Pilihan Pasar


Hampir semua pemain pasar uang dan modal yang saya kenal, semua bilang “ We need Jokowi “. Apa artinya ? pasar butuh Jokowi. Tetapi perilaku pemain pasar itu bukan hanya sekarang. Ketika tahun 2014 Jokowi resmi dicalonkan sebagai Presiden oleh PDIP maka reaksi media massa international sangat positip. Bloomberg merupakan contain provider dibidang keuangan dan diakses oleh seluruh Fund Manager didunia menulis bahwa Pasar menyukai Jokowi. Bloomberg mengutip Khoon Goh, senior foreign-exchange strategist di Australia & New Zealand Banking Group Ltd. in Singapore, menyebut Jokowi sebagai 'Mr. Fix It’. Robert Prior-Wandesforde, ekonom Credit Suisse di Singapore. Dia wajah gres di politik Indonesia. Dan ia menyegarkan," Majalah Fortune mengeluarkan daftar 50 pemimpin paling hebat di dunia. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ada dalam daftar tersebut, menempati posisi nomor 37.

Penilaian pelaku pasar itu bukan alasannya Jokowi atau team mahir Jokowi melaksanakan presentasi dihadapan wartawan dari media asing. Bukan. Mereka menilai itu menurut riset yang panjang. Mereka punya database siapa saja calon pemimpin yang baik atau jelek untuk ekonomi bangsa. Mengapa penting sekali riset calon pemimpin itu ? alasannya investasi itu bukan soal sehari tetapi jangka panjang. Hampir semua investor butuh advice dari fund manager untuk mengetahui resiko suatu negara. Terutama menjelang Pemilu, para investor akan terus memantau perkembangan politik dari fund manager nya. Kalau demam isu nya calon pemimpin yang jelek akan menang , maka investor akan segera siap siap pindahkan portfolio investasi nya ke negara lain yang lebih baik masa depannya.

Cara Rizal Ramli yang ingin presentasikan aktivitas Ekomomi Prabowo -Sandi dihadapan Media asing, itu useless jikalau tujuannya mendapat simpati dari media asing. Mengapa ? alasannya media abnormal itu bukan media hoax. Berita mereka yaitu informasi berbayar dan menjadi pola dari kalangan investor kelas dunia. Artinya mereka tidak sanggup dengan gampang dipengaruhi oleh celoteh seorang Rizal Ramli yang track record nya hanya akademisi dan peneliti yang bukan pelaku pasar. Media abnormal berbasis ekonomi dan financial sudah punya persepsi tersendiri perihal pigur Prabowo dan Sandi. Data riset mereka lebih dari cukup untuk menganggap bahwa Prabowo-Sandi yaitu bad news. Makanya hingga kini tidak ada satupun media abnormal berbayar menyerupai Bloomberg dan Reuters , Fortune menunjukkan penilain positip terhadap Prabowo. Tidak menyerupai Jokowi waktu tahun 2014.

Nah, dalam sistem ekonomi terbuka menyerupai Indonesia ,penentu arah bandul politik ada pada elite pelaku pasar yang jumlahnya hanya 54.000 orang saja. 54.000 orang itu kitabnya bukan AL Alquran atau Injil, tetapi bloombergs berbayar ( bukan gratisan)  dan reuters. Apapun yang dikatakan oleh  kitabnya mereka patuh dan ikut. Dan para elite politik juga termasuk dari 54.000 orang itu. Mereka percaya apa kata kitab nya. Nah bila 54000 orang itu sudah sepakat, maka kemenangan udah ditentukan sebelum pemilu diadakan. Suka tidak suka, itu sebuah realita.  Pertanyaan terakhir mengapa pasar tidak tertarik kepada prabowo? pertama Prabowo blacklist financial market alasannya default bayar utang. Kedua, Prabowo didukung kaum intolerance. Ketiga, masih punya kasus HAM yang belum tuntas.

***
Mungkin ada aktifis khilafah atau syariah Islam terus tidak henti onani politik bahwa suatu ketika cita cita mereka akan terkabulkan untuk mendirikan negara Islam. Maaf, saya hingga pakai istilah onani politik alasannya rencana itu hanya berdiri diatas mencoba coba tanpa didukung pra kondisi yang menciptakan gerakan khilafah islam akan mendapat tempat. Apa pra kondisi? yaitu semakin besarnya tugas umat islam sebagai sumber kekuatan ekonomi Nasional. Dalam konteks Indonesia, tugas Umat islam yang besar itu belum menjadi sebagai potensi ekonomi yang sehingga pantas punya bargain position dalam politik. Kalaupun ada riak dari pressure group yang membawa bendera islam, itupun hanya panggung politik dari pihak yang tidak ada kaitannya dengan perjuanga moral islam.Itu hanya bisnis.

Suka tidak suka, pada ketika kini sumber pembiayaan pembangunan untuk ngongkosi birokrasi yang diisi oleh PNS, Polisi, Militer, Hakim, Jaksa, DPR/D, kepala daerah, Gubernur , Presiden dan pembiayaan sosial untuk pendidikan, santunan sosial dll berasal dari pajak. Tahukah anda bahwa 80% pendapatan negara berasal dari pajak. Siapa yang bayar pajak itu ? menurut data tahun 2018 dari dirjen pajak atas mereka yang memasukan SPT Pph yaitu sebanyak 10,6 juta orang atau hanya 4% dari total populasi 265 juta orang. Atau dari 100 orang Indonesia yang menunjukkan sumbangan atas pembiayaan APBN hanya 4 orang saja. Selebihnya atau 96 orang hanya jadi beban negara. Tetapi yang paling brisik justru yang jadi beban ini. Kadang engga ada terimakasihnya kepada 4 orang yang bekerja keras membiayai negara ini.

Mengapa rasio pajak di Indonesia sangat rendah dibandingkan negara lain? alasannya Undang-Undang Dasar 45 pasal 33 menempatkan negara sebagai penguasa SDA untuk kepentingan rakyat banyak. Makara tidak sanggup negara seenaknya meningkatkan wajib pajak kepada semua rakyat menyerupai aktivitas Prabowo -Sandi dengan niat menurunkan tarif pajak biar semua rakyat sanggup dipajaki. Itu harus hati hati atau gradual. Mengapa ? partisipasi rakyat terhadap pembangunan itu bukan hanya melalui pemaksaan tetapi melalui kesadaran intelektual dan spiritual bela negara. Makanya periode kedua Jokowi sebagai presiden, programnya yaitu peningkatan mutu SDM. Dengan kualitas SDM meningkat maka kesadaran membayar pajak akan tinggi. Tentu semakin tinggi kesadaran rakyat membayar pajak maka semakin tinggi keterbukaan angggaran dan upaya pemberantasan korupsi harus semakin efektif. Demokrasi semakin solid.

Itu dari sisi pajak. Gimana jikalau APBN defisit sehingga negara harus berhutang. Hutang negara 80% bukan kepada negara lain atau bukan kepada Lembaga Multilateral. Tetapi kepada 54.000 pelaku pasar. Makara walau pembayar pajak sebanyak 10,5 juta orang tetapi yang membeli surat utang negara ( SBN) hanya 54.000. Dari 54.000 ini, bandul pasar beli atau jual ditentukan oleh 10 fund manager. Makara walau begitu bencinya pengusaha rente kepada Jokowi alasannya banyak durjana bisnis di gusur. Walau begitu bencinya elite politik kepada Jokowi alasannya sumber pendapatan uang lendir semakin sulit mengisi pundi partai. Namun mereka hanya sebatas benci dan koar koar saja. Tidak sanggup bermain lebih jauh untuk jadi banper gerakan khilafah menjatuhkan Jokowi dan mengubah sistem. Mengapa ?

Kekuatan eknomi negara kita ada pada pasar yang 54.000 orang itu dan 10,5 juta orang pembayar pajak. Dan mereka sangat percaya kepada Jokowi. Nah loh..itu penyebabnya maka benar kata Ahmad Dhani bahwa Jokowi lebih berpengaruh dari Soeharto. Seharusnya aktifis politik Islam, mendekati elite rakyat pembayar pajak sebanyak 10,5 juta dan 54,000 orang pembeli SBN itu. Caranya, perbaiki susila dan jangan sebentar sebentar demo. Itu menciptakan mereka terganggu secara psikis dan muak dengan semua agresi omong kosong itu. Dan ini tentu semakin menciptakan Jokowi menjadi tempat sandaran biar negara ini tetap tumbuh tanpa tercemar kaum intolerance.



Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait