Presiden Joko Widodo Tegaskan Pentingnya Bersikap Inklusif Pada Kala Digital Dalam Lembaga Abac


Dalam pertemuan ABAC Dialog with Leaders dengan tema Inclusion in the Age of Disruption: Charting a Common Future, Presiden Joko Widodo bersama Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Perdana Menteri Vietnam Nguyễn Xuân Phúc, dan Utusan Khusus Cina Taipei Morris Chang membahas informasi perdagangan, ekonomi global dan digital ekonomi.

Pertemuan yang dihelat di APEC Haus pada Sabtu, 17 November 2018 dihadiri pula oleh perwakilan ABAC dari keempat negara dan dimoderasi oleh Richard Cantor dari Amerika Serikat. Dari Indonesia hadir Ketua ABAC Indonesia Anindya Bakrie.

Dalam obrolan tersebut, sebagaimana disampaikan Direktur Kerja Sama Intra Kawasan dan Antar Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Andre Omer Siregar yang turut mendampingi Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa pembangunan ekonomi yang inklusif dengan memakai platform digital yaitu prioritas Pemerintah Indonesia semenjak tahun 2014 dan Indonesia diperkirakan menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara tahun 2020.

Sebagai gambaran, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa di Indonesia pada tahun 2017 tercatat 132,7 juta pengguna internet dan 92 juta pengguna smart phone, sehingga pemerintah harus terus menuntaskan pembangunan infrastruktur digital dengan penambahan serat optik Palapa Ring dan penataan spektrum frekuensi untuk menyediakan kanal digital yang terjangkau bagi masyarakat.

Selain itu, Indonesia akan terus mengimplementasikan Peta Jalan Kebijakan E-Commerce untuk mendukung pengembangan e-commerce sebanyak 17 persen dan mencetak 1000 technopreneurs pada tahun 2020.

Lebih lanjut Presiden Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia memperlihatkan perhatian besar terhadap generasi muda untuk Revolusi 4.0 melalui pendidikan vokasi, politeknik, dan balai latihan kerja. Oleh alasannya yaitu itu, pemerintah mendukung pemanfaatan teknologi di semua sektor contohnya Ruangguru di bidang pendidikan, atau GoJek di bidang transportasi. “Semua ini dilakukan untuk mendorong ekonomi yang inklusif,” kata Presiden Jokowi.

Untuk memastikan pembangunan yang inklusif di kurun digital, Presiden Jokowi mengingatkan semoga ketimpangan digital harus diatasi melalui penyusunan peta jalan pengembangan internet of things, penyediaan platform pemasaran digital bagi UMKM contohnya Tokopedia, Qlapa, serta pemanfaatan digital bagi tempat tertinggal melalui kerjasama dengan marketplace dalam menyebarkan platform e-commerce berbasis potensi tempat menyerupai pertanian dan perikanan, dan perbaikan kurikulum sekolah semoga lebih siap menyambut kurun digital atau digital-ready.

“Di kurun digital ini, jangan hingga dilupakan aspek inklusifitas dimana manfaat pembangunan melibatkan dan sanggup dinikmati semua orang. Dikhawatirkan bahwa mengabaikan inklusifitas sanggup memperburuk kesenjangan. Dan kesenjangan akan membuat duduk kasus sosial dan bahkan konflik,” ucap Presiden Jokowi.

Di selesai obrolan tersebut, Presiden Jokowi secara tegas mengingatkan bahwa ketegangan antar negara besar dalam perdagangan dunia hanya akan merugikan masyarakat. “Dan ini pula yang juga sanggup mendorong konflik sosial,” ujar Presiden Jokowi. [Biro Pers Istana]

Artikel Terkait