Showing posts sorted by relevance for query produksi-dan-rupiah. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query produksi-dan-rupiah. Sort by date Show all posts

Produksi Dan Rupiah


Dalam satu pertemuan dengan teman seorang analis invetasi global, ia sempat berkata yang sesuatu menciptakan saya termenung. Dia menyampaikan bahwa jangan pernah menyalahkan factor international bila terjadi krisis didalam negeri. Karena itu hanyalah excuse dari pejabat Negara yang asal bunyi. Penyebab yang sebetulnya ialah kesalahan dalam mengambil kebijakan nasional khususnya dibidang ekonomi. Dia menyampaikan hal ini alasannya melemahnya seruan komoditi andalan eksport Indonesia jawaban melemahnya seruan dari China, Eropa dan AS. Disisi lain semenjak beberapa tahun belakangan ini arus import masuk ke Indonesia terus meningkat. Bahkan produk pangan sempat menciptakan petani kehilangan daya bersaing dengan produk import. Sangat ironi bila mengingat negeri ini ialah negeri agraris. Karena berdasarkan dia, konsumsi yang tinggi dari rakyat jawaban pertumbuhan ekonomi tidak diikuti oleh kebijakan fundamental untuk lahirnya produktifitas disemua lini. Akibatnya  Indonesia tak lebih hanya pemakaian dari kemelimpahan produksi Negara lain, pada waktu bersamaan SDA kita dijual untuk mendapat devisa belanja, yang konyolnya dari tahun ketahun deficit perdagangan terus meningkat. Hal ini sangat mengkawatirkan.

Lantas kebijakan apa yang seharusnya pemerintah lakukan supaya bisa memicu produksi menyerupai China.? Tanya saya. Menurutnya, kehebatan china bukanlah melulu alasannya etos kerja yang tinggi tapi lebih dari kehebatan menciptakan kebijakan monter yang sehingga mata uang China sangat murah dan pada waktu bersamaan produk import menjadi sangat mahal dan produk eksport menjadi sangat murah. Inilah trigger yang memicu pertumbuhan dua digit selama 20 tahun lebih. Dan buktinya ketika mata uang china menguat jawaban melemahnya mata uang utama dunia, negeri itu tak nampak hebat menggenjot pertumbuhan ekonominya. Banyak pabrik yang tutup. China akan melambat namun kesempatan pertumbuhan ekonomi selama dua puluh tahun bekalangan ini sudah berhasil membangun banyak infrastruktur ekonomi untuk bertahan ditengah tornado krisis dunia ketika ini.  Saya mendapat pencerahan akan ulasan teman ini. Namun bagaimana china bisa menekan inflasi? Karena terbukti selama dua dasawarsa di china , inflasi dikelola dengan baik. Inflasi itu akan naik bila produksi turun dan konsumsi meningkat. China bisa menggenjot produksi dengan significant dan menekan import.

Jadi ada hubungan antara peningkatan produksi dengan melemahnya mata uang? Tanya saya. Contoh Indonesia, ketika mata uang terjun bebas jawaban krismon tahun 1998, yang paling dintungkan ialah produksi yang nol import. Mereka ialah para petani dan pengusaha perkebunan. Faktanya yang kini masuk dalam top perusahaan di Indonesia ialah perusahaan yang bersandarkan kepada produksi hasil pertanian itu. Semakin melemah rupiah, semakin melimpah pendapatan mereka.Inilah candu yang memaksa orang ketagihan untuk ber produksi.  Pertumbuhan ekonomi yang kini dicapai oleh Indonesia hingga tergabung dalam G20 ialah berkat produktifitas dari hasil SDA dan Perkebunan. Seharusnya pertumbuhan itu dipakai dengan cerdas untuk  memperkuat riset dan insentif , ekspansi infrastruktur  ekonomi supaya dimasa depan peningkatan produksi bukan hanya disektor produk andalan menyerupai Perkebuhan dan Migas tapi industry dan manufaktur juga. Kaprikornus tidak ada salahnya pemerintah mengakaji ulang taktik moneter khususnya kebijakan soal kurs rupiah supaya  berdampak pada peningkatan produksi dalam negeri dan pada waktu bersamaan akan menciptakan produksi Indonesia berjaya dipasar dalam negeri maupun international. Saat kini momentum itu sangat tepat. Biarkan rupiah melemah. Kata teman itu dengan yakin.

Menurutnya saya, bila rupiah melemah akan beresiko terhadap laju inflasi. Maklum sebagian besar barang konsumsi rakyat didapat dari import. Untuk terjadinya kemandirian produksi butuh waktu tidak cepat. Ya namanya business tentu membutuhkan waktu untuk proses membangun. Selama proses itu, rakyat akan menjerit alasannya pendapatan mereka tergerus oleh inflasi. Teman saya itu tersenyum. Mana ada pembangunan tidak mendulang korban. Ini soal pilihan. Dan lagi berdasarkan dia, tidak akan berdampak terlalu luas. Karena sebagian besar yang doyan konsumsi ialah middle class yang dikenal solid secara financial. Sementara rakyat kebanyakan , mereka tidak begitu banyak berkosumsi produk import, kalaupun ada, itu bukanlah kebutuhan primer atas dasar alasan harapan tak terpuaskan. Kaprikornus daripada pemerintah mengeluarkan dana resiko untuk mengelola mata uang rupiah dari kejatuhan, lebih baik dana itu dipakai untuk ekspansi infrastruktur dan biarkan saja rupiah melemah secara alamiah. Mengapa ? ya alasannya ketika rupiah melemah pada waktu bersamaan dunia international akan melaksanakan adaptasi terhadap Indonesia, khususnya tidak lagi mengakibatkan Indonesia sebagai sasaran eksport tapi sasaran investasi untuk berproduksi. Kelak bila produksi meningkat maka inflasi akan terkoreksi dengan sedirinya dan rupiah akan menguat kembali, lihatlah china kini. 

Tapi satu hal yang harus diketahui, kata saya, bahwa keliatannya sulit bagi pemerintah untuk menerapkan kebijakan longgar terhadap mata uang, walau mereka tahu itu baik untuk menggenjot produksi. Masalahnya ialah alasannya jebakan hutang pada APBN. Inilah yang menciptakan pemerintah tidak berdaya. Ketika rupiah melemah maka pos anggaran untuk membayar hutang akan meningkat. Apalagi ketika kini pos pembayaran hutang dan bunga bermata uang gila sudah diatas 25%. Teman itu menjawab dengan tangkas. Bahwa duduk perkara itu bukanlah duduk perkara besar asalkan ada kemauan politik untuk me restruktur APBN dengan tunjangan perencanaan yang terinci dan terukur. Indonesia sangat kaya dan punya segala pontesi untuk melaksanakan itu. Yang niscaya semakin tergantung Indonesia akan produk import, produksi akan melemah dan hingga mati , Indonesia tidak akan pernah mandiri. Terjajah secara sistematis oleh kapitalisme dunia yang dimotori oleh TNC. Do it now…

Sumber https://culas.blogspot.com/

Rupiah Terjun ,Jokowi Jatuh...

Walau semua mata uang regional melemah terhadap Dollar sebagai akhir rencana kenaikan suku bunga the Fed namun rupiah bukan hanya melemah tapi undervalued. Berdasarkan Real Effective Exchange Rate (REER) , nilai tukar rupiah termurah diantara sembilan mata uang utama Asia.  Bahkan di Hong Kong  dan Singapore , obligasi valas Indonesia menjadi obligasi termurah, dan tidak disentuh oleh Investor. Sementara nilai ekuitas yang diperdagangkan di bursa ( IHSG) Jakarta , menurut PER merupakan termahal ketiga di Asia. Nilai rupiah yaitu cermin dari kesalahan dalam management ekonomi dan politik. Proses undervalued rupiah ini bukan tiba mendadak lantaran adanya sentimen positip terhadap dollar tapi terjadi by process. Penyebabnya adalah: Pertama, mendasar ekonomi yang lemah lantaran hanya didukung oleh 10 komoditas eksport yang semuanya berafiliasi dengan SDA. Ini akibat kesalahan membuat kebijakan semenjak periode Pak Hartao samapi dengan kini atau ketidak-mampuan mengambil keputusan pada moment yang sempurna dengan cara yang sempurna dimasa lalu. Kedua, belanja rutin berupa subsidi BBM impor dan bunga yang bermata uang aneh dari tahun ketahun terus meningkat. Ketiga , ketika kini keadaan politik memanas di dewan perwakilan rakyat sehingga pasar kehilangan sinyal positip bahwa rupiah punya impian untuk menguat. Apalagi dengan adanya niat dewan perwakilan rakyat meng-interpelasi Presiden atas kenaikan BBM , semakin pasar tidak yakin Jokowi bisa mengeluarkan kebijakan pro pasar.

