Erdogan Dan Turki


Dulu aku masih ingat ketika naik taksi di Istanbul , aku harus menyediakan uang lira dengan nominal besar untuk  membayar taksi hanya lantaran kurs lira yang sangat murah dihadapan USD, dan itulah dampak dari hyperinflasi dari rezim yang sangat lemah mengelola moneter dan tentu juga lemah mengelola negara. Tapi kini sesudah reformasi, tampilnya AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi ) atau Partai Keadilan sebagai pemenang PEMILU dengan Recep Tayyep Erdogan sebagai Perdana Menteri, Ekonomi Turki yang semula morat-marit, segera pulih. Inflasi terkendali dan menurun tajam: kini di bawah 8 persen/tahun. Perekonomian tumbuh konsisten 7 persen hingga 8 persen/tahun. Pengangguran berkurang, bahkan standar upah minimun pekerja dinaikkan. Mata uang Lira juga menguat. Turki berhasil melaksanakan redenomiasi mata uang lira dan dinilai sangat berhasil di bandingkan negara yang pernah melaksanakan redenominasi. Kurs Lira Turki yang semula bernilai jutaan di hadapan dolar Amerika , kini  1 dolar Amerika senilai 1,5 Lira Turki saja. Bank Dunia memprediksi, pada 2025 nanti, Turki akan menjadi salah satu negara terkaya. Pada ketika itu Turki juga menjadi 15 besar tiang ekonomi global yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi negara lain. Dan Kini dengan keberhasilannya, Turki bisa menanamkan dampak geopolitiknya. Di Barat, Turki mulai menjadi pemain kunci di wilayah Mediterania. Di Utara dan Timur, ia menjadi penghubung Asia Tengah. Yang terpenting adalah, di Selatan, ia menjadi teladan sintesis keberhasilan industrialisasi dan kebudayaan Islam. 

Lalu siapa Erdogan? Erdogan, politisi kelahiran 1954 dan jago bola ini yaitu sarjana administrasi dari Universtas Marmara, Istanbul. Pada 1970, dalam usia belia, ia sudah terjun ke dunia politik lewat MSP (Milli Selamet Partisi/Partai Orde Nasional) pimpinan Dr. Necmettin Erbakan, sebuah partai yang dicurigai militer lantaran dianggap anti-sekularisme. Kemudian terjadi perebutan kekuasaan militer di 1980. Rezim berkuasa melarang semua parpol. Pada ketika itu, Erdogan bekerja pada Otoritas Transportasi Istanbul. Aneh bin ajaib, bosnya menyuruh Erdogan mencukur kumisnya lantaran dikatakan berbau Islam. Erdogan menampik, kemudian ia keluar untuk kemudian memasuki dunia bisnis dan politik. Sekularisme Turki ternyata juga mengurus kumis, tetapi gagal mengurus kemakmuran rakyat.  Pada 1983, pada ketika angin demokrasi bertiup di Turki, Erdogan menyertai partai RP (Refah Partisi/Partai Kemakmuran), juga pimpinan Erbakan. Di 1994, Erdogan terpilih jadi Wali Kota Istanbul, sebuah kota metropolitan terbesar dengan penduduk sekitar 10 juta. Karena RP selalu dicurigai politisi sekuler, pemerintah membubarkan RP. Erdogan dianggap sanggup mengguncangkan bangunan sekularisme sesudah ia membacakan puisi yang bernuansa Islam. Dia ditangkap, kemudian dieksekusi 10 bulan, tapi entah apa sebabnya tiba-tiba dikurangi menjadi empat bulan.  Sebagai politikus berbakat dan cerdik, sesudah pembebasannya, Erdogan tidak menyia-nyiakan peluang politik yang semakin terbuka. Pada 2001, partai gres AKP dibentuknya. Ibarat menjolok buah ranum yang hampir jatuh, dalam pemilu November 2002, AKP keluar sebagai pemenang dengan meraup 363 dari 550 bangku yang tersedia di parlemen. Dunia sekuler Turki sempoyongan. Pada Maret 2003 ia dilantik jadi perdana menteri.

Tanda tanda kehebatan Erdogan sebagai pemimpin sudah nampak ketika Erdogan menjadi Wali Kota Istanbul di simpulan dekade 90-an, ia berhasil menyebarkan bekas ibu kota imperium Ottoman (Utsmaniyyah) itu yang kehilangan ruh dan gairahnya pasca bercokolnya rezim sekuler Ataturk. Kebersihan, ketertiban, membaiknya pelayanan, pemberantasan korupsi, hingga berkurangnya arus kemacetan merupakan beberapa prestasi Erdogan ketika memimpin kota Istanbul. Kini Istanbul sejajar dengan Singapore, Hong Kong, Dubai, New York, London, Toronto, Shanghai sebagai International financial center. Rakyat Turki yang 99% beragama islam memang pantas bersyukur kepada Allah dengan tampilnya Erdogan sebagai pemimpin. Dengan moral seorang kiyai dan kehandalan spesialis management serta ekonom telah menggiring Turki kearah reformasi yang sejuk dan damai. Ekonomi membaik secara significant. Kelompok sekuler yang telah berkuasa lebih dari 80 tahun sanggup dijinakan untuk berubah dan kembali kepada Syariah Islam. Ini memang masih berproses secara gradual namun akan mengarah kepada syariah Islam secara kaffah. Dengan AKP menguasai secara umum dikuasai di dewan legislatif maka tidak akan mengalami kesulitan berarti untuk merubahnya walau tentu butuh waktu. Namun secara fakta UU sekular yang ada kini tidak bisa membendung syariah islam ditegakkan,  seperti larangan pakai jilbab bagi perempuan kini dilanggar dengan mudah.Lebih 50% perempuan Turki kini pakai jilbab.Bahasa Arab dan Al Alquran yang tadinya dihentikan diajarkan di Turki , di periode Erdogan kembali diajarkan secara luas disemua jenjang pendidikan. Gerakan kembali ke masjid efektif menciptakan masjid diramaikan jamaah disetiap waktu sholat.Membuat umat semakin bersahabat kepada ulama. Membuat ulama semakin mendapat kawasan didalam masyarakat dan negara.

Berkat banyak sekali macam prestasi itulah, Erdogan mendapat kawasan dan kepercayaan di hati rakyat Turki. Ia menjadi idola dan satria rakyat Turki. Simpatisan AKP pun kian berlipat dan kembali memenangkan pemilu di tahun 2007. Erdogan kembali dipilih sebagai PM dan Abdullah Gul terpilih sebagai Presiden. Semua tahu bahwa Erdogan yaitu pendiri AKP yang bukan partai Islam, tetapi partai sekuler yang menghormati agama. Meski demikian, tak ada yang mencurigai jikalau Erdogan yaitu sosok Hoja (Kiyai) dan AKP yaitu partai berspirit Islam-moderat. Yang niscaya di tangan Erdogan, Islam menunjukkan solusi, bukan slogan formalisme menyerupai yang diusung banyak sekali kelompok yang buta realitas. Islam ditempatkan dalam dimensi perilaku dan perbuatan dengan mengedepankan kebenaran, kebaikan dan keadilan oleh pemimpinnya. Nilai nilai inilah yang menjadi wangsit bagi Rakyat Turki untuk kembali kepada Islam secara kaffah dengan rasa percaya diri tinggi untuk keluar dari sekularisme yang membelenggu konstitusi, bahwa mereka yaitu umat yang tepat dan dalam lindungan Allah selagi mereka beriman dan bertaqwa. Kita merindukan Pemimpin menyerupai Erdogan, supaya 2014 nanti kita bisa menentukan dengan benar...


Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait