Koh Ahok
Lo tahu engga. Ini negeri udah dari sononya hidup dalam dunia kata kata. Lo kan tahu orang jawa, walau kakinya lo injek, beliau engga akan hardik lo, apalagi mencerca lo. Dia akan tersenyum sambil bilang” Maaf, Mas. Kakinya di geser sedikit.” Lo lihat tuh engkong Harto, beliau gusur kampung untuk berdiri waduk. Yang bangkang di penjarai. Tapi engga ada orang hujat engkong Harto. Lo tahu apa alasannya ? , engkong dapat senyum sambil omong “ Mana ada pemerintah mau menyengsarakan rakyat.” Ada ustad ketangkap KPK tetap di hormati lantaran beliau selalu senyum dengan bahasa santun. Ada lagi dongeng Koh, itu SBY engga pernah hardik anak buahnya di Partai Demokrat. Bahasanya santun, tapi beberapa petinggi Demokrat beliau masukin bui lantaran korup. SBY tetap di hormati. Engga sedikit pengusaha hitam yang tumbang dan terusir dari bisnis rente, tapi engga ada yang sakit hati sama Jokowi. Karena joko widodo jaga mulutnya. Dia jaga perasaan dengan menjaga mulutnya.
Mau di apain lagi udah dari sononya bangsa kita ini memang gampang kebawa perasaan. Walau itu lo ngomong dengan niat baik , apa adanya tapi lo sampaikan dengan bahasa engga pantas, lo akan bikin orang sakit hati. Coba dech pas lo dengar kabar orang renta teman lo meninggal lo ucapkan belasungkawa menyerupai ini “ Bapak lo mati ya.” Dia niscaya murka koh. Lo di anggapnya menghina orang tuanya. Padahal faktanya memang orang tuanya mati. Pemilihan kata-kata yang sesuai untuk kepentingan interaksi sosial sangat penting untuk menentukan kelas lo sebagai orang beradab. Bagi orang melayu termasuk betawi di mana agamanya sangat ketat, sangat menghormati ibu, apalagi nenek. Walaupun lo benar dengan perilaku lo menegur orang lain tapi lo singgung “ nenek “ nya, beliau niscaya marah. Siap tarung bahkan berjihad demi neneknya. Makara dengar ya Koh, Lo engga dapat seenaknya ngomong “ Emang nenek Lo”. Apalagi koh, lo itu pejabat publik. Semua orang anggap lo orang perpect. Lo engga boleh salah. Apapun lo ngomong, orang akan perhatiin. Jaga dech verbal loh.
Dalam interaksi sosial, Lo kan sering capek ngomong tapi tetap aja orang engga paham. Bahkan bilang lo Gubernur tukang gusur. Padahal lo hanya menjalankan Perda Tata Ruang. Kegagalan memahami pesan ini di sebabkan beberapa faktor, antara lain: beda usia, beda pendidikan, beda pengetahuan, dan lain-lain. Selain itu, faktor budaya juga bekerjasama dengan bahasa. Lo harus berguru bahasa santun biar lo paham budaya untuk lo tahu gimana jadi orang beradab. Berkali kali lo bilang bahwa lo setia sama Pancasila. Lo tahu sila kedua pancasila? Itu kemanusiaan yang adil dan beradab. Adil lo tahu kan. Nah Adab itu lo mungkin kurang paham. Adab itu melunakan hati yang di manifestasikan dalam tutur kata yang santun, menjaga perasaan orang , memahami abjad dan budaya orang lain. Sehebat apapun lo bicara perihal keadilan sosial tapi lo engga dapat beradab lo tetap engga ada nilai dalam sosial budaya masyarakat. Sekali lagi jaga verbal ya kokoh sayang
Koh Ahok
Karena satu satunya kelemahan lo yaitu bacot lo maka itulah yang di pakai orang untuk jatuhin lo. Walau begitu banyak demo umat islam minta lo di penjara lantaran verbal lo, gua yakin lo tetap percaya Islam tidak mengajarkan dendam. Gua yakin lo tahu bahwa lo engga salah. Karena lo engga bego bego amat soal aliran islam yang berkaitan dengan politik khususnya soal kepemimpinan. Lo harus bersyukur waktu gelar perkara, wakil dari MUI bersaksi bahwa engga ada penistaan agama berkaitan dengan fatwa MUI. Karena memang tidak ada fatwa MUI soal keharusan menentukan pemimpin muslim dalam Pilkada. Dan Polisi hanya mengakibatkan Fatwa MUI sebagai landasan aturan untuk menilai orang menistakan Agama Islam. Tapi lo tetap jadi tersangka lantaran dalam tingkat penyidikan pelapor kemungkinan dapat yakinkan MUI untuk keluarkan fatwa soal larangan menentukan pemimpin non muslim.
Nah jikalau MUI dapat keluarkan fatwa soal itu, maka engga ada siapapun yang dapat bela lo. Lo niscaya masuk bui. Engga usah duka jikalau hingga di penjara. Karena lo engga maling uang negara atau korup. Lo hanya engga dapat jaga bacot lo. Sabar aja dan jadikan itu hikmah. Kita akan lihat hari hari mendatang apakah ada fatwa MUI soal surat Almaidah itu. Kalau engga ya lo bebas. Engga ada satupun orang dapat paksa lo masuk bui jikalau lo memang engga melanggar hukum.
Koh Ahok
Andaikan lo dapat bebas lantaran adanya SP3 atau bebas di pengadilan, dan balasannya menang dalam Pilgub, maka saran gua sebaiknya lo jangan lagi banyak ngomong. Lo kerja aja mengkesekusi kegiatan unggulan lo. Soal ngomong , biarin itu urusan Mas Jarot. Soal gimana ngadepin DPRD, serahkan aja ke Mas Jarot. Karena apapun lo ngomong niscaya salah. Walau lo udah berubah jadi lembut bicara kayak bencong, tetap aja lo salah. Karena lo liat aja gimana santunya Jokowi bicara, tapi tetap aja salah di anggap sebagian orang. Padahal Jokowi muslim, apalagi lo yang di cap kafir sama orang. Makara kurangi resiko yang pasti. Engga usah terlalu dekat dengan anggota DPRD, dan Wartawan. Lo bukan kader partai. Sedangkan Jarot itu kader partai tentu beliau punya pengalaman ngayun DPRD dan bicara depan wartawan. Paham ya koh…
Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/