Kamu tahu ucapan Keynes yang populer itu, kata teman saya kemarin waktu makan malam, bahwa yang niscaya dimasa depan kita semua akan mati. Hidup dan sejarah, berdasarkan Keynes, terdiri dari proses jangka pendek, short runs. Makara yang bicara wacana jangka panjang ialah orang yang tidak pernah baca sejarah. Manusia tidak ada yang hidup layak lebih dari 60 tahun kecuali menjadi beban orang lain. Karenanya ialah lucu bagi generasi kapitalis bila harus berakit rakit kehulu berenang ketepian, bersakit sakit dahulu, bahagia kemudian. Kalau dapat ke hulu atau ketepian naik speed boat kenapa harus pakai rakit atau berenang. Walau sebab itu ongkos naik speed boat harus berhutang. Bagaimana membayarnya sehabis hingga dihulu atau ditepian? Tanya saya. Jangan kau pikirkan soal nanti, pikirkan saja hari ini. Besok itu semua orang akan mati. Yang harus kau lakukan hari ini bahwa kau tidak harus berlelah menaik rakit menuju kehulu dan tak berlelah berenang hingga ketepian. Pahamkan! Kalau kau tetap berpikir lebih baik bercermin bangkai daripada hidup berhutang, lebih baik berkalang tanah daripada kaya berhutang, maka bahwasanya kau tidak lagi hidup dalam realitas. Mengapa ? Hutang RI kini sebesar Rp1.903,21 triliun. Itu artinya setiap penduduk Indonesia berhutang sebesar Rp. 7,600.000, temasuk bayi yang ada dalam perut ibu.
Saya hanya membisu saja. Karena saya tahu bahwa teman ini sedang larut dengan emosi lewat analogi. Kamu dapat saja berkata bahwa kau tidak pernah teken janji hutang sehingga kau tidak dapat dimasukin dalam katagori berhutang. Tapi tanpa kau sadari bahwa kau telah meneken janji hutang itu saat kau masuk kedalam system demokrasi. Ini bukan system tiran yang mengancam dengan pedang atau pestol bagi penentang. Kamu bebas. Free entry free out. Kamu mengendorsed system yang diajukan oleh segelintir orang dan lalu dengan suka rela kau menentukan orang orang untuk duduk di Legislative dan executive. Bagaimana kau dapat berkelit bahwa kau tidak mengakui berhutang? Memang sehabis itu kau tidak merasa membayar hutang itu dari kantong sendiri. Negara punya cara mahir memastikan hutang terbayar dari kantong kamu. Caranya ? barang barang akan naik secara lambat tapi pasti. Kenaikan harga itu bukanlah sebab factor demand and supply dimana barang sedikit namun seruan banyak. Bukan !. Kenaikan itu terjadi by design lewat system. Negara terus berhutang untuk hari ini dan akhirnya nilai uang tergerus. Para industriawan berhitung harga pokok produksi dengan menghitung nilai uang yang tergerus. Para pedagang berhitung harga pokok penjualan dengan menghitung nilai uang yang tergerus. Para buruh menuntut honor naik dengan menghitung nilai uang yang tergerus.
Disamping itu , by system tidak ada satupun acara yang dapat tumbuh dan berkembang tanpa hutang. Socialis maupun kapitalis , sama saja. Industriawan butuh hutang untuk memicu produksi. Pedagang perlu hutang untuk menjaga stok barang dan menjamin supply. Karyawan butuh hutang untuk kebebasan berkonsumsi mendapat rumah dan kendaraan. Kalau sudah begitu bagaimana kau dapat berkelit lagi bahwa kau tidak berhutang. Duniamu, lingkunganmu semua terjerat dalam system berhutang itu. Setiap kau beli barang atau jasa, itu tandanya kau sedang mengansur hutan Negara, hutang industriawan, hutang pedagang. Ingat itu!. Apakah kehidupan ibarat ini sehat? Tanya saya. Dia hanya melongo namun wajahnya terkesan mencibir perilaku saya. Firman Allah “Maka jikalau kau tidak meninggalkan riba maka ketahuilah bahawa Allah dan rasulNya menyatakan perang terhadap kalian. (Surah al-Baqarah: Ayat 279). Mohon kau pahami apa kata Allah itu, kata saya. Hutang dan berhutang lewat system rente itu ialah Riba, dan Allah menyatakan perang kepada kita. Apakah kita mampu berperang dengan Allah, sang Maha Pencipta , Berkuasa diatas Segala galanya itu? Amerika dan Eropa kurang mahir apa? Nyatanya jatuh tersungkur sebab Riba.
Ada sebuah kritik yang tiba dari Friedrich von Hayek, guru besar asal Austria yang mengajar di London School of Economics. Hayek menyaksikan bagaimana Negara yang gagal mengatur dana Riba itu, dari inflasi terkendali menjadi tak terkendali. Kekayaan menciut habis. Pabrik kehilangan permintaan. Buruh kehilangan pekerjaan. Pedagang dililit hutang sebab stok tak terjual. Orang kebingungan ibarat orang asing (QS. Al-Baqarah 275 ). Biasanya tidak tahu lagi siapa yang harus disalahkan. Ini kehendak pasar,kata mereka. Tapi itulah buah dari berperang dengan Allah. Semua yang terlibat ialah musuh Allah. Rasulullah S.A.W. telah melaknat pemakan riba, orang yang menawarkan riba, orang yang menjadi penulisnya dan saksi-saksinya. Kemudian Rasulullah S.A.W. mengatakan: Mereka semua ialah sama. (Riwayat Muslim, Nasai, Abu Daud, Tarmizi dan Ibnu Hibban). Usai makan malam kami berpisah. Saya puas dengan keyakinan saya walau saya tidak berdaya merubahnya, namun setidaknya seumur hidup saya tidak pernah berhutang lewat system Riba , juga tidak punya deposito di bank. Kepada Allah saya berserah diri atas kelemahan dan kebodohan saya berada didalam system “orang gila”.
Sumber https://culas.blogspot.com/