuntut saya.
Sebenarnya 4 tahun sebab balik modal, bisa dibayar nggak?
Bukan problem bisa nggak bisa, jikalau saya tutup 4 tahun harganya berubah. Akan mempengaruhi di pasar, buruk sekali saya. Kalau saya ngomong pinjam 30 tahun saya bisa bayar. Logikanya mereka bahwa 4 tahun balik modal. Duitnya saya simpan tunggu 30 tahun kan juga boleh. Itu uang yang kita terima 4-5 tahun sama menyerupai modal kita.
3. Katanya Bisa Dapat Gratis di 2021?
Asumsinya orang kan Freeport sudah habis dikeruk. Cadangannya berapa sebenarnya?
Dia cadangan itu yang sesuai izin cukup 20 tahun, kemudian lebih lagi. Setelah 20 tahun ia masih ada. Cadangan lebih lah. Di dalam info memo kita ada angkanya, tapi angka itu cukup jikalau sebut reserve nanti kita disebut beli reserve,kan cuma nilai berapa yang kita ambil perhitungan di situ. Cadangan ia cukup untuk 20 tahun bahkan lebih. Kita lihat 2041 menyerupai sebab disitu Inalum dan dia.
Ingat ini kan kolaborasi pemegang saham, izinnya perusahaan yang dimiliki bersama, nanti kita lihat 2041 izinnya apakah perpanjangan lagi.
Sampai 2041 itu sekitar berapa?
Kalau data yang kita disclouse you bisa lihat yang didisclouse Freeport McMoRan juga dan sama yang kita punya, jikalau angkanya 45 miliar pound sekitar segitu. Rp 2400 triliun. Makara cadangannya besar sekali, tapi kita nggak nilai cadangannya, kita nilai yang kiat berpengaruh ambil. Makara cadangan yang ada itu lebih 2041 dengan kapitas produksi sekarang, kurang lebih 45 miliar pound.
Isu negatif soal akusisi ini, soal Pemerintah Daerah menolak dan beli Tanah Air sendiri?
Kalau beli tanah air sendiri, orang cerai mesti bayar gono-gini. Sudah pergi orangnya lu mesti bayar lagi. Saya rasa itu dijelaskan Pak Menteri, memang ini beda dengan perusahaan minyak. Memang aset yang masuk dibayar negara lewat cost recovery, sementara perusahaan tambang nggak demikian. Memang aset punya dia, peralatan, cara tambang, teknologi kan mereka. Kita mesti bayar itu. Dan Pak Menteri bilang, jikalau ini ditutup kan buka lagi lebih sulit.
Kalau problem izin, orang bilang ini kan takut dituntut. Ya Iyalah, kita nggak mau, jikalau rugi negara yang bayar. Saya takut negara ini rugi. Bukan saya takut dituntut, nggak apa-apa, tinggal berhenti. Kita nggak mau negara rugi. Jangan sok berani risikonya yang bayar, jikalau you bayar boleh. Toh risikonya negara yang bayar jikalau rugi. Kita nggak mau beling spion. Cuma ke depan jikalau rugi siapa yang bayar, negara, bukan pribadi yang ngomong ini takut aja. Kita takut merugikan negara. Kalau nggak takut ya itu salah.
Kan ada yang lebih baik nunggu berhenti 2021?
Itu salah, iseperti yang saya jelasin tadi Ini kan beda dengan minyak.
Memang saat sengketa peluang menang nggak ada?
Kalau bilang nggak ada itu perhitungan orang legal, tapi kita nggak mau harus bayar. You mau bayar pun terlambat sebab mining sudah tutup. Kalau you nggak kepastian perpanjang emang 2-3 tahun ini ia akan kembangkan? Belum tentu. You punya keahlian masuk ke bawah? Belum tentu.
Makara kans sendiri berdasarkan ahli-ahli hukum, kita kans menang tipis. Kalau dibilang ada tidak, ya niscaya bilang ada, tapi kan tipis. You mau pertaruhkan bukan pribadi you, tapi kan negara. Mau? Kita nggak mau. Orang mau gambling pakai duit sendiri nggak mau. Ini duit negara. Apa terjadi yang orang pikir mau nasionalisasi? Itu dampaknya lebih buruk. Saya pikir yang bicara menyerupai itu orang yang saya pikir pinter, harusnya pikir panjang. Balik lagi Inalum kita sudah beli sudah selesai. Sekarang kerja.
Pemda katanya menolak porsi saham? Terus papa minta saham?
Bukan itu, sudah lewat itu. Toh sahamnya ada di Inalum. Nggak ada orang minta-minta. Kalau orang minta-minta tapi kan nggak pantas.