Selama10 tahun semenjak SBY berkuasa ada keadaan yang terjadi  by process menggiring Indonesia kedalam krisis dan itu dibiarkan begitu saja tanpa tindakan keras dan cepat. Apa itu? Masalah utang. Total utang terhadap penerimaan pemerintah (pajak dan pendapatan bukan pajak) selalu lebih tinggi. Misalnya, pada 2007 total penerimaan pemerintah Rp 706 triliun, namun utangnya mencapai Rp 1.389 triliun. Pada 2011 total penerimaan pemerintah Rp 1.205 triliun, tapi jumlah utang Rp 1.803 triliun. Dan ini terus berlanjut hingga dengan 2014 dimana utang Indonesia sudah mencapai lebih dari Rp.2.500 Triliun sementara penerimaan maish diatas 1000 triliun. Data ini satu fakta bahwa design pembangunan memang tidak berorietansi kepada kemandirian.  Pemerintah menikmati kenyamanan dengan sektor real yang mengolah SDA, yang tidak direpotkan dengan biaya riset, tiadk perlu pusing  menyediakan insfrastruktur ekonomi lantaran pengusaha SDA bisa menyediakan sendiri.Tidak perlu repot melaksanakan perundingan international biar pasar indonesia dibuka. Semua pejabat bisa duduk santai dikantornya dengan setiap tahun mendapat pajak dan bagi hasil dari SDA itu. Dari penerimaan pajak dan bagi hasil itu, prioritas anggaran yaitu untuk memenuhi belanja pemeritnah  dan bayar bunga serta ciilan hutang,sisanya hanya kurang lebih 10% untuk dirasakan oleh rakyat terbangunnya sarana umum. Kalau tidak cukup uang lagi untuk memacu pertumbuhan ekomomi menampung angkatan kerja , maka pemerintah akan hutang lagi. Cara culas dan malas!

Warisan yagn diterima Jokowi dari rezim sebelumnya bukan hanya kondisi makro ekonomi yang jelek akhir salah urus tapi oleh mindset elite politik dan birokrat yang masih percaya dengan keberadaan SDA sebagai satu satunya sumber penerimaan dan hutang sebagai solusi. Jokowi harus memperbaiki makro ekonomi dengan kebijakan keras dan  berspektrum jangka panjang,dan tidak lagi bersifat pragmatis yang berjangka pendek. Untuk itu dibutuhkan nalar sehat dan niat baik. Caranya harus mulai melaksanakan diversifikasi komoditas eksport melalui industrialisasi yang berbasis SDA maupun terchnoloy. Indonesia tidak bisa lagi bergantung dengan 10 komoditas utama ibarat batubara,nikel, emas, Migas, coklat, kopi,lada, CPO, karet, hasi maritim tapi harus dalam jangka panjang bergantung kepada ribuan jenis komoditas. Karenanya pemerintah harus punya ruang fiskal yang lebar biar bisa melaksanakan ekpansi yang significant terhadap pertumbuhan sektor real khususnya pembangunan infrastruktur ekonomi dan denah pembiayaan yang fleksibel dan murah bagi tumbuhnya UKM. Itu sebabnya sudah saatnya tidak ada lagi subsidi konsumsi tapi subsidi produksi. Kedepan harus by design ekonomi untuk produksi.

Itu sebanya Jokowi harus merombak total RAPBN yang dibentuk oleh Pemerintah SBY. Karena RAPBN 2015 itu tidak mencerminkan visi dan misi JOKOWI-JK.Tidak memenuhi syarat untuk Jokowi bisa memenui janjinya. Dengan adanya  APBN-Perubahan tahun depan rupiah akan menguat. Apa lantaran ? akan tersedia ruang fiskal yang lebar untuk sektor produksi dan dana ini akan memasok likuiditas perbankan sehingga bisa menekan suku bunga. Dengan demikian maka investor akan tertarik masuk kedalam PPP ( Public Private Partnership ) , apalagi diiringi dengan insentip dan fasilitas perizinan , ini akan memicu terjadinya capital in flow berupa FDI ( foreign direct investment). Dengan adanya kebijakan reformasi tata niaga migas maka sanggup menekan belanja impor BBM dan mendorong tumbuhnya industry dowstream Migas yang berorientasi ekspor. Kebijakan ketahanan pangan melaui revitalisasi sarana produksi pertanian dan perikanan akan menekan belanja impor dan meningkatkan nilai eksport. Jika Pemerintah dan dewan perwakilan rakyat se VISI, ekonomi bisa tumbuh 7%. Tahun berikutnya naik lagi jadi 9%. Pada tahun ketiga kita bisa tumbuh dua dijit. Saat itulah Indonesia akan terbang, rakyatnya hidup sejahtera dan disegani. Tidak butuh usang untuk membuat Indonesia makmur lantaran kelebihan Indonesia bukan hanya SDA tapi letak yang strategis serta adanya momentum reoritenasi kebijakan Amerika yang focus kepada Asia Pasific dimana Indonesia dan China sebagai main player.

Yang jadi dilema yaitu apakah kebijakan keras yang akan diambil oleh Jokowi yang tercermin dalam RAPBN-P 2015 bisa diterima dewan perwakilan rakyat dan disetujui ? Karena jikalau tetap mengikuti RAPBN 2015 tanpa ada perubahan maka sanggup dipastikan dalam kurang lebih 2 tahun Jokowi bisa jatuh. Apa lantaran ? rupiah akan terjun bebas. Mengapa? Karena tidak tersediannya ruang fiskal yang significant untuk memacu pertumbuhan, tidak adanya alokasi anggaran untuk stimulus ekonomi,dan semua di design as usual , yang menjurus kepada krisis dan jadinya chaos ekonomi. Saya berharap elite politik Indonesia bisa bersikap ibarat eite politik Amerika ketika Obama sikulit hitam terpilih sebagai Presiden. Mereka tidak bertanya mengapa sikulit hitam yang harus jadi Presiden? Mengapa bukan Jhon McCain Tentara pemegang the Silver Star, the Bronze Star, the Legion of Merit, a Purple Heart and the Distinguished Flying Cross? Ketika Obama terpilih sebagai Presiden,semua elite politik bergandengan tangan membantu presiden keluar dari krisis. Walau relasi antara pemerintah dan dewan perwakilan rakyat acap memanas namun semua satu bunyi bila berafiliasi dengan cara bagaimana membuat sinyal positip kepada publik bahwa ekonomi Amerika akan  bangkit dan besok ada HOPE. Semoga elite politik di dewan perwakilan rakyat sanggup cukup umur berpolitik lantaran usia republik ini tidak lagi muda tapi uzur.Kapan lagi mau cukup umur jikalau bukan sekarang.

Sumber https://culas.blogspot.com/

Rupiah Jatuh ...?

Ketika APBN-P disyahkan, ada lebih Rp.300 T dana fiskal yang akan membanjiri likuiditas perbankan. Setelah itu ( 17/2) BI menurunkan tingkat suku bunga teladan 25 basis poin ke level 7,5%. Ya,hukumnya bila bunga rendah, nilai tukar melemah. Karena investor abnormal akan pindahkan portfollionya ketempat yang lebih menguntungkan. Saya menduga ada scenario competitive devaluation yang akan diterapkan pemerintah , menghadapi rencana pengumuman suku bunga the fed pada tanggal 27 jFebruari 2015. Bahwa depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan ditahan oleh Bank Indonesia (BI dan ini sejalan dengan upaya menjaga dan memperbaiki defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Benarlah. Akhirnya rupiah tembus Rp.13.000. Yang pada waktu bersama mata uang regional juga mengalami pelemahan terhadap dollar. Keadaan ini tidak akan semakin memperburuk keadaan moneter kita.Karena cadangan devisa aman. Arus modal masih positip. Bahkan selama dua bulan Indonesia mengalami deplasi. Index saham adonan naik. Ruang fiscal besar , bahkan terbesar sepanjang sejarah APBN. Lantas apa tolong-menolong agenda pemerintah membiarkan rupiah melemah? Saat kini ini hampir sebagian besar komoditas andalan seperit CPO, Karet, Coklat, Coal mengalami penurunan harga international dan belanja impor dari tahun ketahun semakin meningkat tak terkendali.Dengan melemahnya rupiah akan mendorong gairah ekspor komoditi dan sekaligus melemahkan dorongan impor.

Ketika Deng mereformasi ekonomi china , beliau hanya berpikir sederhana bagaimana memperlihatkan candu kepada rakyat biar gila berproduksi. Caranya ? menciptakan kebijakan monter yang sehingga mata uang China sangat murah dan pada waktu bersamaan produk import menjadi sangat mahal dan produk eksport menjadi sangat murah. Inilah trigger yang memicu pertumbuhan dua digit selama 20 tahun lebih. Kehebatan China yakni meciptakan kondisi melemahnya RMB. Dengan China belanja baja dipasar dunia dengan rakus untuk proyek jalur kereta ribuan kilometer yakni salah satu cara menguras devisanya biar mata uangnya melemah. Artinya cadangan devisa, neraca perdagangan dan pedoman modal dikelola dengan smart. Kini China menjadi Negara dengan kekuatan ekonomi nomor dua di dunia.Negara yang bisa menciptakan apa saja dengan harga sangat besaing.Waktu olimpic 2008, di Beijing ada slogan yang populer " nothing is impossible ". Teman saya di China bilang bahwa kata kata itu disimpan oleh elite politik China semenjak awal reformasi Deng. Semua elite bilang ke Deng bahwa impossible China bisa berdikari alasannya semua barang modal impor dan devisa mendekati nol. Deng menyampaikan " nothing is impossible" dan Deng benar. Walau China hancur alasannya revolusi kebudayaan tapi china bisa bangun dari reruntuhan masa lalu. Deng menanamkan keyakinan kepada semua rakyat bahwa jikalau kita yakin bisa maka kita akan bisa lakukan. China dibangun dengan kerja keras dan pengorbanan dari semua lapisan masyarakat atas dasar faith.

Sebetulnya apa yang terjadi pada china juga pernah dialami oleh Indonesia ketika mata uang terjun bebas akhir krismon tahun 1998, yang paling dintungkan yakni produksi yang nol import. Mereka yakni para petani dan pengusaha perkebunan dan tambang. Faktanya yang kini masuk dalam top perusahaan di Indonesia yakni perusahaan yang bersandarkan kepada produksi hasil pertanian itu dan tambang. Semakin melemah rupiah, semakin melimpah pendapatan mereka.Inilah candu yang memaksa orang ketagihan untuk ber produksi. Tapi sayangya peluang itu tidak dikelola dengan smart oleh pemerintah sebelumnya. APBN terus meningkat namun habis untuk belanja rutin, bukan untuk peningkatan modal pemerintah.Utang terus ditambah sementara infrastruktur ekonomi tidak dibangun secara meluas. Sejak tahun 2012 indonesia mengalami defisit primer APBN ( dihitung dari pendapatan dikurangi belanja di luar pembayaran bunga utang.) sebesar Rp 45, 5 triliun, menjadi Rp 96 triliun di tahun 2013, dan pada APBN Perubahan 2014 menjadi Rp 111 triliun. Artinya APBN sudah tidak sehat atau sudah tekor. Mengapa ? pemerintah sudah tak bisa membayar cicilan bunga utang dengan pendapatan yang dimiliki, sehingga kesannya gali lubang tutup lubang, dimana untuk membayar cicilan bunga utang pemerintah sepenuhnya harus menarik utang baru. Inilah warisan yang diterima oleh Jokowi dari pemerintah sebelumnya. Warisan negara lemah secara mendasar namun tidak pernah digembar gemborkan ke publik. Dengan perubahan APBN 2015 maka segala kemungkinan terburuk akhir deficit primer sudah diantisipasi dengan kebijakan keras, yang diantaranya yakni competitive devaluation.

Bila rupiah terus melemah terkendali maka dunia internasional akan melaksanakan pembiasaan terhadap Indonesia, khususnya tidak lagi menyebabkan Indonesia sebagai sasaran Eksport tapi sasaran investasi untuk berproduksi ibarat dulu china. Ini aturan ekonomi. Cara ibarat ini akan dikelola oleh pemerintah biar pada kesannya mendorong pertumbuhan produksi dan menciptakan produk Indonesia bisa bersaing dengan produk impor dan mungkin hanya problem waktu bisnis impor sudah tidak lagi feasible. Melemahnya rupiah yakni momentum untuk berproduksi dan menguatnya dollar momentum untuk memasuki pasar amerika yang rakus. Dan kini saatnya ketika china kini sudah menurun ekonomi alasannya mata uangnya semakin menguat, upah buruh sudah mahal (mendekati USD 3 perjam). Perluasan belanja pemerintah berkurang. ini kesempatan terjadinya relokasi industry dari China ke Indonesia. Karena kondisi Indonesia kini sama ibarat ketika china awal melaksanakan reformasi ekonomi tahun 80a.Kalau kita tidak manfaatkan maka hanya problem waktu pengusaha ASEAN dan China akan tiba ke Indonesia untuk berproduksi memanfaatkan kondisi rupiah yang melemah..dan kita kembali hanya jadi jongos dan menonton orang sibuk mendulang keuntungan dan kemakmuran..

Sumber https://culas.blogspot.com/

Rupiah Dan Inflasi

Tanggal 13 juni BI menaikan suku bunga teladan ( BI rate ) dari 5,75% menjadi 6%. Kemudian tanggal  11 juli kembali BI Rate naik 50 basis poin (bps) menjadi 6,5 persen. Suku bunga Fasilitas Simpanan BI juga naik 50 bps menjadi 4,75 persen, sementara suku bunga Lending Facility tetap 6,75 persen. Dipenghujung agustus ini kembali BI Rate naik sebesar 50 bps menjadi 7,00 persen, suku bunga Lending Facility (LF) sebesar 25 bps menjadi 7,00 persen, dan suku bunga Deposit Facility (DF) sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen. Artinya dalam tiga bulan terjadi tiga kali kenaikan BI rate. Apa penyebabnya ? tentu sebagai reaksi pemerintah mengerem laju inflasi dan melorotnya rupiah.  Suku bunga yaitu instrument kebijakan menyerupai obat antibiotic, yang bisa pribadi dirasakan dampaknya bagi sisakit namun tidak menyembuhkan penyebab penyakit itu sendiri. Hanya problem waktu, penyebab penyakit itu akan tiba lagi. Begitupula dengan kenaikan suku bunga bukanlah instrument memperbaiki kurs mata uang dan inflasi. Kenaikan suku bunga hanya peredam gejolak saja. Yang niscaya bahwa kebijakan menaikkan suku bunga teladan yaitu tidak pro sektor riel. Ini semakin membuktikan keadaan sesungguhnya bahwa pemerintah tidak punya rasa percaya diri atas design pembangunan yang ada selama ini.  Pemerintah panic dan keliatan dibawah tekanan konspirasi para pemain uang dibursa.

Semua tahun bahwa kenaikan suku bunga akan berdampak kepada naiknya bunga deposito dan bunga simpanan masyarakat. Ini tentu sangat menguntungkan orang kaya yang menumpuk uang korupnya di perbankan. Disisi lain mendorong naiknya suku bunga pertolongan yang diberikan perbankan. Ini akan membebani sektor produksi dan dalam jangka panjang bisa menjadikan NPL, apalagi situasi pasar global yang menyusut dan jatuhnya harga komoditas utama Indonesia.  Masyarakat juga akan menanggung beban kenaikan bunga kredit pada pertolongan menyerupai perumahan dan kendaraan. Kredit konsumen kemungkinan besar terpengaruh. Menurunnya kredit konsumen akan menekan pula konsumsi masyarakat. Gejala perlambatan konsumsi domestik beberapa bulan terakhir dikhawatirkan akan terus berlangsung dan semakin menciptakan pertumbuhan ekonomi yang bersandar kepada konsumsi akan jatuh. Perlambatan pertumbuhan PDB yang terjadi pada paruh pertama 2013 bisa berlanjut pada tahun 2014. Efeknya ke penciptaan lapangan kerja. Situasi ini kian memberatkan masyarakat yang sekarang dihadapkan pada lonjakan harga. Bunga utang yang harus dibayar pemerintah juga meningkat dan semakin lemahnya daya dukung APBN untuk expansi social.

Dalam praktek selalu misal ; kalau suku bunga 7 % maka inflasi akan menjadi 14% dan bunga pertolongan bank akan sebesar 17 % ( selisihnya untuk margin bank). Sehatkah ini? Hasil penelitian Robert Shiler tahun 1997  bahwa 77 persen dari masyarakat yang di survey menyatakan bahwa inflasi mengganggu daya beli mereka dan menciptakan mereka lebih miskin. Jika inflasi menciptakan orang lebih miskin dan kita ketahui bahwa inflasi memiliki korelasi yang positif terhadap bunga, maka ini berarti bahwa “suku bunga menciptakan orang lebih miskin”. Dengan kata lain suku bunga merusak daya beli dan memiskinkan orang yang meminjam uang maupun yang tidak meminjam uang serta menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain “Inflasi = bunga” yaitu sama-sama menurunkan daya beli masyarakaat dan menjadikan masyarakat lebih miskin. Berdasarkan analisis Michael Lipton tahun 1992 menyimpulkan bahwa, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah insentif untuk menerapkan teknik pertanian yang memperhatikan konservasi lingkungan. Dari fakta ini, sanggup disimpulkan bahwa makin tinggi suku bunga maka makin besar kemungkinan rusaknya lingkungan dan akan semakin besar sumber daya yang dikuras, hasilnya akan semakin cepat bumi ini rusak.

