Prabowo Blunder

Capres Prabowo Subianto memaparkan data yang menyebut 55 persen rakyat Indonesia mengalami functionally illiterate. Ia mengaku murung dikala tahu hampir setengah rakyat mengalami kemampuan terbatas dalam membaca. Dalam hal ini Prabowo ada benarnya. Data World Bank, 55 persen Indonesia functionally illiterate. Apa itu functionally illiterate? Itu bukan buta hurup. Bukan engga bisa baca. Tetapi daya logika dan kritisnya lemah dalam membaca. Saya mengalami sendiri. Betapa jikalau saya menulis ada sebagian mempertanyakan dan mengkritisi tokoh dan latar belakang goresan pena itu. Bahkan ada yang berfantasi itu ialah dongeng hidup eksklusif saya. Padahal terang diberi judul “ Another Story “ . Ada yang komen tanpa buka link goresan pena saya yang ada di blog. Ini pola sederhana buta baca literal. Atau nalarnya buta terhadap kontektual atas text yang ada.

Perkembangan ilmu dan teknologi ditandai dengan banyaknya informasi yang sanggup dijumpai dalam banyak sekali media, baik secara tertulis maupun secara lisan. Untuk sanggup menyerap informasi secara tertulis, diharapkan kemampuan membaca yang memadai oleh setiap orang. Tanpa kemampuan membaca yang memadai, seseorang akan sulit mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Kemampuan membaca merupakan keterampilan yang sangat vital dalam masyarakat modern dalam rangka mendapatkan informasi. Kaprikornus membaca itu bukan hanya tahu hurup tetapi punya kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek itulah kriteria mengukur orang bisa membaca berdasarkan world bank.

Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap orang, lantaran sifatnya fungsional, baik untuk melanjutkan studi maupun untuk terjun ke masyarakat. Kemampuan membaca bagi setiap orang tak ubahnya sebagai kunci pembuka gudang ilmu pengetahuan. Dengan kunci itu mereka akan menghayati dunia perkembangan ilmu, dan akan bisa mengambil manfaat dari banyak sekali ilmu itu, sehingga jalan hidupnya lapang dan sukses. Untuk kebutuhan terjun ke masyarakat, kemampuan membaca bagi seseorang tak ubahnya sebagai mikroskop yang membantu mereka mengkaji banyak sekali insiden kehidupan secara akurat, teliti dan seksama. Dengan demikian, terang bahwa membaca memiliki peranan yang penting dalam segala aspek kehidupan.

Mengapa sebagian besar rakyat Indonesia rendah kemampuan membaca? pertama, lantaran metode pendidikan hafalan. Kita dari sekolah dasar dipaksa menghapal oleh guru. Prestasi kita diukur dari kemampuan menghafal. Kedua, lantaran lingkungan keluarga dan sekolah mendidik kita tidak kritis dan dipaksa percaya pada satu sudut pandang. Sedikit berbeda , dibilang kafir, haram, murtad, munafik, dan banyak istilah lain yang menciptakan hilang daya kritis yang otomatis menciptakan kita buta hurup membaca secara terpelajar. Makanya ada benarnya data dari world bank bahwa 55% rakyat indonesia itu bego dalam membaca dan itu dibuktikan dengan kemenangan Anies atas Ahok yang 58%.

Masyarakat yang lemah dalam kemampuan membaca sangat gampang dibohongi, sangat gampang kemakan hoax, sangat gampang kena tipu Umroh murah dari First Travel dan penggandaan uang. Mengapa ? begitu banyak informasi beredar sekarang. Ada Wiki yang menyediakan perpustaan tanpa bayar. Ada google yang memudahkan mencari informasi dengan cepat. Tapi anehnya orang gagal berumah tangga dan gagal jadi jenderal dipercaya nyapres. Orang yang engga terang agamanya, direstui ulama untuk jadi pemimpin. Orang yang labil dalam bersikap dipuja sebagai orang yang tegas hanya lantaran liat ia pakai seragam baret merah. Itu semua terjadi lantaran sebagian besar rakyat indonesia buta hurup secara intelek. Lemah otak dan lemah mental untuk bisa membedakan fiksi dan fakta.

***

Mungkin anda sering mendengar profesional dan akhirnya profesional itu ialah bayaran. Definisi profesional itu ialah pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian namun dilaksanakan dengan mematuhi standard susila dan moral. Jadi, profesional itu menempel dengan susila dan moral. Itu sebabnya profesional berafiliasi dengan nilai nilai ibarat passion, jujur, kreatif, penemuan dan lain sebagainya. Saya pernah berada ditengah tengah tawuran antar gangster di sebuah caffe di China. Mereka memakai golok untuk menghabis lawannya.Tetapi tidak ada satupun pengunjung yang bukan jadi sasaran yang kena bacokan. Mengapa ? mereka itu para profesioanal. Mereka taat dengan standar bahwa mereka hanya menghabisi musuhnya , bukan orang lain yang tidak ada kaitannya dengan mereka.

Direktur BUMN China bunuh diri ketika mengetahui hasil audit menerangkan proyek pembangunan jembatan dan terowong bawah maritim antara Hong Kong- Macao- Zuhai mencemari lingkungan. Mengapa ia hingga bunuh diri ? ya lantaran perilaku profesional. Dia seorang insinyur dan juga dirut BUMN Kontruksi yang sanggup kepercayaan dari negara membangun proyek fenomenal namun gagal mengikuti standar moral. Kalaupun ia tidak punya passion sebagai profesional, ia tidak akan hingga bunuh diri. Sama halnya ,banyak kita dengar pejabat jepang yang menentukan bunuh diri ketika ia gagal atau mengundurkan diri dari jabatannya katika terbongkar skandal sex. Orang punya rasa aib lantaran ia masih menjunjung tinggi moral.

Saya pernah demam ketika dalam pesawat. saya berusaha untuk menahan deman itu dengan berusaha untuk tidur sambil menutup diri saya dengan selimut. Beberapa menit kemudian, terasa oleh saya selimut disibak dan tangan halus menyentuh kening saya. Seorang pramugari tersenyum dan menyampaikan bahwa saya deman dan ia akan memperlihatkan obat untuk saya. Tak berapa usang , ia sudah tiba dengan obat parasetanol. Dia tetap tersenyum sambil menyerahkan obat berserta segelas air putih. Selama dalam penerbangan itu, saya hitung ada empat kali ia tiba ke seat saya untuk memastikan keadaan saya baik baik saja. Memang parasetamol obat yang efektif meredam panas. Tak lupa pramugari itu menyarankan supaya saya cukup istirahat. Itulah pola profesional.

Nah lawannya dari profesional ialah amatir. Yaitu pekerjaan yang sama sama membutuhkan skill namun tidak ada standar susila dan moral yang harus ditaati. Mengapa ? pekerjaan amatir exist tanpa nilai nilai. Hanya sekedar jadi pelengkap. Seorang Gubernur yang bekerja tanpa prestasi berarti dan tidak punya aib memakai retorika berkelit dari kegagalannya. itu perilaku mental amatir. Pejabat yang ketangkep KPK tetapi masih sempat tersenyum dihadapan wartawan. Itu amatir. Pekerja yang nampak rajin jikalau diawasi itu mental amatir. Lawyer yang mau dibayar ala kadarnya namun dalam prakteknya memeras clients itu, mental amatir. Singkatnya amatir itu pekerjaan tanpa nilai dan moral. Hanya sebuah transaksional.

Di kurun kini dan kedepan orang yang bisa sukses bukan orang bertitel sarjana tetapi ialah kaum profesional ibarat seniman, dokter, lawyer, programer/software developer, arsitek, product designer, konsultan, creative director, pengrajin, fotografer, writer, driver, termasuk enterpreneur. Kehadiran mereka lantaran tuntutan zaman yang memang membutuhkan demand profesi itu. Jadi, tidak bagus Pak Prabowo merendahkan profesi tukang ojek online. Apalagi mindset dan paradigma bisnis taksi online ialah profesionalitas. Para driver itu ialah profesional. Dibayar lantaran jobnya, bukan lantaran jabatannya. Apabila mereka tidak punya standar moral engga ada orang mau jadi pelanggannya. Ingat pak ..negara besar bukan lantaran banyak PNS dan buruh tetapi lantaran banyaknya kaum profesional. Kecuali anda mau mendirikan negara khilafah atau komunis ala Korea Utara.


Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait