Berkah Tersembunyi..


Seorang teman kisah kesaya , ketika SMI tiba menghadap Jokowi melaporkan bahwa APBN tidak kredibel lagi alasannya yaitu penerimaan tidak cukup membayar ongkos. Sehingga tidak tersisa untuk bayar bunga dan cicilan utang. Saya membayangkan bagaimana perilaku Jokowi ketika baca laporan tersebut. Saya bisa menduga bahwa dengan latar belakangnya sebagai pengusaha , Jokowi tidak akan panik mendengar laporan tersebut. Jawabnya sederhana sekali. Kalau penerimaan tidak cukup maka kurangi ongkos. Apapun itu harus di lakukan. Tentu ada resiko politik jawaban pengurangan anggaran rutin itu. Tapi seorang pengusaha, tidak pernah takut ambil resiko untuk nalar sehat. Prinsip pengusaha sederhana bahwa fungsi sosial akan terealisasi apabila ekonomi sehat. Kalau ekonomi sakit, maka fungsi sosial hanyalah retorika.

Ditengah krisis global yang semua negara menerima tekanan penerimaan yang lebih kecil daripada ongkos, Jokowi berhasil melaksanakan reformasi anggaran yang lebih kredibel. Artinya APBN yang lebih terarah kepada fungsi ekonomi untuk dalam jangka panjang mencapai kemandirian membiayai fungsi sosial. Andaikan tidak ada ada krisis global tentu tidak gampang bagi Jokowi melaksanakan reformasi anggaran. Namun dengan situasi krisis global ini, pihak dewan perwakilan rakyat tidak punya pilihan kecuali harus mendukung kegiatan kerjanya. Walau ada sebagian yang ngotot tapi tidak kuat apapun terhadap kebijakannya untuk mengembalikan APBN dalam stuktur biaya yang sehat. Selanjutnya APBN kita akan sehat secara sistem sehingga jadi contoh mengeskalasi pertumbuhan dan melaksanakan perubahan kearah yang lebih baik.

Ketika agresi demo 411 yang di picu oleh Ahok yang diduga melaksanakan penistaan agama, seorang teman menyampaikan kepada saya, bahwa keadaan ketika itu memang genting. Namun Jokowi tidak panik. Disituasi yang tidak menentu itu , beliau lebih focus kerja melaksanakan blusukan ke proyek Bandara. Dia serahkan kepada sistem Keamanan dan Pertahanan yang dimilik negara menghadapi demo kolosal itu. Setelah itu beliau bisa melihat dilema secara jenih. Bahwa ada sesuatu yang memang renta bagi bangsa ini. Apa itu ? Intoleran. Setiap elite politik diajaknya bicara soal ini. Juga tokoh agama dan ormas di ajaknya bicara. Intinya masalah intolerance ini bukan hanya issue tapi suatu fakta yang harus dihadapi biar NKRI selamat. Tapi tidak bisa di lakukan dengan mengorbankan semangat demokrasi. Walau sikapnya sempat menggoncang dapat dipercaya negara di mata international namun Jokowi tak ingin menggandakan Erdogan di Turki dalam menghadapi kelompok intolerance.

Lantas apa solusinya ? Tidak mengerahkan Tentara Nasional Indonesia dan POLRI menangkapi mereka yang berbeda begitu saja. Tapi inilah dikala yang sempurna menguji supremasi aturan sebagai benteng NKRI. Kasus Ahok harus di jauhkan dari upaya intervensi siapapun. Walau alasannya yaitu ini sedikit menyinggung PDIP, yang sadar sedang di tempatkan di corner oleh lawan politiknya. Ahok di adili dan orang banyak sadar bahwa tidak ada yang kebal aturan dan tidak perlu ada yang di takuti bahwa siapapun sama kedudukannya di hadapan hukum. Silent majority yang selama ini muak dengan perilaku angkuh dan intolerance,  bangkit. Satu demi satu mereka melaporkan HR ke Polisi. Satu demi satu kawasan berani menentang kehadiran FPI. Tentu konsekwensinya POLISI harus menindak lanjuti proses pengaduan ini secara profesional. Selanjutnya setiap orang akan sadar bahwa kebebasan bukan berarti bebas sebebasnya. Ketika kita sedang melaksanakan kebebasan tersebut , harus ingat ada orang lain yang kebebasannya terganggu. Makara pemaksaan kehendak atas dasar demokrasi akan berhadapan dengan pedang aturan dari sistem demokrasi itu sendiri. Andaikan tidak ada agresi 411 , masalah intolerance ini akan jadi api dalam sekam yang kapan saja bisa meledak tanpa bisa dikendalikan..

Samahalnya ketika tahun tahun awal Jokowi memimpin, yang dibenahinya yaitu Migas dan PLN. Ini menerima perlawanan dari elite politik yang selama ini manja dengan sistem yang korup dari kedua entity tersebut. Namun Jokowi menyelesaikannya dengan kekuatan aturan dan sifat yang santun namun konsisten. Apa hasilnya ? reformasi MIGAS telah menciptakan Pertamina untung dengan kinerja terbaik di bandingkan Petronas, PTT, Cenvron, Shell. Padahal sebelumnya PERTAMINA tak bisa di bandingkan , bahkant tak pantas di sandingkan dengan operator minyak kelas dunia tersebut. PLN pun ketika tahun 2013 merugi namun sekarang mencatat keuntungan tinggi dan mulai ada kemampuan berdikari membiayai penugasan pemerintah membangun  pembangkit listrik tanpa harus penuh tergantung asing. Andaikan harga minyak tidak jatuh , tentu sulit mereformasi Pertamina dan PLN

Saya tidak memuja Jokwoi namun dengan usia diatas 50 yang telah mencicipi kepemimpinan dari 7 presiden di Indonesia, saya menilai Jokowi memang kado terindah bagi rakyat Indonesia sehabis berpuluh tahun terjebak dengan kepemimpinan yang korup dan lemah.Yang kita patut syukuri yaitu proses yang ditempuh Jokowi mengembalikan negara kepada jalur yang benar selalu di sertai oleh blessing in disguise, yang risikonya menciptakan beliau bisa merampungkan hal yang sebelumnya hampir mustahil dapat  di laksanakan. Itulah berkah Tuhan kepada negeri ini alasannya yaitu dipimpin oleh orang baik, yang setia kepada keluarganya, negaranya, sahabatnya, santun kepada ulama dan cinta kepada rakyat kecil.

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait