Musibah Mudik...


Ketika mendekati imlek saya melihat antrian di stasiun Louhu  Shenzhen ( China ) panjangnya di perkirakan lebih 1 KM. Antrian itu hingga ke luar stasiun. Petugas stasiun menyediakan tenda biar pemudik nyaman selama menanti antrian itu.  Tak banyak petugas berseragam yang mengawasi antrian itu. Hanya nampak satpam yang berdiri kaku di depan gate. Keadaan sangat tertip sekali. Karena kereta yang mengangkut pemudik ke kampung halaman tiba setiap 10 menit untuk antar provinsi. Untuk dalam provinsi setiap 3 menit. Makara anda bisa bayangkan bagaimana hebatnya pengelolaan transportasi publik china. Anda antri , tapi tidak lama. Kereta itu high speed commercial train. Walau bukan sekelas bullet namun nyaman dan ongkosnya tergolong murah.Teman saya menyampaikan tahun 80an keadaan tidak nampak ibarat sekarang. Dulu kereta tiba paling cepat 3 jam. Kereta juga tidak sehebat sekarang. Namun proses pembangunan yang focus kepada pembangunan insfrastruktur dengan kerja keras dan korban yang tidak sakit, jadinya Pemerintah china bisa delivery pelayanan terbaik untuk rakyatnya.

Budaya pulang kampung bukan hanya terjadi di Indonesia tapi juga di China. Pada ketika itulah kemampuan pemerintah di pertaruhkan bagaimana menunjukkan pelayanan terbaik bagi rakyat nya. Di Indonesia kecelakaan pulang kampung akhir sistem transfortasi yang brengsek telah berlangsung lama. Itu hanya di tonton oleh pejabat. Solusi hanya mengerahkan orang berseragam dimana mana dan membawa liputan tv bagaimana pegawapemerintah bekerja keras menertipkan arus mudik. Padahal pokok problem bukan pada pengaturan tapi ada pada system transfortasi angkutan publik yang mencakup  sarana jalan yang berkualitas,  jalur kereta yang banyak dengan traffic time tinggi, bandara berkelas dunia, stasiun kereta dan terminal bus yang nyaman. Rezim silih berganti tapi kita tidak focus mencarikan solusi by system tapi lebih kepada retorika. Di abad Jokowi problem insfrastruktur ekonomi kususnya system transfortasi terus di benahi. Semua sektor di kebut pengerjaannya.Yang mangkrak di lanjutkan, yang masih rencana di sanksi untuk segera di bangun, yang belum ada rencana segera di koordinasikan untuk segera di susun rencana dan dilaksanakan. Namun apakah ini gampang ? Tidak. 

Mengapa ? Karena anggaran fiskal kita tinggal 12 % dari APBN. Sejumlah ini harus di utamakan indonesia centris. Artinya, bukan menurut jumlah penduduk tapi area. Belum lagi kelompok banyak cincong di dewan perwakilan rakyat dan para pengamat kurang gizi yang tak suka ada pembangunan insfrastruktur dengan alasan tidak jelas. Contoh bagaimana sulitnya pemerintah mendapat revisi UU perkereta apian dari dewan perwakilan rakyat biar kereta cepat jakarta bandung dan Jakarta -  Surabaya sanggup dibangun dengan model B2B atau melalui PPP sebab dana APBN tidak tersedia. Namun itu terus di upayakan dengan kesabaran tinggi oleh Jokowi biar aktivitas tidak terhenti. Insya Allah tahun depan di mulai pembangunan. Semua sedang berproses dalam pembangunan. Memang tidak bisa di rasakan seketika apalagi dalam dua tahun kekuasaan Jokowi. Setidaknya kini sudah nampak progress yang luar biasa dan di perkirakan dalam tiga tahun kedepan toll trasjava sudah rampung di bangkit dan kereta cepat transjava mendekati rampung.  Saat itu keadaan akan berbeda.  Mencari solusi ialah berbuat dengan sistematis dan itu tidak dengan simsalabim.

Peristiwa pulang kampung yang menjadikan korban insan ialah bencana yang bukan hanya kini terjadi tapi telah berlangsung usang dan gres kini kita semua tahu betapa buruknya dampak dari brengseknya sistem transfortasi yang ada. Mari kita udahan berkeluh kesah dan ikutan banyak cincong bila pemerintah membangun system transfortasi. Saya yakin bagaimana perih hatinya Presiden dengan insiden pulang kampung yang hingga menjadikan korban. Itu akan beliau bayar dengan semakin berpengaruh tekadnya untuk merampungkan pembangunan insfrastruktur ekonomi dan bekerja keras untuk itu. Kalau anda inginkan minta maaf maka secara kelembagaan pemerintah melalui Kementrian Dalam Negeri sudah minta maaf. Apalagi ? ini kesalahan sistem dan tentu system yang minta maaf. Kalau anda minta Jokowi pribadi minta maaf maka anda lupa bahwa negara ini bukan tiran atau diktator atau khalifah di mana Pemimpin ialah icon kekuasaan satu satunya , dan jikalau salah hanya beliau yang bertanggung jawab. 

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait