Menteri Koodinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan penyebab nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pagi tadi dolar AS tercatat bergerak pada rentang Rp 14.090 sampai Rp 14.080. Pelemahan ini terus berlanjut sampai jadinya dolar AS sempat ke level Rp 13.900an dan sekarang berada di level Rp 14.065.
"Sebenarnya kan gini, itu kan sudah semenjak awal November sebetulnya para analisis analis internasional itu sudah bilang," kata Darmin di Komplek Istana, Jakarta Pusat, Senin (7/1/2019).
Darmin bilang, dari banyaknya analis internasional yang menciptakan proyeksi mengenai nilai tukar rupiah, maka pada ketika ini juga dipandang sebagai waktu yang sempurna untuk membelinya. Sehingga, hal itu menjadi salah yang mendorong dolar AS mulai tumbang terhadap rupiah.
"Inilah waktunya beli rupiah. Itu sudah semenjak itu tapi kan lalu ada macam-macam. Menguat dulu, dari Rp 15.400 menjadi Rp 14.500. Berhenti dulu. Kemudian dalam sebulan itu makin banyak aja menulis analis-analis itu," terang dia.
Di waktu yang bersamaan, kata Darmin, pemerintah pun menerbitkan surat utang. Penerbitan itu pun direspons para investor untuk membeli menurut proyeksi para analis internasional terhadap nilai tuker rupiah.
"Ya istilah mereka rupiah harusnya overweight, waktunya dibeli. Kemudian pemerintah juga menerbitkan bond, itu ikut mempengaruhi. Karena ia bilang... Wah ia udah punya penerimaan tambahan. Sebelum ini kita beli dulu," kata Darmin.
Lebih lanjut Darmin mengungkapkan, bahwa melemahnya dolar AS terhadap rupiah pun masih mempunyai ruang, walaupun tidak banyak.
"Masih sedikit, tapi masih ada ruang (rupiah menguat), walaupun nggak banyak," ujar dia. [detik.com]