Doa Dan Ikhtiar..


Udin sungguh mengerti, betapapun semua itu sanggup saja karomah Tuhan kepada orang terpilih..
“Mana ada orang sanggup jadi konglomerat sebab doa saja. Apalagi gandakan uang” pikirnya.
Namun, ia memang beropini bahwa jikalau seseorang ingin sholat, maka ia harus berguru membaca doa secara benar.
”Bagaimana mungkin doanya sanggup di kabulkan Tuhan, jikalau kata-katanya salah,” pikir Udin ”karena jikalau kata-katanya salah, tentu maknanya berbeda, bahkan jangan-jangan bertentangan. Bukankah buku cara sholat yang benar memang dijual di mana-mana?”

Keyakinannya bahwa  siapa pun orangnya yang berdoa dengan benar, akan kaya raya. Karena Tuhan maha pemberi. Asalkan wiridan benar sesuai instruksi Guru , semua akan gampang terkabulkan. Udin memang sanggup membayangkan, bagaimana ketenangan jiwa yang dicapai seseorang sesudah melaksanakan sholat dengan benar, akan membebaskan badan seseorang dari keterikatan duniawi, dan salah satu perwujudannya yaitu sanggup kaya. Namun, ia juga sangat sadar sesadar-sadarnya, pembayangan yang bagaimanapun, betapapun logika dan kepercayaan bertolak belakang. Apakah kaya sanggup di sanggup tanpa kerja akal? Cukup dengan sholat dan doa saja.

”Mujizat itu hanyalah perlambang,” pikirnya, ”untuk menegaskan kebebasan jiwa yang akan didapatkan siapa pun yang berdoa dengan benar dan berbusa bibir dalam wiridan

Semenjak Udin memperdalam ilmu Agama, kepada siapa pun yang ditemuinya, ia selalu menekankan pentingnya sholat dengan benar. Adapun yang dimaksudnya sholat dengan benar bukanlah sekadar kata-katanya tidak keliru, gerakannya tepat, dan waktunya tepat, selain tentu saja khusu, melainkan juga dengan kepercayaan yang mendalam dan tak tergoyahkan betapa sedang melaksanakan sesuatu yang benar, sangat benar, bagaikan tiada lagi yang akan lebih benar.

yang niscaya dengan Sholat dan zikir, menciptakan jiwanya tenang. Rasa senang merasuk kalbunya. Dia merasa bahagia. Kebahagiaan yang telah didapatkannya menciptakan Udin merasa mendapat suatu kekayaan tak ternilai, dan sebab itulah kemudian ia pun selalu ingin membaginya. Setiap kali ia berhasil membagikan kekayaan itu, kebahagiaannya bertambah, sehingga semakin seringlah Udin menemui banyak orang dan mengajarinya cara sholat yang benar. Ternyata tidak sedikit pula orang percaya dan mencicipi kebenaran pendapat Udin bahwa dengan sholat secara benar, bukan hanya sebab cara-caranya, tetapi juga sebab tahap kejiwaan yang sanggup dicapai dengan itu, siapa pun akan mendapat ketenangan dan kemantapan yang lebih memungkinkan untuk mencapai kebahagiaan.

Demikianlah kesannya Udin pun dikenal sebagai Guru Udin. Mereka yang telah mengalami bagaimana kebahagiaan itu sanggup dicapai dengan pedoman Udin, merasa sangat berterima kasih dan banyak di antaranya ingin mengikuti ke mana pun Udin pergi.

”Izinkan kami mengikutimu Guru, izinkanlah kami mengabdi kepadamu, biar kami sanggup semakin mendalami dan menghayati bagaimana caranya mendekati Tuhan secara benar,” kata mereka.
Namun, Guru Udin selalu menolaknya.
”Tidak ada lagi yang sanggup daku ajarkan, selain mencapai kebahagiaan,” katanya, ”dan apalah yang sanggup lebih tinggi dan lebih dalam lagi selain dari mencapai kebahagiaan?”

Guru Udin bukan semacam insan yang menganggap dirinya seorang nabi, yang begitu yakin sanggup membawa pengikutnya masuk surga. Ia hanya menyerupai seseorang yang ingin membagikan kekayaan batinnya, dan akan merasa senang jikalau orang lain menjadi berbahagia karenanya. Demikianlah Guru Udin semakin percaya, bahwa beragama dengan cara yang benar yaitu jalan mencapai kebahagiaan. Dari satu daerah ke daerah lain Guru Udin pun mengembara untuk memberikan pendapatnya tersebut sambil mengajarkan cara sholat yang benar. 

Sementara itu, kadang kala Guru Udin terpikir juga akan gagasan itu, bahwa mereka yang berdoa dengan benar akan sanggup menjiplak uang ”Ah, itu hanya takhayul,” katanya kepada diri sendiri mengusir gagasan itu.

***
Suatu ketika dalam perjalanannya tibalah Guru Udin di sebuah negeri. Begitu luasnya negeri itu. Ia telah mendengar bahwa di negeri itu terdapat orang-orang yang belum pernah mengenal Tuhan dengan benar.  Karena penguasa negeri melarang mereka meramaikan daerah ibadah  . Guru Udin membayangkan, orang-orang itu tentunya kemungkinan besar belum mengetahui beragama yang benar, sebab tentunya siapa yang mengajarkannya? Negeri itu memang begitu luas, sangat luas, bagaikan tiada lagi yang sanggup lebih luas, sehingga Guru Udin pun hanya sanggup geleng-geleng kepala.

”Negeri setengah benua ,” pikirnya, ”apalagi yang masih sanggup kukatakan?” Ternyatalah negeri itu walau penduduknya aneka macam namun makmur dan tertip begitu rupa, sehingga penghuninya engga perlu jadi buruh migran ke mana pun jua biar sanggup makan. Bahkan, para penghuninya itu juga tidak ingin pergi ke mana pun meski sekadar hanya untuk melihat dunia lain.

”Jangan-jangan mereka pun mengira, bahwa dunia hanyalah sebatas kota sebesar noktah di tengah negeri seluas setengah benua ini,” pikir Guru Udin. Namun, alangkah terharunya Guru Udin sesudah di ketahuinya bahwa meskipun tidak memahami agama menyerupai ia punya, penduduk negeri itu di samping bekerja keras juga tidak putus-putusnya berdoa!

”Tetapi sayang,” pikir Guru udin, ”mereka beragama dengan salah, berdoa niscaya salah caranya.” Maka dengan penuh dedikasi dan perasaan kasih sayang tiada terkira, Guru Udin pun mengajarkan kepada mereka cara sholat yang benar. Setelah beberapa ketika lamanya, Guru Udin menyadari betapa susahnya mengubah cara beragama mereka yang salah itu. Dengan segala kesalahan gerak maupun ucapan dalam sholat yang salah tersebut, demikian pendapat Guru Udin, mereka justru menyerupai sholat untuk memohon kutukan bagi diri mereka sendiri!

”Kasihan sekali jikalau mereka menjadi terkutuk sebab cara sholat yang salah,” pikir Guru Udin.

Sebenarnya cara sholat yang diajarkan Guru Udin sederhana sekali, bahkan bersama-sama setiap kali mereka pun berhasil menirunya, tetapi ketika kemudian mereka berdoa tanpa tuntunan Guru Udin, selalu saja eksklusif salah lagi. Lidah mereka memang tidak sanggup melafalkan doa itu.

”Jangan-jangan setan sendirilah yang selalu menyesatkan mereka dengan cara berdoa yang salah itu,” pikir Guru Udin, lagi. Akhirnya Guru Udin, pergi meninggalkan negeri itu. Namun dalam perjalanan ia menemukan saudara sekampungnya. “ Mengapa kalian ke negeri orang yang jangankan cara beragama salah, melafalkan bacaan sholat saja salah. Mereka berdoa menyerupai meminta kutukan.”

“ Kami butuh pinjam uang dari mereka , Tuan Guru. Dengan uang dari mereka, kami sanggup memakmurkan rakyat kami.”
“ Apa ? Guru Udin terkejut
‘ Mereka kaya raya Tuan Guru”
“ Padahal doa mereka salah. Agama mereka salah“ Kata Guru Udin bengong..

Cucuku.. Tidak akan kau sanggup kekayaan dari doa dan zikir berbusa bibir. Karena Tuhan memang menjamin makan burung tapi Tuhan tidak pernah mengirim masakan ke kandang burung. Burung harus terbang melintasi pulau dan benua untuk mencari makan.  Kalau bahagia, memang kalian akan dapatkan dari berdoa, tapi itu hanya sesaat, Kebahagian hakiki bila kalian berdoa kepada Tuhan, dan kalian bekerja keras mendapat rezeki Tuhan. Kalau percaya kepada Tuhan, maka kalian juga harus percaya dengan sunattullah..kalau mau sanggup makan ya kerja..kerja, dan jangan lupa berdoa sebelum kerja ya sayang..


Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait