Neolib ?

Ketika  SBY mencalonkan diri sebagai president dan menentukan Boediono sebagai Wakil  President, teman aku yang bekerja sebagai investment analysis di salah satu bank di Singapore menyampaikan bahwa  SBY cerdas dengan mengikuti kehendak pasar untuk menjadi pemenang. Mengapa? sebab Boediono is market request. Saya hendak murka sebab kata katanya itu. Namun aku redam dengan menanyakan alasannya. Dia berkata bahwa para investor dunia inginkan Indonesia sebagai pasar untuk memenuhi kelebihan kapasitas produksi mereka dan pada waktu bersamaan mereka inginkan Indonesia membuka akses seluas mungkin untuk mereka menguras sumber daya alam. Bagi hasil dan pajak yang didapat dari investasi SDA itu harus dipakai habis untuk belanja barang import sehingga Indonesia akan terus tergantung dengan Asing baik untuk konsumsi maupun produksi. Dengan tegas aku katakan bahwa beliau terjebak dengan mitos . Indonesia terlalu besar untuk didikte oleh pasar dan investor. Kata saya. Indonesia Negara yang merdeka dengan kekuatan tangan sendiri bukan hadiah dari colonial seperti  Singapore dan Malaysia. Teman itu hanya tersenyum namun terkesan beliau mentertawakan kebodohan aku yang tidak percaya bahwa penguasa negeri aku hanyalah agent dari kekuatan modal international. Namun bagaimanapun beliau teman saya. Tentu beliau berhak bersikap ibarat itu , dan aku tetap dengan keyakinan aku bahwa para pemimpin Negara aku yaitu orang yang amanah sesuai dengan amanat 45 untuk keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejak SBY terpilih kembali sebagai Presiden dan Boediono sebagai Wakil, benarlah bahwa pasar bereaksi positip. IHSG naik. Rupiah menguat. Arus modal masuk dengan deras.  Namun mulai tahun kemudian pertumbuhan ekonomi mulai terganggu untuk nanjak, dan tahun ini terbukti  keadaan ekonomi menurun didera  angin ribut deficit neraca perdagangan. Rupiahpun ikut jatuh. Paket kebijakan dikeluarkan untuk itu, termasuk BI melawan pasar dengan menaikan suku bunga. Namun pasar tetap tidak peduli. Rupiah melemah. Chatip Basri mengatakan bahwa  Kebijakan pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia yang tengah memburuk ternyata diadaptasi dengan ajakan investor asing. Ini merupakan isu utama yang harus ditangani pemerintah. Apa yang dikatakannya telah membuka tabir yang selama ini tertutup rapat oleh awan konspirasi antara absurd dan elite politik. Bahwa investor mengontrol kekuasaan negeri ini. Minggu kemudian aku bertemu lagi dengan teman dari Singapore itu namun sekarang beliau tidak lagi bekerja di Singapore tapi di Hong Kong sebagai Financial Consultant untuk penerbitan Municipal Bond bagi PEMDA di China. Saya katakan bahwa beliau benar. Kaprikornus apa sebetulnya yang diinginkan investor? Tanya saya. Intinya yaitu  Investor engga peduli paket kebijakan pro sektor real, BLT, pengurangan subsidi BBM. Investor engga peduli itu semua. Investor inginkan kebijakan luas dan longgar untuk investasi. Hapus semua ketentuan yang memaksa investor  untuk mengikuti kepentingan nasional. Titik. 

Jadi apa sebetulnya isu utama yang harus ditangani pemerintah itu? tanya saya. Karena aku ingin tahu konkritnya. Maklum sepengetahuan aku hampir semua impian investor telah dipenuhi oleh Indonesia. Apalagi ? Menurutnya ada enam issue yaitu 1. UU mengenai keharusan perusahaan tambang mengolah didalam negeri atau keharusan membangun smelter didalam negeri. UU ini harus ditunda atau direvisi sesuai kehendak investor. 2. Hampus ketentuan quota import terhadap komoditas pertanian dan daging. 3. Batalkan rencana moratorium tambang yang dikelola oleh Freeport. 4. Tunda FTA dengan China. 5. Hapus semua subsidi yang ada didalam pos APBN. 6. Memberikan kesempatan luas untuk menempatkan "orang " yang di endorsed pasar ( investor ) untuk menjadi presiden supaya kelangsungan kebijakan pro pasar tetap terjaga. Saya tidak tahu apakah benar ini yang di inginkan investor. Siapa investor itu sebenarnya? Teman aku itu menyampaikan bahwa The FED berperan besar untuk menjaga dana stimulus dari QE tetap parkir di Indonesia sehingga ekonomi Indonesia sanggup selamat dari serangan kejatuhan mata uang. The FED tidak perlu mengeluarkan kebijakan khusus untuk itu. The Fed cukup menunjukkan sinyal kepada pasar dan dana tidak akan keluar dari Indonesia., Maka selamatlah ekonomi Indonesia. Siapa the FED itu? ya itulah "bank central" Amerika ,lembaga private yang sahamnya dikuasai oleh group Yahudi. Demikian uraiannya. 

Sayapun mulai melirik kepada  Team Ekonomi Kabinet SBY. Meneg BUMN, sukses menrestruktur BUMN untuk profit oriented dan bukan social oriented sebagaimana misi BUMN dalam bidang Public Service Obligation ( PSO). Iapun sukses dan pasar menilai beliau pantas menjadi Capres.  Menteri Perdagangan sukses menciptakan Indonesia semakin tergantung akan komoditas Impor  apa saja  dan sekaligus menciptakan Petani dan Peternak dalam negeri kalah bersaing dengan produk import. Iapun berdasarkan pasar pantas menjadi Capres.  Menteri ESDM menunjukkan konsesi tak terbatas kepada investor sehingga mereka sanggup menyebabkan block MIGAS sebagai collateral mendapat pemberian Bank. Dampaknya Indonesia tak mungkin lagi merevisi konsesi agreement itu sebab secara hokum Indonesia tak lagi berkuasa atas block MIGAS. Secara hukum, Resource MIGAS kita sudah terjual haknya dan kita akan menjadi net BUYER BBM nomor lima terbesar didunia, dan sekaligus sebagai biang menciptakan deficit neraca perdagang. Dia memang bukan Capres tapi beliau team konvensi Capres Partai Demokrat. Semua itu terjalin begitu sistematisnya dibawah koordinasi Menteri Perekenomian yang juga akan menjadi Capres, dan tentu pasar akan mendukunnya. Team Ekonomi Kabinet SBY memang orang orang yang qualified untuk diterima oleh pasar. Ternyata semua wacana Neolib bukanlah mitos. Kini semua itu dibuka dengan kejujuran intelektual oleh seorang putra minang , Chatib Basri, yang dipercaya sebagai menteri keuangan RI. Masalahya yaitu apakah kita masih percaya dan menentukan mereka sebagai presiden atau tidak? apakah kita ingin tetap terjajah atau terhomat dinegeri sendiri?

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait