Kalau ditanya soal uang, saya yakin semua tahu. Orang mati suri aja dibisikin uang setiap jam bakalan bangun dari mati surinya.Ya uang. Memang uang bukan segala galanya tetapi segala galanya butuh uang. Saya ingin membawa budi soal uang dalam konteks ekonomi secara literal. Makara mohon maaf maklum bila goresan pena saya terkesan meng gamblangkan teori ekonomi. Karena memang saya engga mau mikir yang rumit. Kalau bisa dibentuk sederhana pemahaman apapun, mengapa diperumit. Setidaknya dengan persepsi yang sempurna kita bisa bijak menyikapi fenomena hidup ini. Khususnya yang berkaitan dengan seruan dan penawaran akan uang.
Baiklah. Uang itu terang di create oleh negara. Kalau ada uang yang di create oleh bukan negara maka itu terang penipuan. Walau uang itu berlabel syariah. Mengapa? Uang yaitu lambang eksistensi negara. Didalam uang itulah segala idiologi dan jadwal negara teraktualkan. Makanya uang selalu mempersatukan semua orang yang berbeda. Bagaimana negara mencetak uang? Ada dua jenis. Pertama uang dicetak dengan menurut nilai intrinsik. Artinya nilai uang setara dengan asset yang ada sebagai jaminan, menyerupai emas dan perak. Skema ini disebut dengan Penuh (Full Bodied Money ). Kedua bernilai Tidak Penuh (Representatif Full Bodied Money). Uang jenis ini nilai instrinsiknya hanya “ katanya “ setara nominal. Nah sebab dunia terus berkembang maka uang dengan bagan Full Bodied Money tidak lagi populer. Karena faktanya banyak negara mencetak uang tidak sesuai dengan jaminan yang ada. Makara TRUST nya dipertanyakan. Berikutnya yang kini terkenal dan digunakan oleh sebagian besar negara di dunia yaitu Representatif Full Bodied Money atau uang kertas. Uang kertas ini di jamin oleh negara tentunya.
Skema jaminan ada dua, yaitu pertama, dijamin oleh devisa yang ada. Dengan bagan ini negara mencetak sesuai dengan devisa yang beliau kuasai. Atas dasar itu kurs ditetapkan oleh negara ( Fixed Exchange Rate). Skema ini dulu diterapkan di china tetapi kini sudah dilepas sebagian. Indonesia abad Soeharto juga menerapkan bagan ini. Arab juga sama menerapkan bagan kurs ini. Kedua, yaitu Kurs mengambang ( floating exchange Rate). Saat kini Indonesia menerapkan bagan ini. Dalam bagan ini kurs berlaku menurut kondisi pasar sesuai asas seruan dan penawaran. Bagaimana orang tahu nilai atas uang itu bila tidak ada devisa yang menjamin? Engga sulit. Setiap negara dipantau oleh bank dunia dan IMF untuk mengetahui kapasitas ekonomi nasional suatu negara. Ini ukurannya yaitu PDB ( produk domestik bruto ). Semakin tinggi PDB tentu semakin tinggi kapasitas nasional suatu negara. Tentu semakin bernilai uang di negara tersebut. Mengapa ? Uang itu berharga kalau ada produksi. Kalau engga ada produksi ya untuk apa uang. Tuh liat Venezuela uang banyak tapi produksi rendah, uang jadi sampah.
Mari kita lihat PDB Indonesia. Tahun 2017 PDB kita mencapai 1015.54 USD atau mencapai Rp 15.000 trilun. Berapa uang yang dicetak ? Kita lihat uang beredar dalam arti luas (M2) sebesar Rp5.552 triliun ( Juli 2018). Artinya uang yang beredar untuk konsumsi hanya sebesar 30% dari kapasitas nasional. Uang beredar itu yaitu utang negara kepada publik dan itu dijamin oleh PDB. Apakah anda kawatir pegang uang kalau jaminannya 3,2 kali dari nominal? Tentu nyaman. Mau buktikan? Coba pakai uang itu beli apa saja niscaya ada barang tersedia dipasar. Bagaimana soal harga ? Oh itu soal lain. Itu berafiliasi dengan seruan dan penawaran. Motif ekonomi berlaku. Pembeli banyak, barang sedikit harga naik. Pembeli sedikit barang banyak maka harga akan turun.
Sekarang masuk kesoal Kurs. Mengapa kurs bisa menguat dan melemah? Dulu abad Soeharto kita menerapkan kurs tetap ( Fixed Exchange Rate). Kalau kurs tetap itu semua devisa dikuasai pemerintah. BI hanya kasir. Kemudian menjelang kejatuhan Soeharto, kurs dilepas menjadi mengambang. Devisa tergantung pasar. BI menjadi pengelola devisa. Bukan lagi kasir menyerupai sebelumnya. Sampai kini kita menerapkan kurs mengambang. Karena itu kurs berfluktuasi. Kembali kepada aturan seruan dan penawaran. Kalau banyak yang perlu dollar sebab motif investasi maka rupiah akan ditukar ke dollar. Mengapa pemerintah engga bisa menahan? Ya Enggalah. Kan uang itu punya orang, bukan punya BI. Kalau mereka mau pindahkan ke dollar ya suka suka mereka.
Bagaimana perilaku BI kalau ada orang perlu valas? BI bisa melayani seruan dollar itu tetapi bisa juga menolak atau memilih kurs yang diinginkan. Apakah orang bisa dipaksa? Ya engga. Kalau BI engga bisa layani menyerupai kurs yang mereka mau maka mereka masuk kepasar yang juga menyediakan dollar. Nah disinilah terjadi pertarungan pasar. Kalau pasar lebih secara umum dikuasai ya kurs akan kehilangan kendali. Makanya dikala pasar sudah bereaksi diatas limit maka BI masuk ke pasar. Kalau BI masuk kepasar beliau didukung oleh sumber daya PDB negara yang besar. Dengan itu BI akan memakai aneka macam instrument pasar uang untuk menjinakkan pasar. Umumnya kehadiran BI dipasar membuat orang percaya dan ini akan mengendalikan kurs dengan efektif.
Jadi semakin melemah kurs bergotong-royong menguntungkan bagi negara asalkan pasar domestik dijaga dan produksi meningkat. Ekonomi yang ideal itu apabila ketergantungan ekonomi dalam PDB tidak didominasi oleh ekspor tetapi pasar domestik. Dengan demikian negara bebas mengontrol kurs untuk kepentingan domestik. China dan Jepang pola negara yang renta karana ekonominya ditopang sebagian besar oleh pasar ekspor. Akibatnya sedikit aja ada problem eksternal, ekonom pribadi drop. Jokowi saya perhatikan, beliau melaksanakan jadwal nawacita dimana kekuatan ekonomi bertumpu kepada kekuatan domestik. Makanya beliau kerja keras membangun infrastruktur biar semua Pontesi Wilayah menjadi potensi ekonomi real baik sebagai produksi maupun sebagai pasar.
Namun banyak pihak masih terjebak dengan anutan menyerupai abad Soeharto dimana negara mengatur uang , yang nyatanya negara culas dan demokrasi dibungkam. KKN mewabah. Akhirnya negara bangkrut.
***
Kenapa politik begitu bernafsu bagi sebagian orang? sebab politik menjanjikan uang. Kenapa orang bekerja keras membuang waktu dan tenaga? sebab kerja keras menjanjikan uang. Mengapa kreatifitas berkembang dari waktu ke waktu? sebab uang. Mengapa perempuan cerdas membedakan Lenteng Agung dengan Los Angeles ? sebab uang. Mengapa pertemanan bertambah banyak dan berkurang ? sebab uang. Mengapa orang mengeluh tiada habis ? sebab uang. Mengapa orang senang ? sebab uang. Singkatnya segala galanya butuh uang dan sebab uang orang bego jadi pintar. Orang buruk jadi ganteng. Orang ganteng jadi melambai. Semua sebab uang. Peradaban berubah sebab uang. Hebat kan uang?
Mari kita perhatikan bagaimana uang bekerja. Uang hanya nilai imajiner. Atau tepatnya uang hanyalah sebuah ide. Engga percaya ? Mengapa anda butuh uang? sebab butuh belanja barang atau jasa. Bagaimana kalau barang atau jasa tidak ada.? apakah perlu uang? kan engga perlu. Nah kini mana yang lebih penting barang atau uang ? hingga disini anda akan hingga pada teori mana lebih dulu ayam atau telor. Dalam ekonomi pasar, orientasi orang bukan lebih dulu mendatangkan uang 100 untuk menghasilkan barang atau jasa 100. Tetapi bagaimana membuat barang dan jasa dengan uang 10 untuk menghasilkan barang atau jasa 100. Perbedaan 10 dengan 100 sebesar 90 yaitu value.
