Pks Vs Sby

PKS dan Partai Demokrat mustahil bisa bersatu. Ini menyerupai Air dengan Minyak.Seberapa hebatnya usaha untuk bersatu namun secara chemistry tetap mustahil bisa bersatu. Namun PKS sanggup bersatu dengan SBY. Demikian kata teman aku kemarin waktu bertemu di Bandara.  Mengapa demikian? PKS yakni partai idiologi. Dimana kekuatannya ada pada platform politik itu sendiri. Sementara Partai Demokrat yakni SBY.  Sehebat apapun elite democrat berkelit wacana ini, faktanya semua tahu bahwa hanya SBY yang bisa menjatuhkan Anas yang terpilih secara demokratis lewat munas.  Itu artinya Partai Demokrat yakni SBY. Titik.  Bagaimana visi misi Partai Demokrat maka lihatlah pribadi SBY, yang kelak akan turun kepada keluarganya. Semua kader democrat yakni petualang sejati yang hanya sekedar mencari kesempatan pribadi masing masing. Bila Partai democrat tidak lagi menunjukkan kesempatan maka para kader itu akan pergi dengan begitu saja. Tidak akan  ada airmata sesal dari mereka bila harus menyebrang ke Partai lain. Berbeda dengan PKS dimana membangun Partai yakni membina kader. Membina kader yakni merperkuat visi dan misi partai sebagai alat usaha demi tegaknya keadilan dan tercapainya kesejahteraan bagi semua.

Mungkin lantaran Partai Demokrat yakni SBY maka tidak begitu sulit bagi Demokrat awalnya untuk menarik PKS dalam koalisi. Karena secara pribadi memang tidak ada yang salah dengan SBY. Track record nya di militer dan di Kabinet semasa GusDur, Megawati, sangat baik. Bahkan SBY dikenal sebagai militer intelektual yang berhasil menanamkan reformasi ditubuh TNI. Artinya darah SBY yakni Pancasila dan ini tidak bertentangan dengan Islam. Itu sebabnya PKS lebih enjoy berkoalisi dengan SBY dibandingkan dengan Megawati ( PDIP) sebagai oposisi. Lantas mengapa sesudah koalisi terbentuk, PKS tidak pernah seiring sejalan dengan SBY ? Inilah yang orang kebanyakan lupa wacana tipikal Partai idiologi bahwa mereka sudah punya system alert yang bisa dengan cepat menciptakan mereka bersikap. Contohnya ketika 2009 SBY menunjuk Boediono sebagai Wapres. PKS pribadi bereaksi dengan menentang. Walau jadinya tidak bisa menahan namun bukan berarti Boediono bebas. Terbukti Mei 2010 Bersama Golkar dan PPP, PKS mendukung pengusutan penjaminan Bank Century dalam rapat paripurna DPR. Publik tahu bahwa problem Century bekerjasama dengan posisi Boediono.

Para Menteri yang juga yakni kader PKS, mirip di MekomInfo dan Pertanian, termasuk pos yang sangat strategis namun oleh UKP4 dianggap tidak beprestasi. Raportnya merah. Benarkah ? teman aku dengan tegas menyampaikan bahwa ini bukan soal prestasi kerja tapi loyalitas kepada President. Kedua menteri itu selalu menjalankan aktivitas Partainya , bukan aktivitas Presiden. Disamping itu team PKS yang ada di dewan perwakilan rakyat walau masuk dalam koalisi pemeritah namun menjadi pendukung setia para Menteri tersebut dan sama sama berjuang melancarkan aktivitas Partainya. Itulah sebabnya banyak keluhan dari dunia usaha pengejar rente yang merasa dirugikan oleh kader PKS yang ada dikabinet. Ini tentu berdampak tidak mulusnya aktivitas SBY pada kedua pos Kementrian itu, yang juga berimplikasi kedua kementrian itu tidak bisa bekerja optimal.  SBY memang geram dan berusaha menekan PKS dengan segala cara. Apakah PKS diam? Tidak ! Desember 2010 ,PKS mengancam menciptakan poros gres menyempal dari koalisi bersama PKS, PKB, PAN, dan PPP. Keadaan ini menciptakan suasana memanas dan jadinya redam begitu saja. Namun kembali PKS berulah, Februari 2011, mendukung hak angket dewan perwakilan rakyat untuk menilik bandit pajak. PKS pribadi berhadapan dengan Partai Demokrat yang dengan gigih menciptakan hak angket itu kandas di Rapat Paripurna DPR.

Sebetulnya apa yang menciptakan PKS selalu berseberangan dengan Partai Demokrat? Tanya aku dengan kebingungan. Menurutnya PKS itu anti Neoliberal. Idiologi PKS bekerjsama yakni keadilan social atau sosialis kanan, yang niscaya berseberangan dengan neolib yang pro kapitalis. Paranoid  politik ? Tidak,kata teman itu dengan tegas.  Bahwa PKS punya map usaha yang konkrit. Para Kader PKS disamping yang visible tapi juga banyak yang invisible. Mereka ada disemua elemen masyarakat. Informasi dari mereka inilah yang dijadikan contoh oleh PKS dalam bersikap dan berjuang. Itu sebabnya mereka menentang Pak Boediono lantaran Neolib. Itu sebabnya mereka tidak bisa mendapatkan aktivitas liberalisasi Pertanian lantaran kawatir petani , nelayan, peternak tidak bisa bersaing dengan asing. Menolak liberalisasi penuh Telekomunikasi lantaran ingin memastikan operator telekomunikasi tetap dibawah kendali lokal. Itu sebabnya mereka memaksa hak angket pajak lantaran bekerjsama mereka tahu bahwa semua TNC minyak dan Tambang itu memanipulasi pajak. Itu sebabnya mereka ikut dalam hak angket Century lantaran ingin merubah system moneter yang terlalu liberal sehingga mengurangi otoritas Negara mengendalikannya. Itu sebabnya mereka menentang kebijakan pengurangan subsidi Minyak lantaran mereka tahu niscaya bahwa ini akhir pro neoliberal yang lambat namun niscaya mengurangi fungsi social APBN. 

Kalau begitu SBY neolib ? Benarkah ? Tanya saya. Siapapun tidak pernah menyadari beliau akan masuk perangkap Neolib. Itu tiba dengan sendirinya ketika orang punya kekuasaan dan beliau harus berhadapan dengan banyak pilihan platform dalam mengambil keputusan. SBY , sadar atau tidak sadar baginya Neolib yakni cara yang gampang dan kondusif untuk menjalankan kekuasaanya. Inilah konsekwensi dari system demokrasi yang pragmatisme. Berbeda dengan kader partai idiologi mirip PKS , mereka tidak akan terjebak dengan idiologi lain. Walau mereka ditempatkan di dalam kabinet namun mindset mereka tidak akan berubah dan tetap istiqamah dengan aktivitas idiologinya. Kalau begitu,kata saya, bahwa keliatannya tidak ada pilihan bagi SBY kecuali harus pecah kongsi dengan PKS. Karena jika dipertahankan akan semakin menyulitkan bagi SBY. Teman aku itu tersenyum. Tidak mungkin SBY berani mendepak PKS secara kasar. Karena bila PKS keluar dari koalisi maka bargain position Golkar akan semakin berpengaruh didalam koalisi. Bagi SBY jauh lebih baik bertikai dengan PKS ketimbang bertikai dengan Golkar. Situasi inilah yang selalu menciptakan SBY tidak pernah tegas terhadap PKS,  dan menciptakan PKS tidak pernah melangkah surut walau dihantam dengan aneka macam peluru kendali...Mungkin saja PKS tersingkir dari koalisi dan ketika itulah pro-neolib akan mengontrol kekuasaan. SBY hanya sebagai endorsement. 

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait