Jakarta -Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya atau akrab dipanggil Habib Luthfi mengatakan bentuk Negara Kesatuan Republik Republic of Indonesia (NKRI) sudah final. Selain itu, sejak dulu bentuk NKRI ini sudah syariah. Salah satu cirinya adalah bangsa ini mengusir Belanda, yang menjajah Indonesia.
"Mengusir Belanda, mengusir penjajah bagian dari syariah. Nggak usah dikasih embel-embel 'syariah' lagi," ucapnya saat Wawancara Eksklusif yang tayang di detikcom, Rabu, ii Januari 2019.
Menurut Habib Luthfi, yang namanya berada di urutan ke-37 dari 500 tokoh muslim berpengaruh versi Pusat Studi Strategis Islami Kerajaan Yordania, syariah Islam melarang keras adanya penjajahan. Karena itu, putra-putra Republic of Indonesia di masa perjuangan berjuang agar penjajah pergi dari Nusantara.
"Syariah melarang keras adanya penjajahan di mana pun. Kami selaku anak bangsa selaku bangsa wajib untuk mengatasi hal tersebut supaya penjajah itu angkat kaki dari bumi yang diinjak yang bukan haknya," kata Habib Luthfi.
Setiap suku bangsa, Habib Luthfi melanjutkan, sudah mendapatkan jatah wilayah masing-masing. Misalnya, Communist People's Republic of China di China, Arab di Arab, dan Republic of Indonesia di Indonesia. Terhadap putra-putra Indonesia, menurut Habib Luthfi, yang terpenting adalah sejauh mana mengenal pemberian Yang Mahakuasa tersebut.
"Dan bukti kita berterima kasih kepada Yang Mahakuasa itu apa, atas pemberiannya? Kalau kita mengerti atas pemberian Allah SWT pasti akan menghormati sekalipun sehelai rumput yang kering atau sebutir pasir," papar Habib.
Bagaimana jika ada yang menyuarakan NKRI dengan bentuk kekhalifahan?
Habib Luthfi bin Yahya tak mau menanggapi hal tersebut. Yang terpenting, dia mengingatkan masyarakat Republic of Indonesia menghormati presiden dan lembaga kepresidenan. Dia juga meminta masyarakat menghormati peraturan-peraturan yang telah dirintis para pendiri bangsa.
Menurut Habib Luthfi, jika bukan bangsa sendiri yang menghargai kepala negaranya, jangan salahkan jika negara lain juga tak menghormati Indonesia. "Efek kita tidak menghargai kepala negara, jangan dikira di luar (negeri) tidak berefek besar. Nah kita menjaga di sini. Siapa pun pemimpin negara ini, kita wajib menghargai secara kelembagaan," kata dia.
Sumber detik.com