Menurut aku sudah saatnya pemerintah tidak lagi menerapkan inflation targeting dalam kebijakan moneter dimana Inflasi dijaga terus rendah dengan menahan peredaran uang di masyarakat. Dan cara yang digunakan selalu sama, yakni menaikkan suku bunga. Biarkan saja rupiah  bergerak sesuai kehendak pasar. Sudah saatnya pemerintah untuk berani membuka borok yang selama ini disimpan rapat demi citra. Biarkan rakyat tahu bahwa inflasi kita dua digit. Berapapun inflasi tidak ada problem selagi rakyat bisa belanja dan barang tersedia. Berapapun nilai rupiah tidak ada problem selagi acara produksi terus berkembang. Karenanya sudah saatnya pemerintah focus kepada memperkuat neraca pembayaran dan neraca perdagangan. Ini bekerjasama dengan kebijakan sektor rill yang bertumpu kepada kemandirian dibidang ekonomi. Jika pemerintah dan BI tetap menentukan mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi demi orang kaya , pemulihan dari keterpurukan sektor riil nanti membutuhkan waktu lama. Kalau acara perjuangan terganggu, maka ujung – ujungnya akan memicu terjadinya gelombang PHK, dan revolusi tidak bisa dihindari. Chaos terjadi, maka terjadilah…

Sumber https://culas.blogspot.com/

Uang Dan Nilai...



Kemarin saya ketemu dengan kekerabatan saya dari Moscow dan Cyprus. Acara makan malam membahas soal rencana pembangun proyek infrastruktur. Keliatannya pengusaha Rusia berusaha ingin mempercepat proses perizinan proyek yang sudah komit semoga dua bulan lagi kedatangan Putin ke Indonesia sanggup diadakan financial closing. Saya sebetulnya tidak terlibat dalam proyek tersebut, Tetapi sebab sobat usang dan ia ingin bertemu, maka saya hanya sekedar menemaninya makan malam. Yang menarik dari ngobrol santai selama makan malam yaitu soal utang negara. Bahwa Rusia di periode Putin lebih mengandalkan utang melalui pasar uang daripada pemberian kepada forum multilateral menyerupai World bank atau G2G. Dengan sistem ini memang Rusia terjebak dengan ekonomi pasar yang dulu sangat ditakuti. Tetapi Putin bisa mengubah mindset politik utang menjadi mindset bisnis.

Utang bagaimanapun diharapkan untuk mempercepat proses pembangunan. Tetapi utang dihentikan mengurangi kemerdekaan suatu bangsa, apalagi hingga mengurangi hegemoni negara terhadap politik. Meminjam kepada forum Multilateral atau G2G memang bagus. Namun suka tidak suka forum Multimateral dan G2G menjalankan kebijakan politik global yang bernafaskan neoliberal dan dikendalikan oleh pemegang saham utama. Akan sulit bagi negara yang berutang besar kepada forum multilateral dan G2G untuk melaksanakan intervensi yang pro rakyat. Di periode Putin, utang Rusia didominasi utang kepada pasar uang. Dengan demikian Rusia tidak ada urusan politik soal utang itu. Hukum pasar yang bekerja. Investor yang berminat sudah paham dengan istilah free entry free fall.

Dengan meminjam melalui pasar maka tugas demokratisasi ekonomi terjadi efektif. Negara diawasi oleh publik bukan hanya soal politik tetapi mereka sebagai lender terhadap negara. BIla pemerintah tidak transfarance maka pemerintah akan di aturan pasar. Surat utangnya akan jatuh dipasar dan terjadi agresi lepas yang pada gilirannya bisa mengakibatkan krisis utang di market. Tetapi bila pemerintah bisa mengelola utang dengan baik dan transparan maka pasar akan menjadi financial resource yang gampang dan murah. Likuiditas utang sanggup dikelola dengan baik.

Jadi kekawatiran oleh sebagian orang bahwa negara dikuasai pasar itu buruk, sebetulnya itu kekawatiran para politisi yang masih menginginkan negara di urus secara tertutup. Dan jikalau bisa duduk masalah utang dibicarakan antar pemimpin dengan boss forum multilatateral atau negara pemberi utang. Yang akan terjadi yaitu pemimpin begitu gampang melaksanakan konspirasi secara bisik bisik. Semakin besar tugas pemerintah memilih financial resource semakin besar pemerintah berlaku korup dan tiran. Bukan belakang layar umum bila sebagian besar utang dari forum multilateral dan G2G hanya melahirkan diktator yang berujung ke bangkrutan moral politik.

Bagaimana dengan Indonesia ? tanyanya. Indonesia tidak ubahnya dengan Rusia. Kata saya. Era Jokowi keterbukaan ekonomi sangat dijaga sebagai prasyarat reformasi ekonomi menuju sistem yang kredibel dan bermartabat. Awal Jokowi berkuasa utang ke pasar mencapai 60% dari total utang pemerintah. Sekarang ( data tamat Februari 2018) utang pemerintah masih didominasi oleh penerbitan SBN yang mencapai Rp 3.257,26 triliun atau 80,73 persen dari total utang pemerintah. Penerbitan SBN sekitar Rp 2.359,47 triliun atau 62,62 persen diterbitkan dalam denominasi rupiah serta dalam denominasi valas sebesar Rp 897,78 triliun atau 18,11 persen. Mungkin jikalau periode kedua Jokowi berkuasa, 100% utang semua kepada publik. Ini terjadi lewat restruktur utang secara hati hati semoga likuiditas terjaga baik.

Bagaimana jikalau hingga pasar gonjang ganjing? pasar hanya melepas surat utang bila ada indikasi pemerintah tidak terbuka dan politik kekuasaan lebih dominan. Itu yang terjadi pada Turki, Venezuela dan negara Artikel Babo yang mengalami krisis utang. Selagi pemerintah menjalankan pengelolaan keuangan negara yang terbuka dan APBN yang efisien serta sempurna target maka uang akan selalu mengalir masuk kepasar domestik. Ada yang tiba tentu ada yang pergi. Cash flow ini akan menjadi blood flow negara untuk menjalankan kegiatan investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Era kini apapun itu entah negara atau swasta sama saja. Yang utama yaitu cash flow. Selagi cash flow sehat, berapapun utang tidak ada masalah. Kuncinya yaitu ada pada pemimpin yang jujur dan amanah. Trust! Dan Jokowi punya itu! kata sobat saya.

***
Tahukah anda bahwa total utang Amerika hingga dengan 1 juni 2018 mencapai USD 27,2 triliun. Dari sejumlah ini USD 21 triliun utang kepada rakyatnya sendiri. Sisanya sebesar 6,2 Triliun utang ke luar negeri. Dari utang luar negeri itu 1,18 Triliun utang ke China, atau 16% dari total utang luar negeri AS kepada China. Masalahnya utang kepada Rakyat sendiri itu tak lebih hanyalah recycle atau daur ulang atau utang dibayar utang. Sementara yang real sebagai fuel ekonomi AS yaitu berasal dari utang luar negeri dan ini mayoritas berasal dari China. Pada dikala kini rasio utang AS berbanding PDB sudah mencapai 106%. Artinya sama dengan anda punya penghasilan 100% tetapi menanggung hutang 106%. Secara akuntasi AS memang hidup dari utang. Kok AS engga stress? malah ekonominya tumbuh hebat.

Sekarang kita lihat skenario jangkan panjang terhadap ekonomi AS dan China. Ini kita bahas sebab menyangkut adanya perang dagang yang sebetulnya ditujukan kepada China. Apa yang akan dilakukan China atas perilaku Trumps yang tidak ramah terhadap China. ?

Pertama, jikalau China melepas atau rush surat utang yang ia pegang, AS mustahil bisa bayar. Kalau AS menarik hutang gres untuk bayar utang ke China maka Surat utang AS akan banjir di pasar. Value surat utang akan jatuh dipasar dan yield akan semakin tinggi. Kaprikornus jikalau hingga china menjual surat utang AS ke pasar maka mata uang AS akan jatuh. Biaya uang akan semakin mahal. Sehingga akan menyulitkan perusahaan AS untuk mendapat dana murah dari pasar. Apa yang terjadi pada China? Mata uang RMB akan semakin menguat sehingga menyulitkan pabrik china menjual barang ke AS. Daya saing akan jatuh. Yang terjadi justru yaitu bahaya PHK pabrik di China. Ini bahaya serius bagi China yang secara politik merupakan negara para buruh.

Kedua, China tidak akan melepas surat utang AS yang ia pegang. Tidak akan me rush obligasi AS. Namun China akan membeli Dollar di pasar dengan memakai mata uang RMB. Ya China tinggal cetak RMB kemudian ia belikan USD. Apa yang terjadi ? secara tidak pribadi China mendevaluasi mata uangnya sehingga RMB melemah dan mata uang AS menguat. Pada waktu bersamaan kelebihan dollar ditangan China ia gunakan untuk membeli surat utang AS. Dengan demikian secara tidak pribadi AS berhutang kepada china dari uang RMB yang dicetak oleh China. Akibatnya mata uang China tidak begitu menguat terhadap Dollar AS. Sehingga pabrik di China tetap bisa berproduksi untuk menjualnya ke AS dengan harga bersaing.

Nah perhatikan alasan pertama dan kedua. Sejak dua tahun kemudian China memakai skenario pertama untuk menggertak AS dalam setiap negosiasi dagang. Namun secara membisu diam membisu China membeli dollar AS dari RMB yang ia cetak sendiri. Keadaan ini dibaca oleh Trumps dengan cerdas. Maklum, Trumps itu pedagang. Dia paham sekali cara main China dan sangat paham keadaan socio culture ekonomi AS yang sudah terlanjur terjebak dengan hutang. Kira kira jikalau Trump ketemu dengan Xijinping, kedua tertawa sambil becanda “ Lue bantuin gua cetak uang lewat berhutang ama elo semoga barang elo bisa gua beli dengan cara juga ngutang.”

Jadi kesimpulannya, China culas dalam hal mata uang tetapi AS lebih culas dalam hal berutang. Nah bila dua pihak culas kumpul, apakah anda masih percaya akan saling melukai? Mereka akan saling melindungi lewat sistem semoga sama sama happy. Lantas siapa yang korban? Ya orang yang masih berpikir soal uang dan kurs. Kalau orang terus berprodusi dan pegang asset daripada pegang uang ya itu ia smart. Tapi jikalau masih pakai ekonomi jadul lebih baik pegang uang daripada invest, ya itu bego namanya. Lah uang itu di create untuk produksi dan konsumsi bukan untuk disimpan. Kalau disimpan uang akan ilusi dan gilanya lagi ilusi itu sebab adanya sistem yang ngatur.

***
“ Kami punya konsep membangun komunitas yang saling terkait. Komunitas terhubung sebab emosional personal. Bisa antar sobat atau kelompok bisa juga antar dirinya sendiri.” katanya berbicara dengan nada datar dihadapan angel investor yang belum nampak reaksi antusiasnya atas prologh presentasi bisnis yang diadakan di ruang meeting yang megah itu. Dia termenung sebentar. Melirik kearah sang angel. Kemudian ia melirik kearah layar presentasi. “ Nah anda bisa perhatikan data ini” lanjutnya “ Saat kini sudah tersambung 5 juta pemakai aplikasi jaringan sosial media kami. Walah motif mereka berbeda beda bergabung dalam jaringan kami namun tujuannya sama. Yaitu kepuasan secara personal. “ ia kembali terdiam.

Suasana hening. 

“ Seluruh umat insan mengenal Tuhan dan percaya kepada Tuhan. “lanjutnya lagi, Sang angel tersenyum. Dia pikir anak muda ini sudah kehilangan impian untuk menaklukannya. “ Kalaulah ada data statistik wacana seberapa banyak orang berbicara dengan Tuhan, tentu itu akan menempatkan rangkir nomor satu paling banyak dalam berkomunikasi. Tetapi itu tidak pernah terungkapkan. Karena korelasi dengan Tuhan yaitu hal yang sangat personal. Kami menyediakan aplikasi jaringan sosial ini tak lain mengangkat korelasi personal antara insan dengan dirinya sendiri dan orang lain, yang tentu bekerjasama dengan Tuhan. 

Lewat jaringan sosial kami, pikiran mereka akan terungkapkan secara vulgar dan dalam hitungan detik akan tersebar keseluruh anggota Artikel Babo. Apakah itu pesan cinta, benci, keluhan dan harapan. Tak penting. Akan selalu ada yang akan menanggapi dan menunjukkan komen. Dari sini terjadilah interaksi emosional. Mereka akan terperangkap dalam bulat yang saling membutuhkan secara virtual tanpa sekat entis, agama, atau strata sosial. Semakin banyak interkasi semakin banyak rasa ingin tahu dan semakin terikat mereka satu sama lain. “ Katanya. 

Sang angel nampaknya mulai larut dalam presentasi yang disampaikannya. “ Keliatanya menarik. Cara sederhana mengalihkan pikiran orang kedinding ratapan untuk orang mengungkapkan apa saja sehingga menjadi daya tarik emosional diantara mereka. Cara smart menciptakan mereka cuilan dari komunitas yang tak terpisahkan oleh ruang dan waktu.  Saya bisa memahami” 

“ Anda bisa simpulkan, Apa yang sanggup kita manfaatkan bila sepertiga saja insan di planet bumi ini dalam bulat jaringan apliasi sosial media kami. “
“ Paham saya. Itu nilai yang tak bisa diukur dengan uang. Dan saya akan keluarkan uang untuk konsep masa depan ini. “

Investasi yang dikeluarkan untuk membangun jaringan sosial ini sebesar USD 1 miliar dalam bentuk Loan to equity SWAP. Sebagian besar investasi lebih banyak kepada tekhnologi lunak dan sebagian lagi untuk perangkat keras berupa server untuk menyimpan data dan menggenerate komunikasi antar member lewat jaringan fiber optic dan satelite. Delapan tahun kemudian , bisnis ini masuk ke bursa dengan value 25 kali lipat dari modal yang ditanam. Dan akan terus berkembang seiring bertambahnya anggota komunitas. Hutang sebesar USD 1 miliar tidak dibayar dari keuntungan tetapi dari value market.

Anda bisa bayangkan, uang yang dikeluarkan USD 1 miliar dalam 8 tahun menjadi 25 kali lipat dihargai oleh pasar. Apakah pasar dirugikan dari value yang begitu tinggi? tidak. Karena pasar bekerja bukan hanya menurut nilai masa kini tetapi juga nilai masa depan atas dasar variable yang ada dimasa kini. 25 kalilipat itulah yang disebut dengan value dari sebuah visi masa depan. Bisnis Saudi Aramco yang punya bermacam-macam asset keras berupa kilang minyak dan sumur tetapi gagal mendapat value dimarket. Sementara bisnis vitual jaringan sosial media menyerupai facebook, alibaba, yang tidak ada pabrik dan sumber daya alam terlibat , ternyata lebih gampang diakui pasar sebesar 25 kali lipat. Itulah fakta di periode sekarang.

***
Komunitas di Amerika Serikat yang berada dalam jaringan berhutang, ternyata menjadi magnit dunia untuk investasi surat utang negara dan menjadi darah segar membangun peradaban lewat konsumsi. Juga di Jepang dan China, yang membangun komunitas produksi untuk memasuki pasar global ternyata menjadi magnit mengalirnya dana investasi lewat surat utang korporat.  Rasio utang nasional AS berbanding dengan PDB kini mencapai diatas 100% atau tepatnya 106%. Sementara Jepang mencapai 200% dari PDB. China walau data formal rasio utang sebesar 30% namun sesungguhnya utang mencapai rasio 80%  dari PDB. 

Sebagaimana bisnis virtual, yang terus menarik dana dari pasar untuk ekpansi dengan jaminan asset vitual, tidak pernah dipertanyakan berapa asset realnya. Investor menanamkan uangnya sebab value, bukan asset dibalik saham itu yang nilainya tak lebih 2% dari markap. Negara modern juga membangun dengan visi virtual untuk menarik dana dari pasar. Dan membayarnya dari value negara dengan tingginya konsumsi dan investasi disektor produksi. Karena itu barang dan jasa berputar kerumah tangga dan uang mengalir kembali kepasar untuk memastikan sistem bekerja dari pasar untuk pasar. 

Jadi apa bergotong-royong yang harus anda ketahui dari sistem dunia sekarang?  Orang tidak lagi melihat seberapa besar harta ditangan anda. Tidak melihat seberapa besar utang anda. Orang melihat sejauh mana likuiditas itu terjamin. Selagi likuiditas terus terjamin maka  produksi dan utang akan terus berdampingan untuk saling ketergantungan. Karena itulah mesin produksi bekerja efektif untuk memastikan uang terus diperlukan.  Cobalah, bayangkan andaikan tidak ada barang dan jasa, apakah ada arti uang ditangan anda? tentu tidak. 

AS tidak pernah membayar utang dari kelebihan penerimaan. Eropa, Jepang dan juga China tidak. Boeing dan Microsoft juga tidak membayar utang dari laba. Mereka membayar utang dari value yang nilainya berlipat dari utang yang ada. Dan itu berkat likuiditas yang terjaga. Kaprikornus apa yang bisa anda simpulkan dari ini semua?  Pada hasilnya bukan apa yang anda miliki tetapi apa yang bisa anda beri. Bukan apa yang anda pelajari tetapi apa yang anda ajarkan ke orang lain. Bukan apa pengetahuan yang ada ketahui tetapi apa bisa anda sharing ke orang lain. Di masa depan tidak ada yang niscaya kecuali kematian. Dan tidak ada orang mati membawa saham dan harta, apalagi uang. Yang dibawanya yaitu kebaikan yang ia semai semasa hidup. Kata kunci menjamin likuiditas adala trust dan reputasi. Itulah akhlak. 

Sumber https://culas.blogspot.com/

Solusi...

Suatu ketika saya pernah diminta advice secara langsung oleh sobat ihwal keadaan perusahaannya yang bergerak dibidang mining. Dengan data yang ada , saya sampaikan kepada beliau bahwa selama ini beliau tidak menjalankan perusahaan secara sehat. Perusahaan tumbuh sebab ilusi. Asset meningkat bukan sebab keuntungan atau surplus tapi sebab hutang. Dari setiap 100 perjualan , 40 habis  untuk membayar hutang. Padahal keuntungan yang didapat tidak bisa lebih dari 10%. Makara perusahaan sudah rugi ketika beliau menjual. Sementara itu biaya tetap untuk honor karyawan dan operasioanal mencapai 90% dari total biaya yang setiap tahunnya meningkat. Peningkatan biaya ini tidak didanai dari laba  tapi diambil dari modal. Lambat laun modal tunai sudah habis terpakai maka asset yang didapat dari hutang tidak lagi dipakai untuk produksi meningkatkan value perusahaan tapi disewakan kepada pihak luar untuk mendapat fee. Lambat laun tidak ada lagi sumber daya yang didapat dari hutang diolah sendiri tapi disewakan kepada orang lain untuk mendapat fee, ada juga yang dijual sebagian. Tentu bagaimanapun fee ini tidak akan membuat perusahaan surplus tapi defisit. Mengapa? sebab penerimaannya hanya menurut fee. Perusahaan kehilangan nilai strategisnya sebagai pencipta nilai tambah. Perusahaan tak ubahnya penampungan sosial bagi mereka yang malas.

Lantas bagaimana solusinya ? tanyanya. Dengan tersenyum saya katakan bahwa solusi itu ada pada dirinya sendiri. Apakah beliau mau melihat kenyataan  dan bersikap untuk masa depan yang lebih baik.  Apa yang dimaksud dengan kenyataan? Tanyanya lagi. Bahwa kenyataan itu ialah perusahaan tidak akan bisa melaksanakan fungsi sosialnya jikalau beliau tidak tumbuh sebab surplus atau laba.  Tidak ada pertumbuhan sebab utang tapi juga tidak bisa dihindari untuk tumbuh butuh hutang. Hutang harus bisa membuat keuntungan biar bisa membayar hutang dan bukan membuat hutang gres lagi untuk membayar hutang. Teman itu sanggup memahami advice saya. Makara yang harus dilakukan ialah memotong anggaran biaya honor dan operasional. Tidak ada lagi derma sosial.Tidak ada lagi cuti liburan bagi manager, staf dan direksi. Diharapkan sedikitnya 20% anggaran operasional bisa dihemat. Penghematan ini dipakai untuk memperbaiki sarana produksi biar efisien dan investasi mesin untuk meningkatkan volume produksi. Disamping itu sebab difisit begitu besarnya maka beliau harus menggandeng investor dari luar untuk melaksanakan kerjasama perluasan pengolahan mining nya. Ini lebih sempurna daripada beliau berhutang untuk menutupi difisit.

Jadi ada tiga hal yang harus dilakukan oleh sobat itu ,yaitu pertama restruktur biaya. Kedua, realokasi anggaran dari biaya sosial ke sektor produksi. Ketiga, memperluas produksi agar semakin besar potensi penerimaan. Apabila beliau tidak melaksanakan hal yang pertama maka beliau tidak akan bisa melaksanakan hal yang kedua. Dampaknya penjualannya akan terus tersedot sebesar 40% untuk bayar hutang. Apabila beliau tidak bisa melaksanakan yang kedua maka mustahil beliau bisa menarik kawan investor sebab tidak ada orang yang mau bermitra jikalau insfrastruktur miningnya jelek dan tidak efisien. Walau ajuan ini saya sampaikan dengan tidak resmi namun beliau mendengar dengan baik. Saya cepat mengambil kesimpulan sebab saya mengenal sobat ini cukup usang dan tentu saya paham bisnis dia. Memang berat baginya membuat keputusan yang pertama sebab ini perusahaan keluarga dan hampir semua anggota keluarga bekerja di perusahaan. Mereka sudah terbiasa manja dan hidup serba gampang sebab semua akomodasi tersedia walau itu semua didapat dari hutang. Namun hasilnya beliau beranikan membuat keputusan. Benarlah beliau dimusuhi oleh anggota keluarganya dan karyawan demo. Namun itu semua tidak merubah keputusannya. Hanya butuh waktu lima tahun sesudah keputusan pahit dibuat, perusahaan berhasil bangun dan surplus.

Ilustrasi diatas tak ubahnya dengan keadaan negara kita sekarang. Harap dimaklumi keadaan APBN sudah lampu merah sebab melambatnya pertumbuhan ekonomi global yang berdampak kepada turunnya undangan komoditas andalan Indonesia serta harga export yang terus melemah. Tentu hal ini berdampak jelek terhadap makro ekonomi dengan terjadinya adonan difisit : perdagangan, investasi, APBN. Akibatnya nilai tukar rupiah terhadap valas sepanjang tahun 2014 melemah. Pelemahan rupiah itu membuat beban subsidi naik , beban bayar bunga dan cicilan hutang juga naik fantastik. Bahwa setiap USD 100 penerimaan devisa eksport , USD 40 habis untuk bayar hutang. 85% total anggaran habis untuk biaya rutin termasuk honor PNS,TNI dan Polri.  Hanya menyisakan sebesar 15% untuk perluasan perluasan investasi. Jumlah 15% ini tidak cukup untuk menghasilkan pertumbuhan. Apalagi beban hutang yang begitu besar dan difisit yang besar. Apa yang harus dilakukan Jokowi ialah tindakan rasional. Bahwa beliau harus lakukan restruktur biaya. Ia harus kurangi anggaran pegawai dan anggaran subsidi. Alihkan kesektor produksi. Ini dulu yang harus dilakukan. Jangan terjebak dengan retorika politik. Jangan percaya kata pengamat bahwa banyak hal yang bisa dilakukan selain mengurangi subsidi. Itu hanyalah retorika yang sifatnya “akan” yang butuh waktu untuk dilakukan sementara kenyataannya setiap hari negara harus bayar bunga hutang Rp.300 miliar. Ini tidak termasuk cucilan. Ini tidak bisa ditunda. Bila tidak ada restruktur biaya maka terpaksa harus berhutang lagi untuk menutupi hutang.

Apabila anggaran rutin bisa dipangkas hingga 20% maka ada tersedia ruang fiskal 30% dari APBN atau sekitar Rp.600 Triliun. Ini yang disebut dengan restruktur anggaran.Anggaran tidak berkurang hanya alokasinya dirubah. Tahap kedua, penghematan  dana sebesar 30% di investasikan untuk perluasan infastruktur ekonomi ,meningkatkan modal BUMN biar semakin besar berproduksi dan semakin besar memperlihatkan deviden kepada negara. Tahap ketiga ,dengan tersedianya infrastruktur ekonomi yang luas maka akan mendorong arus investasi lokal maupun absurd disektor produksi. Pada tahap ketiga inilah penerimaan negara berupa pajak ,PNBP, Hibah akan meningkat sehingga bisa surplus untuk membayar hutang serta memperluas kemampuan nagara melaksanakan tanggung jawab sosialnya khususnya untuk membantu mereka yang duafa dan perbaikan lingkungan. Jadi, sudah saatnya kita harus punya tekad bahwa kita hanya akan menikmati tangung jawab sosial negara secara luas apabila negara surplus. Itu kiprah kita untuk membuatnya surplus.Kalau kita tidak ingin absurd menguasai peluang investasi di Indonesia maka kita harus bimbing anak kita biar mau menjadi pengusaha. Para pengusaha harus hemat dan giat untuk menyebarkan perjuangan biar berkelas dunia sehingga bisa bersaing dengan asing.

Selagi budaya wiraswasta tidak tumbuh berkembang, selagi pengusaha lebih suka menjadi broker  maka jangan salahkan jikalau absurd hasilnya menguasai sektor produksi di indonesia.  Negara tidak bisa menanti anda yang malas, dan lebih suka jadi jongos, sebab setiap hari biaya yang ditanggung negara sangat besar dan setiap hari ada 10,000 bayi lahir yang harus dipersiapkan sarana dan prasrananya sementara yang belum terjangkau masih banyak. KIta sangat kaya akan SDA namun kekayaan itu berada dibawah ribuan mill tanah, diatas bukit , disamudera dan ditengah hutan belantara. Semua itu harus diolah dengan kerja keras, modal , tekhnologi serta berani mengambil resiko. Tidak ada distribusi SDA gratis, apalagi harga diskon. Kita harus berbuat, mengolah SDA itu. Bila rakyat tidak berbuat maka orang lain yang melakukan, dan negara mendapat pajak untuk membayar kebutuhan pemerintah mengelola penduduk yang ratusan juta ini...

Sumber https://culas.blogspot.com/

Premanisme


Apa itu preman? kata preman sebenarnya berasal dari bahasa Belanda "vrijman" yang artinya orang bebas, merdeka. Vrijman oleh belanda sering dipakai untuk merujuk kepada warga pribumi yang mendapat penghasilan lewat pelanggaran aturan atau tidak mau ikut aturan aturan pemerintah belanda dikala itu. Makara ya seperti Si Pitung dulu dicap sebagai preman oleh Belanda. Namun sekarang di kurun globalisasi , di kurun pasar bebas maka preman berarti juga freeman (orang bebas). Orang bebas dari segala campur tangan pemerintah untuk memperkaya diri dengan cara apapun. Caranya bebas tentu dengan membeli pejabat atau otoritas. Freeman cakupannya tidak hanya lokal tapi sudah interntional. Disebut kejahatan freeman ini yaitu kejahatan transnational yang mencakup perdagangan obat bius, perdagangan obat palsu, perdagangan manusia, perdagangan satwa langka, exploitasi tambang liar dan pemalakan hutan (perdagangan kayu gelap). Namun yang paling besar uang berputar yaitu kejahatan Illegal mining ( penambangan liar) , illegal logging, Narkotika, Barang Falsu. Keempat kejahatan ini menghasilkan kejahatan gres dibidang percucian uang.

Hari selasa kemudian ,di TVone pada agenda Indonesia Lawyer Club ( ILC) , seorang Bupati dari kabupaten Solok ( sumatera Barat ) diberi kesempatan hadir dan memberikan pengalamannya berhadapan dengan Preman di wilayahnya. Sang bupati bicara dengan lambat namun wajahnya nampak putus asa. Bahwa ia tidak berdaya menghadapi penambangan illegal yang dilakukan oleh preman. Hebatnya penambangan ini tidak dilakukan secara membisu diam dan skala kecil tapi dilakukan dengan terang terangan dalam skala besar. Ada lebih 500 alat keruk dan truk yang bekerja siang malam untuk mendapat emas di wilayahnya. Dia tidak tahu kepada siapa lagi ia harus mengadu. Karena illegal tentu tidak ada pemasukan untuk pemda. Tentu tidak akan ada distribusi kemakmuran bagi rakyat atas dikeruknya sumber daya alam itu. Tidak ada AMDAL. Diperkirakan puluhan triliun rupiah pertahun tambang emas Solok dijarah. Hal ibarat ini juga terjadi di Hutan Lindung yang dijarah kayunya  ( illegal logging ). Kejahatan ilegal logging di Indonesia yang mencapai 50,7 juta m3 per tahun, menimbulkan negara menderita kerugian sebesar Rp30,42 triliun per tahun. Akibat illegal mining dan illegal logging ini berdampak pada rusaknya ekosistem dan berujung pada tragedi longsor.

Data dari Badan Anti Narkotika AS menyatakan bahwa Afghanistan yaitu produsen opium kedua terbesar dunia dengan jumlah 1350 metrik ton, sehabis Segitiga Emas (Laos-Thailand-Burma-Vietnam)  yang memproduksi 2645 Metrik ton, jauh di atas Amerika Latin yang hanya memproduksi 112 Metrik ton. Namun semuia tahu bahwa perdagangan obat bius tidak sanggup dipisahkan dari politik global untuk menguasai negara lain. Sejak Perang Dunia II usai dan Perang masbodoh antara Kapitalis Liberal versus Komunis semakin memanas, CIA memakai para pedagang narkoba sebagai aset dalam banyak sekali operasi terselubung di banyak sekali negara. Artinya selain melindungi para pengedar dari jerat hukum, ada kecenderungan produksi dan arus perdagangan narkoba malah meningkat dikala Amerika meningkatnya intervensinya di negara-negara target. Sebaliknya bila ia menurunkan intervensinya maka perdagangan dan  produksi narkoba pun menurun. Walau korban jawaban narkotika ini telah berjatuhan dalam jumlah besar namun bisnis narkoba tetap tumbuh dan berkembang. Apalagi sehabis pasukan Amerika ada di Afganistan produksi opiun semakin meningkat. Data dari PBB kejahatan transnational dari narkotika ini pertahunnya usd 125 miliar atau Rp. 1200 triliun. Di Indonesia saja diperkirakan uang berputar dari kejahatan ini sebesar Rp. 42,8  triliun pertahun.

Dari bisnis pemalsuan, China merupakan sumber terbanyak  kejahatan produksi barang palsu ibarat obat obatan , susu formula. Barang ini dijual dengan harga murah kepasar international ibarat ke Eropa, Amerika , Asia Tenggara , Afrika dengan nilai transaksi  24 miliar dolar lebih per tahun. Tentu imbas dari obat dan susu formula palsu yaitu sangat jelek bagi kesehatan manusia. Namun bila digabung dengan perdagangan barang palsu dari produk bermerek ibarat Cellphone, Pakaian , Tas, Jam tangan maka bisnis barang tiruan diperkirakan bernilai US$500 miliar per tahun, atau lebih besar daripada perdagangan narkoba, dan bisnis ini terkait dengan komplotan-komplotan jalanan dan organisasi kejahatan internasional yang menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Mereka sebagian besar dimotori justru oleh pedagang besar dari AS dan Eropa yang ikut melaksanakan investasi pada industri yang menghasil barang palsu dari China, Thailand, vietnam. Tentu ini berdampak hancurnya kompetisi dan upaya peningkatan kualitas barang melalui riset.

Illegal mining dan illegal logging di Indonesia, Afrika , Amerika latin merupakan salah satu kejahatan transnational. Tanpa pertolongan pejabat korup mustahil bisnis ini sanggup exist. Samahalnya dengan kejahatan narkotika yang tak mungkin terjadi produksi  secara massal di Burma, Afganistan, Columbia  dan distribusi keseluruh dunia jikalau tidak ada pertolongan dari pejabat yang korup. Juga kejahatan pemalsuan barang tak mungkin tumbuh subur di China bila tidak ada undangan dan pertolongan distribusi dari sindikat kejahatan international yang mendapat legitimasi dari pejabat berwenang atas izin import barang. Memang ada lagi kejahatan transnational ibarat perdagangan manusia, perdagangan satwa langka namun jumlahnya tidak significant. Dari kejahatan transnational yang terorganisir ini telah menciptakan para pejabat hidup glamor dari multiflier business crime. Walau sudah ada konvensi PBB ( United Nations Convention on Transnational Organized Crime-UNTOC) namun semenjak tahun 1995 upaya membrantas kejahatan transnational tidak pernah berhasil bahkan cenderung terus meningkat dari tahun ketahun.  Bagaimana mengatasi kajahatan transnational ini?

Seorang banker di Hong Kong pernah berkata kepada saya bahwa jikalau ingin melumpuhkan kejahatan transnational maka rubah ketentuan mengenai kebebasan transfer dana. Saya tersenyum alasannya ini terang tidak mungkin. Karena bertentangan dengan liberalisasi transfer uang sesuai ketentuan WTO. Kalau begitu, katanya, jangan berharap kejahatan transnational sanggup dihapus. Ini kejahatan bab tidak terpisahkan dari keberadan system kapitalisme yang melahirkan globalisasi. System perbankan berperan besar menciptakan orang kondusif mengumpul dana hasil kejahatan.  Walau ada aturan dari otoritas Perbankan yang berkaitan dengan KYC ( knowing your customer)  , customer due diligence' (CDD) dan 'enhanced due diligence' (EDD) namun para pelaku criminal sanggup mensiasatinya dengan mudah. Mereka membungkus dirinya dengan forum bisnis yang legitimate dan menempatkan professional sebagai executive dan menunjuk consultant untuk melaksanakan financial engineering supaya sanggup lolos proses  penempatan dana ( Placement ). Apabila penempatan dana kedalam system berhasil maka mereka akan melaksanakan layering dengan memecah menjadi beberapa rekening investasi. Rekening investasi ini akan ditebar ( diversifikasi) keberbagai portfolio investasi ibarat pasar modal, pasar uang hingga kepada business real ibarat property dan riset technologi baru.

Ya di kurun Globalisasi kejahatan tidak lagi bersifat remeh yang berdampak terbatas baik materi maupun social. Kejahatan ibarat tukang parkir liar atau tukang palak dijalanan bukan preman yang harus dibasmi tapi dibina alasannya mereka berbuat untuk makan jawaban kemiskinan. Tapi kejahatan teroganisir , yaitu kejahatan dilakukan untuk memperluas kekayaan dan penguasaan resource. Inilah yang harus dibasmi alasannya perbuatan mereka berdampak kepada hancurnya agenda kemakmuran negara bagi semua. China bulan kemudian menangkap 160 orang Bos TRIAD dalam operasi penggerebekan pada agenda gala dinner  di restoran mewah. China mengabaikan standard HAM untuk menangkap preman itu. Artinya tanpa ada bukti mereka melaksanakan kejahatan namun cukup gosip dari operasi inteligent dijadikan alasan menangkap. Operasi ini akan terus dilakukan oleh China untuk memastikan china higienis dari kejahatan pemalsuan barang, narkotika, perdagangan manusia. Mengapa ? Antara satu kejahatan dengan kejahatan Artikel Babo akan terjadi kerja sama untuk saling membutuhkan dan menguntungkan. Kejahatan ibarat inilah yang harus dihadapi dengan serius dan keras. Ini hanya mungkin sanggup diatasi apabila kapitalisme dikendalikan dengan ketat lewat perubahan standard compliance perbankan berkaitan dengan transfer dana, lahirnya pemerintahan yang higienis dan berwibawa.  Mungkinkah…

Sumber https://culas.blogspot.com/

Memahami Apbn Secara Sederhana


Penghasilan Pak Dulah sebagai Guru honorer sebulan Rp.800.000. Itu pekerjaannya untuk 3 jam di sekolah SLTP. Dengan penghasilan sebesar itu pak Dulah harus menghidupi biaya rumah tangga dengan satu anak. Pengeluaran sebulan sehabis di hitung mencapai Rp. 3.000.000, yang terdiri dari biaya transfortasi sebesar Rp. 500.000. Biaya makan Rp. 1.800.000. Biaya sewa rumah Rp. 700.000. Artinya defisit sebesar Rp. 2.200.000. Lantas bagaimana Pak Dulah bisa bertahan hidup dengan biaya lebih besar dari pendapatan tetapnya ?

Perhatikan solusi yang dikakukannya. Pertama ia membeli motor dengan kredit. Dengan uang honor ia pakai untuk uang muka pembelian motor sebesar Rp. 300.000. Cicilan sebesar Rp. 800.000 sebulan untuk jangka waktu 3 tahun. Motor itu digunakannya untuk pergi mengajar. Artinya ada penghematan sebesar Rp.500.000/Bulan biaya transfortasi. Sepulang mengajar, motor itu dipakai untuk ngojek dengan penghasilan higienis rata rata sebulan Rp. Rp. 1500.000. Kemudian di bantu istrinya , ia membuka warung depan rumah. Untuk modal , ia menarik kredit dari koperasi simpan pinjam sebesar Rp. 3 juta. Dengan cicilan sebesar Rp. 300.000 sebulan. Dari perjuangan warung rumahan itu , diperoleh pendapatan rata rata higienis sebulan Rp. 1500.000.0.

Sekarang perhatikan struktur anggaran rumah tangga Pak Dulah.
Penerimaan
Gaji honorer                                      = Rp.    800.000.
Pendapatan dari ngoject                    = Rp. 1.500.000
Pendapatan dari Usaha warung           = Rp. 1.500.000
Penghematan transfortasi                   = Rp.    500.000
Total penerimaan yaitu                    = Rp. 4.300.000.0
Pengeluaran
Belanja rutin                                     = Rp. 3.000.000
Cicilan motor                                     = Rp.    800.000
Cicilan hutang koperasi                      = Rp.    300.000
Total pengeluaran                              =Rp. 4.100.000

Selisih surplus antara penerimaan dan pengeluaran yaitu Rp. 200.000. Nah Rp. 200.000 ini disebut dengan ruang fiskal bagi keluaga Pak Dulah. Ini bebas ia gunakan. Tapi Pak Dulah tidak gunakan uang ini untuk konsumsi makan di mall atau piknik. Tapi ditabung untuk biaya investasi anak sekolah , juga biaya pendidikan Pak Dulah untuk kuliah lagi dan sebagian di gunakan meningkatkan modal bagi perjuangan rumahannya biar semakin besar peluang menghasilkan penerimaan. Berlalunya waktu semakin besar penerimaan, semakin besar kemampuan berhutang, maka Dulah membeli rumah biar biaya sewa tidak perlu ada lagi. Diapun memperluas usahanya menjadi pedagang kelontongan di pasar tradisional yang dibantu istrinya. Apalagi Pak Dulah sudah jadi sarjana berpeluang mendapat karir lebih baik.

Cerita wacana Pak Dulah ini pernah diterapkan oleh Jepang dan Korea saat awal membangun setalah perang korea dan perang dunia kedua. Korea dan Jepang tidak punya sumber pendapatan yang bisa menutupi anggaran negaranya. Benar benar minus. Tapi AS menawarkan proteksi dalam rangka restorasi perang kepada Korea dan Jepang. PInjaman ini tidak di pakai untuk konsumsi tapi produksi dan investasi. Pemerintah berhutang lebih 300% dari PDB. Apakah kesudahannya jepang dan korea gulung tikar ? tidak. Malah berkat hutang dari AS itu mereka menjadi negara maju dengan tingkat pendapatan diatas rata rata negara berkembang. Artinya hutang berperan besar meningkat ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Begitu pula dengan Pak Dulah yang sukses melewati hidup yang keras berkat hutang.

***
Ada lagi cerita. Pak Somad seorang Pegawai swasta. Gajinya sebulan Rp. 10.000.000. Tapi pengeluaran sebesar Rp. 13.000.000. Artinya defisit sebesar Rp. 3 juta rupiah. Somad setuju dengan istrinya bahwa mereka akan berhutang maksimum sebesar 3 % dari total hartanya. Total hartanya Rp. 300 juta. Artinya mereka bisa berhutang maksimum sebesar Rp. 9 juta. Nah alasannya yaitu defisit hanya sebesar Rp. 3 juta atau 1 % dari harta maka mereka berani berhutang menutupi defisit. Tapi hutang itu tidak menyisakan ruang fiskal apapun. Karena semua hutang itu habis untuk belanja rutin.

Apa yang terjadi dari tahun ketahun hutang terus bertambah alasannya yaitu gali lobang tutup lobang. Akibatnya perbandingan antara hutang dengan harta mencapai 80%, Akhirnya terpaksa harta dijual untuk bayar hutang. Mengapa hingga begitu ? alasannya yaitu setiap berhutang habis untuk belanja rutin. Tidak tersisa untuk produksi yang bisa meningkatkan harta. Padahal apabila hutang bertambah namun harta produktif juga bertambah, maka rasio hutang terhadap harta tidak akan naik alasannya yaitu ada penghasilan perhiasan menyertai harta produktif. Apa yang terjadi pada Somad, juga terjadi pada pemerintahan Bolivia, venezuela, Italia, Yunani. Defisit ditutupi dari hutang namun ruang fiskal sangat kecil sekali.

Sebetulnya yang terjadi di Era SBY hampir sama. Ruang fiskal tidak cukup untuk berdiri bandara atau pelabuhan atau daerah industri. Karena sebagian besar habis untuk konsumsi. Akibatnya semenjak 2011 saat penerimaan menurun belanja terus meningkat defisit ditutup dari hutang. Walau rasio defisit dibawah 3% dari PDB namun tidak ada peningkatan harta. Makanya perbandingan hutang terhadap PDB terus meningkat. Tapi untung di kurun Jokowi kebijakan anggaran diubah. Bagaimana perubahan itu?

Katakanlah penerimaan sebesar Rp. 100 juta rupiah. Pengeluaran Rp. 120 juta. Artinya defisit sebesar Rp. 20 juta. Kalau PDB sebesar Rp, 1 miliar maka perbanding defisit terhadap PDB sebesar 2%. Ini terang kondusif dibawah pagu 3% yang ditetapkan oleh DPR. Tapi tidak ada ruang fiskal untuk produksi dan investasi yang dilakukan Jokowi untuk ekspansi. Kalau Jokowi pertahankan platform APBN menyerupai SBY maka tidak akan ada pembangunan insfrastruktur. Lambat namun pasti Indonesia akan terjebak hutang tanpa ada peningkatan PDB secara significant. Keputusan yang diambil yaitu pemangkasan belanja rutin. Tapi penerimaan juga menurun alasannya yaitu krisis global. Memang tidak ada defisit sehabis pemangkasan anggaran itu. Tapi juga tidak ada ruang fiskal untuk ekspansi. Sementara hutang masa kemudian harus terus dibayar sebagai belanja rutin.

Nah biar bisa perluasan maka pos pengeluaran ditambah lagi sebesar ruang fiskal yang di inginkan biar pertumbuhan ekonomi terjadi. Dampaknya APBN jadi defisit. Defisit ini ditutupi dari hutang. Tapi semua hutang dipakai untuk investasi yang bisa memacu produksi dan peningkatan pendapatan. Apa yang terjadi ? Walau hutang bertambah tapi harta ( PDB) juga bertambah, dan rasio hutang terhadap PDB juga tidak besar lengan berkuasa significant. Apa yang dilakukan oleh Jokowi kurang lebih sama dengan Dulah tapi Jokowi masih lebih baik alasannya yaitu masih ada harta. Beda dengan Dulah yang mengawali dari nol atau defisit gigantik. Kuncinya sama halnya dengan Dulah, bukan seberapa besar hutang atau rasio hutang tapi sejauh mana focus kepada produksi bukan konsumsi, Makanya kerja keras dan efisien yaitu keniscayaan dan sukses akan terjadi sebagaimana sunatullah.

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/