Saham Pemerintah Daerah nantinya dikunci atau gimana?
Dia boleh jual tapi hanya ke Inalum. Kalau nglarang tidak, jikalau mau jual BU banget itu kita yang beli. Kan belum jadi BUMD-nya, jikalau jadi kita kunci begitu. Makara jangan bilang ia nggak boleh jual. Boleh, tapi hanya boleh ke Inalum. Supaya apa, supaya nggak kemana-mana. Contoh banyak yang lalu-lalu nggak sebut. Kita mau supaya barang ini bagus, jangan kemana-mana Pemdanya sayang. Kita tunggu BUMD jadi kita akan kasih jatah mereka.
Posisi kini masih di Inalum semua?
Ada yang di Inalum ada di IPMM Indonesia Papua Metal Mineral. Nanti jikalau sudah jadi kita kasih 40% IPMM ke mereka. Ini kan antara Pemerintah Daerah kabupaten dan provinsi membentuk BUMD. Sekarang IPMM dan Inalum langsung. Ada Inalum lansung 26% lebih dan IPMM 25%. Nanti Pemerintah Daerah 40, kita 60%.
Pemda sanggup untung apa?
Makara keuntungan buat pemda jikalau selama ini nggak terima deviden, selaku pemegang saham, akan menyerupai itu. Selama bertahun-tahun nggak terima deviden sama sekali, ada pajak daerah, CSR tapi kan limited. Kalau dividen masuk ke dalam APBD.
Besarnya dividen?
Porsinya kan 10% akan sebesar yang kami terima sekarang. Dia pajak-pajak lain 6% lain buat mereka. Makara aneka macam keuntungan yang diberikan ke Pemerintah Daerah dengan kepemilikan kini dan struktur sekarang. Yang niscaya didapat dividen dan juga porsi pajak buat tempat diberikan ke mereka. Itu yang IUPK yang gres diatur.
Kapan terima dividen?
Ini kan berapa hari, tahun depan setelah jadi pemegang saham, jikalau BUMD sudah jadi akan kita berikan porsi mereka.
BUMD belum terbentuk?
Kita tunggu, nggak tau sudah apa belum. Tapi kita tunggu informasi BUMD siapa akan kita serahkan ke mereka yang kini dipegang di Inalum, saham di IPMM.
Tahun depan berarti?
Tahun ini jikalau jadi disampaikan ya kita proses.
Nilainya yang diterima Pemda?
Sekarang itu US$ 819 juta, itu nilai sahamnya. Nanti itu nilai saham yang dipegang mereka. Deviden kita perhitungkan.
Bisa dikatakan Pemerintah Daerah sanggup 10% dari keuntungan per tahun dari US$ 2 miliar tadi?
Dia sanggup US$ 200 juta misalnya, nanti kita hitung juga. Semua kan pinjamnya modal dengkul kita mesti bayar. Kita perhitungkan. Tapi mereka akan tunai, ada porsi tunai yang terima.
Sudah ada keputusan soal yang bakal diterima Pemda?
Belum, nanti mereka setelah jadi BUMD kita akan sepakati bersama.
Setelah 51% ke depan menyerupai apa?
Kita dengan mereka setuju rencana investasi jangka panjang yang sudah disepakati bersama, direksi akan menjelankan long term investment plan contohnya pembangunan smelter, underground development, underground mining, itu kita siapkan. Fokus kita melaksanakan apa yang disepakati pemegang saham.
Yang investasi US$ 20 miliar itu?
Ya, lebih dari 10-15 hingga US$ 20 miliar, sebagian ia sudah invest kan. Tersisa mungkin US$ 15 miliar
Ada pendanaan baru?
Itu di level PTFI kita akan melaksanakan itu. Dan memang sebagai pemegang saham jikalau ia kurang uang ia boleh meminta pemegang saham. Tapi kan sebentar, kan US$ 2 miliar setahun jikalau kali 20 tahun ya US$ 40 miliar. Pengeluaran US$ 15 miliar kita hitung tanpa diskon cashflow hitung lurus aja ini ada US$ 40 miliar ongkosnya US$ 15 miliar. You sanggup untung US$ 25 miliar bagi 2. Ini gres barang anggun sekali dan sayang jikalau lepas
Inalum ikut memilih smelter?
Kita sebagai pemegang saham kita ada di sana, direksi ya, direksi yang akan bertugas menjalankan sesuai IUPK.
Sudah ada lokasi?
Kan saya gres masuk, kita akan bahas internal lokasi di mana.
Sumber: detik.com