Gimana caranya ? mari saya ilustrasikan. Penerimaan pajak semua habis bayar belanja pegawai, transfer Daerah dan wilayah otonom. Tidak tersisa untuk bangun jalan baru, bahkan untuk buat jalan 30 KM, engga ada duit. Kita ambil pola APBN tahun 2017, penerimaan sebesar RP. 1750 T. Sementara pengeluaran sebesar Rp. 2080 Triliun. Negatif kan. Kalau Jokowi pinjam uang untuk belanja pegawai, engga ada investor yang beli surat utang , dan mustahil forum keuangan mau kasih utang. Siapa yang mau kasih utangan untuk belanja. Makara kita sebagai rakyat jangan “ baper” seolah olah negara utang untuk bayar pegawai atau bangun gedung kantor baru. Atau utang untuk bayar subsidi biar harga murah. Engga ada itu.
Nah utang apa yang dilakukan Jokowi? ini utang bisnis. Semua jadwal pembangunan yang berkaitan dengan infrastruktur didapat dari utang. Infrastruktur itu bukan hanya jalan, pelabuhan, jembatan, bandara, yang secara pribadi sanggup membayar utang dari pendapatan, tetapi juga untuk dana desa, investasi pendidikan, sentra kesehatan, revitalisasi waduk dan irigasi, yang merupakan intangible investment , yang gres dirasakan dalam jangka panjang dengan lahirnya generasi sehat dan terpelajar, serta desa yang besar lengan berkuasa untuk menghadapai industrialisasi.
Bagaimana caranya Jokowi melaksanakan fundraising dengan kondisi lebih besar pasak daripada tiang itu? Pertama, menugaskan BUMN melaksanakan agresi pembangunan infrastruktur yang punya nilai ekonomis. Kan dana di perlukan sangat besar. Benar. Perhatikan cara smart nya. Jokowi melaksanakan rasionalisasi arah BUMN dan merestruktur modal BUMN. Contoh katakanlah BUMN sanggup kiprah membangun dengan anggaran Rp. 100 triliun. Jokowi hanya menyuntikan dana dalam PMN sebesar 10% atau Rp. 10 Triliun. Itupun Rp. 10 triliun bukan dari modal sendiri tapi utang dengan menerbitkan SBN. Lah sisanya gimana ? Jokowi juga menyediakan instrument hedge atas proyek BUMN itu melalui VGF (Viability Gap Fun) biar revenue proyek di jamin diatas IRR market. Dengan instrument hedge ini maka sisa kekurangan dana didapat melalui leverage dalam bagan financial engineering.
Dari mana sumbernya ? Kekurangan itu bisa didapat melelui loan dari bank. Tapi umumnya bank tidak mau menunjukkan sumbangan untuk proyek yang belum ada bukti hasilnya. Mencari kawan juga belum tentu simpel sebab kekurangan modal hingga 90%. Kalaupun ada yang mau, posisi BUMN akan lemah. Lantas bagaimana solusinya? Proyek itu di bagi dalam 10 tahap dengan 10 entity (SPC : A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K, D,). Tahap pertama ( A) didanai dari modal sendiri tanpa ada sumbangan darimanapun. Sehingga BUMN terbebas dari biaya tetap berupa bunga dan keharusan mengangsur. Proyek itu sehabis jawaban dibangun, pribadi dioperasikan dengan menunjukkan revenue. Future income dalam 15 tahun sebesar Rp 2 Triliun.
Setelah proyek tahap 1 selesai, BUMN bisa membangun proyek tahap 2 tapi BUMN tidak punya uang lagi sebab sudah habis. Kalau harus menunggu hingga ada uang , tentu tidak mungkin. Bagaimana caranya biar bisa dilanjutkan? BUMN menerbitkan global Bond (seperti yang dilakukan Pelindo dan Angkasa Pura dan Jasa Marga ) dalam bentuk revenue bond dengan jaminan revenue proyek tahap A. Dari Global bond itu BUMN sanggup LTV sebesar 50% dari Future income atau Rp.1 triliun. Dana hasil penjualan revenue bond itu di gunakan untuk membangun proyek B. Setelah proyek B jawaban dibangun, Asset proyek A dijaminkan dengan menerbitkan CMO melalui pasar modal. Hasil penjualan CMO itu digunakan untuk membangun proyek C.
Setelah proyek C jawaban dibangun, revenue proyek B di gunakan untuk membangun proyek D dengan cara menerbitkan revenue bond. Setelah proyek tahap D jawaban dibangun maka asset proyek tahap B di jaminkan dengan bagan CMO untuk membangun proyek E. Begitu seterusnya. Setelah 10 kali putaran maka ke 10 perusahaan (ABCDEFGHIJK) itu di gabung dalam satu holding untuk masuk bursa ( pola yang terjadi dengan Waskita Toll Road ). Hasil penjualan saham itu digunakan untuk memperbaiki struktur permodalan biar DER sehat untuk tari utang lagi dari perbankan. Loh kan BUMN digadaikan? helloooo, boss, yang dijaminkan yaitu SPC bukan BUMN, ya proyek itu sendiri sebagai jaminan. BUMN mah kondusif aman saja. Kalau gagal ya ambil tuh proyek, dan sehabis 30 tahun, negara ambil sesuai kontrak PPP.
