Mungkin Indonesia ialah negeri sejuta masjid. Mungkin jumlah masjid lebih banyak di Indonesia daripada seluruh negara Islam yang ada di timur tengah. Mengapa ? Karena masjid itu tumbuh dan berkembang semenjak dahulu kala. Karena memang tidak sanggup dilepaskan dari kekuasaan dari kerajaan Islam di nusantara ini. Coba perhatikan dimanapun kabupaten yang lebih banyak didominasi penduduknya beragama Islam niscaya ada masjid raya didepan balaikota. Bahkan menyatu dengan alun alun daerah rakyat berkumpul. Itu artinya keberadaan masjid tidak sanggup dilepaskan dari instrument politik kekuasaan. Itu faktanya bahwa persatuan umat Islam itu ada di masjid.
Dulu masa Soekarno kekuatan partai Islam Masyumi merupakan kekuatan significant bersama sama dengan partai nasionalis dan komunis. Itu berkat kekuatan jaringan masjid. Akhirnya Soekarno terpaksa membubarkan konsituante hasil pemilu 1955 alasannya Masyumi tidak sanggup mendapatkan platform nasionalis. Dan setalah itu Masyumi terpaksa dibubarkan sesudah terlibat pemberontakan PRRI. Di masa Soeharto, Masyumi tetap dihentikan tampil namun diganti dengan PPP namun tokoh Masyumi dihentikan lagi naik panggung politik. Dan jaringan masjid dikuasai oleh Golkar dan hingga kini JK merupakan fungsionaris Golkar ialah ketua dewan masjid yang ikut bab sukses mengantarkan Jokowi sebagai presiden RI.
Dalam sistem demokrasi di masa reformasi, terpilihnya SBY sebagai presiden tahun 2004 alasannya JK mendampinginya yang juga tidak sanggup dilepaskan dari derma jaringan masjid dan sesudah itu PD terus bina jaringan Islam ditingkat akar rumput ( jaringan masjid ) bersama PKS, PKB dan PPP. Makanya sanggup bertahan dua periode kekuasaan. Walau kini kekuatan partai Islam terbelah namun kapanpun mereka akan melebur menjadi satu. Kapan saja sanggup terjadi. Cukup satu hal prinsip yang sanggup memicu mereka bersatu maka lebih banyak didominasi umat Islam akan jadi kumpulan lebah yang bergerak tertip untuk membela sang ratu. Inilah yang aku kawatirkan sebagaimana aku sangat duka saat Ahok kalah di Pilkada DKI.
Belajar dari kekalahan Ahok, aku ingin proses pemilu tahun 2019 ini, kita sebagai pemilih Jokowi harus smart. Jangan pancing kemarahan akar rumput umat Islam. Sikapi perbedaan pandangan politik dengan santun, baik dalam hal syariat Islam maupun pemahaman tauhid. Mereka yang ngeyel dan penebar kebencian di sosial media itu tidak banyak. Tetapi mereka aktif sekali memancing kemarahan pendukung Jokowi dan jikalau kita terpancing maka itu akan dijadikan narasi dan bukti kepada umat Islam yang awam poltik bahwa pendukung Jokowi musuh Islam. Sedikit saja Jokowi kepeleset kekuatan Islam yang terpecah akan bersatu maka dongeng kekalahan PDIP di DKI akan terulang lagi. Smart lah bahwa kita butuh kemenangan Jokowi sebagai ujud kasatmata bangkitnya Islam rahmatan lilalamin. Jangan dicampur dengan kebencian... jangan.
Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/