Susno Duadji


“ Anda boleh tunjuk siapapun pejabat di negeri ini. Kalau ingin dicari kesalahannya sebagai koruptor niscaya ketemu.” Demikian kata teman saya kemarin malam saat kami rendezvous di Café. Teman ini yaitu pejabat Negara  yang berafiliasi dengan Pengawasan Keuangan Negara dan begitulah caranya menjawab pertanyaan saya terhadap kasus Susno. Dia selalu tidak mau membuka dongeng mengenai pekerjaannya namun dengan kata kata yang singkat itu sudah cukup bagi saya bahwa ada sesuatu yang sangat salah pada Negara ini. Bahkan ia sempat berkata kepada saya bahwa 40 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia itu berasal dari transaksi haram. Haram alasannya yaitu didukung oleh business illegal dari mereka pencari rente. BIla korupsi itu hanya terjadi segelintir orang atau kasuistis maka itu kita dapat berharap akan ada perbaikan dikemudian hari. Karena ya sifatnya partial tentu gampang diselesaikan. Namun bila semua pejabat Negara terlibat eksklusif maupun tidak eksklusif dari tindak korupsi maka ini sudah berafiliasi dengan kesalahan system. Ini bukan kasus partial. Ini bukan kasus mudah. Penyelesaiannya tidak akan pernah selesai bila tetap dengan system yang ada.

Mengapa Susno dapat dengan gagah menolak untuk di eksekusi? Tanya saya. Teman ini dengan tersenyum berkata bahwa itulah bukti bahwa hokum di negeri ini berjalan  diatas system yang brengesek dan di jalankan oleh orang yang bermental brengsek. Makara itu satu kesatuan. Tidak mungkin system yang baik dijalankan oleh orang yang buruk. Karena yang namanya system itu ada SOP untuk  memastikan hanya orang yang memenuhi syarat saja yang dapat bertindak sebagai pelaksana. Bukankah kita sudah berkali kali merubah system. Dulu di Era Orla kita melaksanakan berkali kali perubahan system dengan ditandai jatuh bangunnya cabinet tapi tetap tidak menuntaskan dilema hingga kesannya kita harus menjatuhkan Soekarno. Soeharto terpilih, masa gres dengan system baru. Kita kembali kepada Pancasila secara murni namun sesudah 32 tahun berlalu kita mulai muak.  System harus dirubah lagi. Soeharto harus jatuh.  Era Reformasi, masa gres untuk sesuatu yang baru. Tapi , lihatlah sekarang , kita masih saja mengeluh bahwa korupsi  mewabah alasannya yaitu system yang salah. Apakah memang benar bahwa segala sesuatu itu alasannya yaitu kesalahan system?

Menurut teman saya bahwa system itu mutlak dirubah. Namun yang lebih penting lagi yaitu bagaimana melaksanakan perubahan terhadap system yang sudah eksis. Ini penting biar tidak terjadi kesalahan gres lagi.  Jadi bila ingin melaksanakan perubahan maka yang diganti bukan hanya pemimpinnya tapi juga mereka yang ada dibalik system itu. Artinya perubahan system hanya mungkin dilakukan bila yang melaksanakan perubahan bukanlah orang yang tadinya berada didalam system  atau bersinggungan dengan system. Perubahan itu harus dilakukan oleh orang yang ada diluar system. Tentu perubahan menyerupai ini terkesan revolusi. Ya memang harus revolusi. Tapi ada perubahan yang lebih santun ketimbang revolusi Francis. Yaitu Revolusi Kebudayaan di China. Mao menyebut restore system lewat perbaikan adat kelompok berjuis melalui pendekatan kebudayaan china. Kebudayaan yang dimaksud yaitu hidup untuk bekerja dan berbagi. Makara stop rakus dan stop individualism. Konon katanya ada 25 juta kelompok berjuis ( kelompok menengah ) yang selama ini menciptakan system lemah harus mengikuti aktivitas Brain Washing di kamp kerja paksa. 

Kini China tumbuh menjadi kekuatan ekonomi nomor dua didunia dan diperkirakan tahun 2030 China akan menjadi kekuatan ekonomi nomor satu didunia. Andaikan dulu Mao  ragu melaksanakan revolusi kebudayaan alasannya yaitu akan berdampak jelek kepada 99% teman yang menjadikannya Pemimpin China, mungkin china hingga sekarang akan sama nasipnya dengan Korea Utara. Gelap dan terpuruk dalam mimpi jelek sepanjang malam. Memang revolusi menilbulkan korban tidak sedikit dan selalu busuk bau darah. Sisi  negative revolusi lebih banyak dibicarakan ketimbang sisi positipnya. Ya karenanya tidak banyak yang siap terutama mereka yang berada didalam system itu sendiri. Dan lihatlah bagaimana Susno mentertawakan system itu. Dia DPO Kejaksaan  namun ia tetap sibuk di Dapil sebagai CALEG. Sebagai seorang praktisi hukum, pegawapemerintah penegak aturan tadinya, ia sedang mempertontonkan secara vulgar kepada publik betapa rentanya system aturan di negeri ini untuk mendapat kebenaran, kebaikan dan keadilan. Tidak ada kepastian. Pemimpin lemah dan dilemahkan oleh system yang memang lemah ( Korup).

Menurut saya memang banyak pilihan terhadap sistem negara yang dapat ditiru namun bila ingin menggandakan tirulah yang terbaik. Apa itu? sistem yang tidak dicreate oleh insan tapi oleh Allah yang telah di teladankan oleh Rasul dan para teman sesudah Rasul. Mengapa sistem berasal dari Allah lebih baik ? Karena sistem ini tidak hanya menempel secara yuridis formal (lewat kesepakatan ) tapi juga menempel secara batin bagi setiap pemeluknya. Dapat diterima oleh siapapun alasannya yaitu pemikiran ilahiah ini berafiliasi dengan cinta dan kasih sayang. Loyalitas orang tidak kepada Pemimpin atau Bendera atau Negara tapi kepada Kebenaran, kebaikan dan keadilan. Siapapun akan menjadi pengawas yang lain , dan saling mengingatkan wacana kekenaran untuk lahirnya kebaikan dan tentu tegaknya keadilan bagi semua. Rakyat tak lagi berbuat alasannya yaitu ingin mengejar kekuasaan atau harta tapi mereka berbuat hanyan ingin mengharapkan ridho Allah. Sesuatu yang imaginer namun hidup menghidupkan jiwanya untuk bergerak secara teratur bagaikan lebah, yang hanya menghasilkan kebaikan...Sejak negara ini berdiri, semua orang yang ingin menegakan syariah Islam, berhadapan dengan penjara. Setiap perubahan terjadi tolong-menolong tidak ada perubahan alasannya yaitu bulat sekular selalu berujung sama yaitu : rakus dan culas.


Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait