Berawal dari rasa ingin tahu, Mukti Ali Qusyairi memulai penelitiannya soal jejak Presiden Joko Widodo dalam keislaman, keumatan, dan kebangsaan petahana tersebut.
Setelah melaksanakan wawancara dengan aneka macam ulama yang pernah bekerjasama pribadi dengan sang Presiden, Mukti kesudahannya menuntaskan sebuah buku berjudul Ulama Bertutur Tentang Jokowi, Jalinan Keislaman, Keumatan, dam Kebangsaan.
Buku terbitan Republika Penerbit tersebut berisi hasil wawancara Mukti dengan 60 ulama baik dari tanah Jawa Barat hingga Jawa Timur, Lombok, hingga Papua.
Sejak mulai berkampanye untuk menjadi Presiden di Pemilu 2014 lalu, aneka macam tuduhan miring terus berdatangan pada Jokowi. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab isu-isu tersebut.
"Nah sehingga saya menjadi bertanya-tanya apakah betul. Isu itu kan bermula dari majalah atau semacam buletin Obor Rakyat yang mengulas wacana itu kemudian disusul dengan buku Jokowi Unddercover," kata Mukti dalam peluncuran bukunya, di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis (20/12).
Isu Jokowi PKI, keturunan Cina, hingga anti Islam ituilah yang kesudahannya menciptakan Mukti tertarik mencari tahu. Tidak sembarang menggali informasi, Mukti juga mewawancarai guru mengaji keluarga Jokowi.
"Kita perlu melaksanakan penelitian pribadi wacana jejak religiusitas Pak Jokowi menurut sumber yang sempurna jika istilahnya A1. Alhamdulillah saya berhasil mengakses informasi itu kepada para ulama yang pernah menawarkan pengajian pada Pak Jokowi," katanya.
Di antara ulama tersebut yakni Lilis Fatimah yang merupakan guru mengaji keluarga besar Jokowi.
Hadir juga KH Abdul Karim Ahmad yang merupakan salah satu guru mengaji Jokowi, serta Ustaz Mudzakir alumni pesantren Situbondo yang pernah menawarkan privat Quran kepada Pak Jokowi dan anaknya yakni Kaesang dan Kahiyang.
Mukti mengatakan, dengan hadirnya buku ini dibutuhkan sanggup menawarkan informasi kepada publik yang ragu mengenai ke-Islaman Jokowi.
"Karena dia (Jokowi) yakni Muslim taat, haji semuanya sudah dilakukan dan bahkan hobinya yakni puasa Senin-Kamis yang diturunkan dari ibunya," kata Mukti.
Salah satu tokoh Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari menyampaikan buku ini sangat akademis. Sebab, perumusan pertanyaan, penelitian, hingga menciptakan pertanyaan penelitan semuanya dilakukan dengan kriteria narasumber yang sanggup dipercaya.
"Saya rasa buku ini cukup akademis sanggup dipertanggungjawabkan secara akademis, dan signifkansi praktisnya yakni menjawab aneka macam penilaian-penilaian terhadap keber-Islaman Presiden Jokowi," kata Hajriyanto.
Koordinator Staf Khusus Presiden, Teten Masduki yang turut hadir dalam peluncuran dan bedah buku tersebut menyampaikan Presiden Jokowi sudah mendapatkan bukunya.
Teten menuturkan, Jokowi menerimanya dengan santai. "Pak Jokowi kemarin saya tanya gimana tanggapannya soal buku, dia jawab 'sudah sah lah Islam saya'. Lucu. Karena selama ini dianggap kurang Islam," kata Teten.
Teten juga berharap dengan adanya buku ini, semua isu mengenai Jokowi PKI dan atheis hingga Jokowi keturunan Cina sanggup dihapuskan. Ia beropini buku ini sangat kredibel alasannya yakni penulisnya melaksanakan wawancara secara pribadi dengan ulama-ulama yang pernah bekerjasama dengan Jokowi.
Mukti mengatakan, buku ini sudah usang ia rencanakan. Ia mengatakan, proses wawancara dengan para narasumber hingga dengan penulisan buku hingga selesai dilakukan selama depalan bulan.
Namun, persiapan sebelumnya sudah cukup lama. Bahkan, ia mulai merasa ingin tau mengenai isu tersebut sejak 2014.
"Rencananya sudah lama. Tapi kan cukup susah mencari penerbit yang mau menerbitkan. Setelah meyakinkan Republika, buku ini terbit. Kebetulan terbit pada masa kampanye," kata Mukti. [republika.co.id]