Mojokerto -SPBU Mojowarno, Jombang menjadi salah satu SPBU daerah Sugianto (28) membeli solar bersubsidi dalam jumlah tak wajar. Agar para karyawan SPBU melayani pembeliannya, laki-laki asal Desa Karangkedawang, Sooko, Mojokerto ini menunjukkan uang tips. Berapa nilainya?
Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Muhammad Solikhin Fery mengatakan, menurut bukti yang ditemukan penyidik, Sugianto menggeluti bisnis solar ini semenjak November 2018, atau 3 ahad sebelum dibongkar polisi. Tersangka memperkerjakan sopir untuk mengambil solar bersubsidi dari sejumlah SPBU.
Salah satunya di SPBU Mojowarno. Fery mengaku menemukan bukti lengkap berupa struk transaksi pembelian solar bersubsidi oleh Sugianto maupun anak buahnya di SPBU tersebut. Agar aksinya tak tertangkap tangan orang lain, tersangka tiba ke SPBU antara pukul 20.30-05.30 WIB.
Untuk menyamarkan aksinya, tersangka memakai truk yang sudah dimodifikasi. Bagian dalam kolam truk tersebut dipasang tangki berkapasitas 5 ribu liter.
Selain itu, setiap usai mengisi 500 liter solar di SPBU Mojowarno, tersangka berpindah ke SPBU Mojoagung. Dengan begitu, pembelian solar sampai ribuan liter di SPBU Mojowarno tak akan mencuri perhatian orang lain.
"Di SPBU Mojoagung hanya isi 50-70 liter, kemudian balik lagi ke SPBU Mojowarno. Biar tak kelihatan berada di SPBU dalam waktu yang lama," ungkap Fery.
Rupanya pembelian solar bersubsidi dalam jumlah besar ini, lanjut Fery, melibatkan 14 karyawan SPBU Mojowarno. Mereka terdiri dari 2 pengawas dan 12 operator yang melayani pembeli. Menurut dia, Sugianto atau anak buahnya menunjukkan uang tips kepada belasan karyawan SPBU tersebut biar dilayani meski membeli solar bersubsidi dalam jumlah tak wajar.
"Untuk operator mendapat Rp 100 ribu dari setiap 1.000 liter solar yang dibeli tersangka, sedangkan pengawas mendapat Rp 500 ribu setiap pekan dari tersangka Sugianto," terangnya.
Kendati begitu, tambah Fery, 14 karyawan SPBU Mojowarno sampai sekarang berstatus sebagai saksi. Pihaknya akan menaikkan status mereka sebagai tersangka sesudah kasus ini digelar dalam waktu dekat.
"Saat ini kami lebih dulu fokus merampungkan berkas penyidikan tersangka Sugianto dan Wachid, biar segera sanggup kami limpahkan ke Kejaksaan," tandasnya.
Selain Sugianto, polisi juga menetapkan Direktur perusahaan biro materi bakar minyak (BBM) PT Mitra Central Niaga, Abd Wachid sebagai tersangka. Dalam masalah ini Wachid sebagai pembeli solar bersubsidi yang dikumpulkan dan ditimbun Sugianto di gudang Desa Gemekan, Kecamatan Sooko. Harga beli solar yang dipasang Wachid ke Sugianto Rp 6 ribu/liter.
Selanjutnya Wachid menjual solar bersubsidi ke perusahaan di Pasuruan dengan harga industri. Dia mematok harga jual ke perusahan tujuan di atas Rp 7 ribu/liter.
Untuk mengelabuhi perusahaan-perusahaan yang menjadi pelanggannya, Wachid memakai nama PT Mitra Central Niaga. Perusahaan biro BBM yang berkantor di Desa Mandaranrejo, Panggungrejo, Kota Pasuruan ini memang memiliki izin di bidang perjuangan tersebut.
Kasus penyelewengan solar bersubsidi ini terungkap sesudah truk modifikasi milik Sugianto ditangkap anggota Sat Lantas Polres Mojokerto pertengahan Desember 2018. Melibatkan Sat Reskrim, penggerebekan ke gudang penimbunan solar pun dilakukan. Bisnis haram ini gres berjalan 3 ahad sebelum digerebek polisi.
Selain meringkus Sugianto, polisi juga menyita sejumlah barang bukti di gudang tersebut. Antara lain berupa 5 tandon kosong yang masing-masing berkapasitas 1.000 liter, 9 tandon dengan kapasitas yang sama berisi solar bersubsidi, mesin pompa BBM, sebuah truk modifikasi, truk tangki berisi 8 ribu liter solar, serta 1 lembar nota pengiriman solar dari PT Mitra Central Niaga ke PT Duta Bangsa Mandiri.
Akibat perbuatannya, Sugianto sekarang harus mendekam di tahanan Polres Mojokerto. Tersangka dijerat dengan Pasal 53 aksara a, b, c dan d juncto Pasal 23 atau Pasal 55 UU RI No 22 tahun 2001 wacana Minyak dan Gas Bumi.
Saksikan juga video 'Penyelewengan Solar Bersubsidi Dibongkar, Beromzet Fantastis!':
Sumber detik.com