Ilustrasi diatas dikenal dengan istilah project derivative value. Atau harta bisa beranak pinak sendiri. Mengapa ?karena modal pertama menunjukkan bukti dan keyakinan bagi pihak lain bahwa proyek itu layak. Skema pembiayaan ini digunakan juga untuk pembangunan jalan Toll atau pembangkit listrik atau bandara. Dimana revenue niscaya dan pembangunan bisa dibentuk beberapa tahap untuk memungkinkan modal di leverage berkali kali. Apa yang dilakukan pemerintah menunjukkan suntikan modal kepada BUMN yang khusus melaksanakan jadwal pembangun infrastruktur yaitu biar kekurangan APBN sanggup ditutupi melalui bagan leverage ini.
Artinya proyek itu didanai melalui sistem keuangan dimana melibatkan Asset Management, Project Management, Fund Manager dan perbankan, bursa. Penyertaan modal pemerintah itu hanya trigger untuk terjadinya financing scheme yang di back up investor institusi, yang niscaya kondusif dari intervensi dibandingkan dengan private investor. Makara bila Rp.37 triliun dana penyertaan negara maka leverage bisa mencapai lebih dari Rp.300 triliun dan selagi ada peluang proyek baru, leverage terus terjadi tanpa henti. Makanya kerja kerja biar uang terus mengalir…
Nah bagaimana untuk pembiayaan infrastruktur yang intangible menyerupai pendidikan, kesehatan dan dana desa ? Kan engga mungkin itu dijadikan underlying ujntuk dapatkan uang dari market sebab tingkat pengembalian tidak ada. Oh gampang. Menkeu , sebagai pemegang saham BUMN itu, punya portfolio berupa saham seluruh BUMN. Itu dijadikan sebagai underlying untuk terbitkan bond berjangka waktu 15 tahun. Kalau total asset BUMN sebesar Rp. 6.560 Triliun, perluasan SBN hanya 5% setiap tahun atau Rp. 300 Triliun. Sementara kenaikan asset BUMN diatas 5% setahun. Apa engga ditabrak oleh investor, wong nilainya 20 kali dari underlying.
Setiap tahun anggaran, Jokowi hanya tanya kepada menteri keuangan. “ berapa kekurangan APBN, bu Ani ?Pastikan jangan hingga diatas 3% dari PDB. “
“ Ya pak. Di bawah 3% dari PDB.”
“ Ya udah tutupi kekurangannya itu?
“ Siap pak.”
Kemudian menteri keuangan perintahkan Dirjen untuk atur penerbitan SBN. Uang akan akan mengalir ke kas negara. Jokowi engga perlu melobi presiden AS atau Jepang atau Cina untuk dapatkan pinjaman. Justru mereka sibuk tawarkan uang kepada Jokowi. Jokowi hanya sibuk blusukan keseluruh Indonesia untuk supervisi proyek secara langsung. Kalau ada penyimpangan, KPK siap cokot siapa saja. Jokowi tetap santai piara kambing dan bagi bagikan sepeda kepada rakyatnya seraya menunjukkan tebakan jenaka. Makanya satu satunya yang membuat iri elite politik terhadap Jokowi yaitu kemampuannya membuat financial resource, unlimited resource. Money follow program!
Tapi orang lupa kalau Jokowi bisa menjadi creator financial egineering dan dipercaya market sebab perilaku mentalnya yang positip. Dari kesederhaan perilaku dan perbuatannya , tidak sulit baginya untuk mengundang orang untuk mengambil langkah keyakinan melalui sepatah kata perihal apa yang mungkin , membuat sebuah ilham kolektif. Semua itu tercermin dari caranya berpikir ( way of thinking ) , mencicipi ( feeling ) dan kemampuannya memfungsikan semua potensi positip ( functioning ) , sebuah cara hidup (the way of life ) dan cara menjadi ( way of being ) yang transformative. Uang itu yaitu nilai. Nilai yang infinity yaitu susila atau bahasa mesranya mental positip. itulah yang tidak dimiliki oleh PS yang selalu mengundang pesimis dan rasa takut. Negatif molo.
Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/