Semua Akan Baik Baik Saja..


Ketika Koalisi Merah Putih ( KMP ) bubar jalan, sahabat saya sempat nyeletuk " Kalau bubar berkoalisi di Parlemen ya sanggup gunakan extra parlemen. Gitu aja kok repot". Bagaimana caranya ? ingat , lanjutnya. Bahwa PKS itu punya cara yang andal untuk menggalang massa. Di masa SBY, Pemerintah lebih banyak menyerah dengan tekanan extra parlementer. Karena memang PKS sangat gampang mengerahkan kekuatan massa akar rumputnya untuk bergerak. Makanya banyak kebijakan nasional sulit di laksanakan.  Di Era Jokowi, kekuatan KMP yang di kawatirkan ialah PKS. Di samping secara idiologi PKS, sulit di persatukan dengan PDIP alasannya di pimpin oleh seorang wanita. Juga PKS punya aktivitas besar menempatkan "orangnya " di RI-1. Jakarta sebagai barometer nasional ialah pintu masuk PKS untuk mengukuhkan posisinya menuju RI-1. Siapapun itu selagi ia ialah orang yang di dukung PKS maka aktivitas PKS sanggup di laksanakan. Apa aktivitas PKS? Merubah UU sesuai dengan syariah Islam. 

Mungkin, lanjut teman,  alasannya aktivitas inilah yang salah satunya menjadi penyebab bubarnya KMP. Maklum Golkar, PKB , PD dan PPP tidak sepakat mengenai aktivitas ini. Platform mereka terperinci Pancasila.  Lantas mengapa PKS sanggup bergabung dengan Gerindra. Karena hanya ada dua partai yang sanggup di ajak berkoalisi. Yaitu Gerindra dan PD. Gerindra memutuskan tetap sebagai oposisi dan berada di luar Pemerintah. Begitu juga dengan Partai Demokrat. Dengan PD, PKS tidak menemukan " orang yang cocok " untuk di dukung. Dan SBY justru menempatkan putranya sebagai Cagub DKI, yang tentu akan jadi Icon PD di masa mendatang menuju RI-1. Gerindra sadar bahwa menempatkan kadernya secara head to head dengan Ahok tidak elok. Karenanya Gerindra mendapatkan  Anies sebagai " orang PKS" untuk Cagub DKI berpasangan dengan kader Gerindra. Tentu PS sebagai ketua umum punya pertimbangan mengapa hingga mendukung calon yang di usung oleh PKS. Pertimbangannya ialah melawan Ahok hanya mungkin melalui kekuatan massa Islam. Emosi pengikut islam inilah yang akan di pakai oleh Gerindra untuk unggul. Ini juga bukan sesuatu yang  di larang dalam politik. Kelompok oposisi selalu mencari jalan pemberian darimanapun sumbernya supaya fungsinya sebagai penyeimbang sanggup di akui.

Di samping itu, berdasarkan teman, Gerindra tidak perlu memakai akar rumputnya untuk masuk arena extra parlementer melaksanakan pressure kepada pemerintah. Karena akar rumput PKS terkoneksi dengan aneka macam ormas Islam radikal, yang masing masing mereka sanggup bergerak sendiri sendiri. Maklum masing masing mereka juga punya aktivitas sendiri sendiri. Dan cukup dengan satu pemicu sudah cukup menciptakan mereka bersatu menuju satu arah yang di jadikan sasaran untuk di gusur. Pertama ialah Ahok, dan selanjutnya ialah Jokowi. Makara koalisi PKS dan Gerindra itu memang die hard untuk berhadapan dengan rezim Jokowi. Sementara Partai Demokrat tidak perlu terlibat terlalu jauh dalam arena yang di ciptakan oleh PKS namun pemberian secara tidak pribadi di berikan kepada gerakan massa tersebut. Maklum, Partai Demokrat di untungkan oleh gerakan tersebut dengan memperlihatkan peluang bagi Agus lebih gampang menjadi pemenang. 

Design skenario melalui gerakan emosi umat islam, di yakini efektif. Mengapa ? tanya saya. Karena pemerintah mustahil melaksanakan tindakan keras. Alasanya alasannya Indonesia sedang mengalami tekanan ekonomi akhir krisis global yang tentu sangat butuh mempertahankan rating investasi semakin baik di mata international. Tindakan keras sanggup menciptakan api semakin membesar. Ini sanggup berdampak chaos. BIla ini tejadi maka sanggup menciptakan rating investasi indonesia jatuh. Dan ini sangat jelek bagi perekenomian nasional. Program Tax Amnesty akan gagal alasannya orang takut menempatkan uangnya di Indonesia. Obligasi Indonesia di pasar uang akan semakin mahal CDS nya. Ini sanggup berdampak sistemik terhadap stabilitas Moneter. Mata uang akan terpuruk alasannya current account akan semakin besar defisit. Proses restruktur APBN semakin sanggup bahaya dan Indonesia mengarah kepada krisis struktural yang parah alasannya investasi besar besar di masa Jokowi selama dua tahun ini akan sia sia. Memang pemerintah di tempatkan dalam posisi sulit dalam rencana demo besar besaran tanggal 4 november ini.

Saya melamun lama. Teman itu asyik minum kopi. Lanjutnya kemudian. Ini semua terjadi bukan hanya soal Ahok dan Jokowi tapi alasannya aktivitas reformasi Migas semakin keras menuju pengambil alihan Freeport kedalam pangkuan ibu pertiwi. Tentu ada pihak yang tidak ingin dengan aktivitas ini, yang akan melaksanakan apa saja supaya aktivitas ini gagal. Juga perilaku indonesia yang memperlihatkan angin kepada China dalam konplik Laut China Selatan, dengan aktivitas kerjasama ekonomi melalui pemberian izin kepada kapal gila ( China )  untuk menangkap Ikan di perairan Natuna dan menjadikan Natuna sebagia pelabuhan ikan berstandar Kawasan Ekonomi Khusus. Belum lagi tugas Singapore yang semakin keras lobynya kepada elite dalam negeri supaya aktivitas TA gagal dan ekonomi Singapore sanggup selamat. Apabila tahun 2017 januari Kereta Cepat Jakarta-Bandung mulai pembangunan maka reputasi Jokowi semakin tinggi dan sulit di bendung untuk menang dalam Pemilu berikutnya. Maklum penduduk Jawa barat ialah penduduk terbesar di Indonesia.

Begitu sulit posisi Jokowi sekarang. Kata saya. Teman ini berkata bahwa semua kembali kepada abjad seorang Jokowi. Dia bergerak alasannya nuraninya demi kebenaran dan keadilan. Dia tidak akan tunduk dengan pressure supaya Ahok di penjara. Jokowi akan menghormati proses aturan dan ia akan mengawal proses aturan itu tanpa seorangpun sanggup menekannya supaya aturan di gadaikan demi cita-cita pihak tertentu. Mengapa ? Ini soal integritas negara di hadapan aturan yang memastikan negara dihentikan di kalahkah oleh tekanan dari manapun. Dan lagi kalaupun kehendak mereka itu di turuti, tidak akan selesai hingga di situ. Karena akan ada lagi tuntutan hingga jadinya sasaran mereka tercapai, Jokowi mundur. Apakah ini akan terjadi? Tanya saya. Tidak akan terjadi?  Tentara Nasional Indonesia dan dominan elite politik ibarat Golkar, Nasdem, Hanura, PKB, PPP, tidak akan mengingingkan keadaan chaos alasannya mereka paham betul resikonya bagi momentum perekonomian. Pendekatan kepada Prabowo bukanlah loby membujuk tapi hanya cara joko widodo memberikan pesan kepada PS bahwa ia tidak akan sanggup di tekan oleh siapapun dan NKRI ialah harga mati.

Menjelang demo tanggal 4 November akan ada upaya persuasi antar elite. Mengingatkan supaya semua sepakat menjaga perdamaian. Demontrasi ialah hak konsitutional warga memberikan pendapat, bukan hak memaksakan kehendak. PS seyogia menyadari ini dan siapapun harus bertanggung jawab secara aturan apabila demontrasi menjadikan anarkis. Semoga tanggal 4 november kelak ialah agresi tenang solidaritas Islam sebagai rahmat bagi semua. Tidak ada politik , tidak ada SARA dan semua alasannya kecintaan kepada Agama dan Negara Hukum. Semoga Koorlap demo menjaga barisan  tidak di tembus oleh provokator politik yanag inginkan chaos, dan kalaupun ada ukiran dengan pegawanegeri akan gampang di padamkan. Semua akan baik baik saja. Yuk berdemokrasi yang cerdas.

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait