Showing posts sorted by relevance for query berperang-dengan-allah. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query berperang-dengan-allah. Sort by date Show all posts

Allah Maha Perkasa..


Ada kisah. Seorang berjulukan Abrahah. Ia yaitu Raja Yaman yang berasal dari Habasyah (Ethiopia). Dia masih keturunan Bani Kanisah di Shanaa. Abrahah berniat untuk memindahkan ziarah Suci ke Yaman. Oleh alasannya yaitu itu beliau bersumpah akan menghancurkan Ka’bah yang ada di Makkah. Pada tahap awal , ia melaksanakan provokasi dengan mengirim pasukan  berkuda yang di pimpin Al-Aswad bin Maqsud ke Makkah. Tanpa perlawanan apapun, ia berhasil menjarah harta benda penduduk makkah, termasuk dua ratus ekor unta milik Abdul Muththalib, kakek Rasul. Ketika itu, Abdul Muththalib yaitu pemimpin dan tokoh orang-orang Quraisy. Setelah itu Abrahah mengutus Hanathah Al-Himyari pergi ke Makkah, 

 “Tanyakan siapa pemimpin dan tokoh negeri ini, lalu katakan kepada pemimpin tersebut, bahwa bekerjsama Abrahah berkata kepadamu, ‘Sesungguhnya kami tiba ke daerah kalian tidak dengan maksud memerangi kalian. Kami tiba untuk menghancurkan Ka’bah. Jika kalian tidak menghalang-halangi kami dengan mengumumkan perang melawan kami, kami tidak butuh darah kalian. Sebaliknya, bila pemimpin tersebut bermaksud memerangiku, maka bawa beliau kepadaku.” kata sang Raja, Abrahah.

Tiba di Makkah, Hanathah menemui Abdul Muththalib yang di ketahuinya sebagai pemimpin kaum Qurais dan menjelaskan kepadanya apa yang diperintahkan Abrahah. 

“Demi Allah, kami tidak ada maksud untuk memerangimu, alasannya yaitu kami tidak memiliki kekuatan untuk itu. Ka’bah yaitu Rumah Allah yang suci dan rumah kekasih-Nya, Ibrahim AS. Jika Allah melindunginya, itu alasannya yaitu Ka’bah yaitu Rumah-Nya dan rumah suci-Nya. Jika Allah tidak melindunginya, demi Allah, kami tidak memiliki kekuatan untuk melindunginya. ” Kata Abdul Muththalib. 

“ Baiklah. Mari ikut aku, alasannya yaitu saya diperintahkan pulang membawamu.” Kata Hanathah.

Kemudian Abdul Muththalib dangan di kawal sebagian anak-anaknya pergi bersama Hanathah. Tiba di barak Abrahah, Abdul Muththalib menanyakan Dzu Nafr, alasannya yaitu ia sahabatnya. Ketika berjumpa dengan Dzu Nafr di tahanan

“Wahai Dzu Nafr, apakah engkau memiliki kekuatan untuk mengatasi petaka yang menimpa kita?” Kata , Abdul Muththalib.

“Apalah artinya kekuatan tawanan raja? Ia menunggu kapan di bunuh, pagi hari atau sore hari? Aku tidak memiliki kekuatan sedikit pun untuk mengatasi petaka yang menimpamu. Namun Unais, pengendali unta yaitu sobat karibku. Aku akan tiba kepadanya lalu saya perintahkan beliau untuk berbuat baik kepadamu, menjelaskan kepadanya bahwa hakmu amat besar, dan memintanya mempertemukanmu dengan Raja Abrahah, lalu engkau berkata kepadanya apa saja yang engkau inginkan, serta membelamu dengan baik di sisinya, bila ia bisa melakukannya.”

Kemudian Dzu Nafr menemui Unais,

 “Sesungguhnya Abdul Muththalib yaitu pemimpin orang-orang Quraisy, dan pemilik rombongan dagang Makkah. Ia memberi makan orang-orang di dataran rendah, dan hewan buas di puncak gunung. Sungguh, Raja Abrahah telah mengambil dua ratus ekor untanya. Oleh alasannya yaitu itu, mintakan izin untuknya biar ia bisa bertemu dengan Raja Abrahah, dan berilah pembelaan kepadanya sesuai dengan kemampuanmu!” 

“Itu akan saya kerjakan.” Jawab Unais 

Kemudian Unais menghadp Abrahah,
“Paduka raja, bekerjsama pemimpin Quraisy sedang berada di pintumu untuk meminta izin bertemu denganmu. Ia pemilik rombongan dagang Makkah, memberi makan orang-orang di dataran rendah, dan hewan buas di puncak gunung. Izinkan beliau masuk biar ia bisa mengutarakan maksudnya kepadamu!” 

Abrahah mengizinkan Abdul Muththalib masuk ke dalam tenda. Kali pertama melihat Abdul Muththalib , tahulah Abrahah bahwa tamunya yaitu orang yang paling tampan, dan paling agung. Abrahah memuliakan Abdul Muthalib, mengagungkannya, dan menghormatinya dengan tidak menyuruhnya duduk di bawahnya. Abrahah tidak suka dilihat orang-orang Habasyah mendudukkan orang lain di atas singgasananya. Oleh alasannya yaitu itu, ia turun dari singgasananya, lalu duduk di atas permadaninya dan mendudukkan Abdul Muththalib di sebelahnya.

Pembicaraan di bantu oleh penerjemah. 
 “Apa keperluanmu.” Kata Abrahah
“ Mohon kembalikan  dua ratus ekor unta saya” Kata Abdul Muththalib
" Aku pikir tadi engkau tiba mengharapkan saya biar tidak menghancurkan daerah Suci agama nenek moyangmu. Tapi ini justru engkau meminta unta milikmu yang saya ambil. "
Sesungguhnya saya yaitu pemilik unta, dan saya berkewajiban untuk mempertahankannya.
" Bagaimana dengan Ka'bah , rumah suci agama nenek moyangmu? 
 “Itu milik Allah. Itu terserah antara engkau dengan-Allah

***
Kisah tersebut di muat dalam hadith dan di singgung dalam  AL Quran. Ini sebuah pembelajaran bagi kita penganut agama Tauhid. Tidak ada alasan kita menabuh genderang perang untuk sesuatu milik Allah yang akan di ambil orang, atau firman Allah yang di lecehkan orang lain. Allah tidak perlu di bela untuk menjaga agama dan firmanNya biar tetap hidup di dunia ini. Allah itu Maha Perkasa, Maha Pengurus, Maha Besar. Apakah kita lebih hebat di bandingkan Allah, sehingga bawa perasaan seakan jadi jagoan membela Allah. Tugas kita sebagai insan yaitu mempertahankan apa yang menjadi hak kita. Dan benarlah dalam sejarah Pasukan Abrahah di luluh lantakan oleh sekawanan burung yang di kirim oleh Allah. Ka'bah hingga kini tetap di tempatnya tanpa terusik sama sekali.  Agama Tauhid yaitu keimanan tak  bertepi terhadap kekuasaan Allah, dan berserah diri tanpa syarat. Karena kesepakatan Allah itu pasti, bahwa hanya Dia yang akan menjaga Agama dan Al Quran, bukan manusia.

Bagaimana dengan kita sebagai insan ?  Sayyid Qutb mengatakan,”Bagaimana orang-orang beriman menolong Allah sehingga mereka menegakkan persyaratan dan mendapat apa yang di syaratkan bagi mereka berupa kemenangan dan diteguhkan kedudukan ?” Beliau melanjutkan,”Sesungguhnya mereka memurnikan Allah dalam hati mereka dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu baik syirik yang faktual maupun yang tersembunyi serta tidak menyisakan seseorang atau sesuatu pun bersama-Nya didalam dirinya. Dia menyebabkan Allah lebih di cintai dari apapun yang beliau cintai dan sukai serta meneguhkan hukum-Nya dalam keinginan, aktivitas, diam, ketika sembunyi-sembunyi, terang-terangan maupun ketika malunya, maka Allah akan menolongnya dalam diri mereka. Jadi menolong Allah itu yaitu memperkuat tauhid dalam diri kita tanpa terjebak dengan simbol apapun. 

Apabila ada orang atau penguasa merampas harta kita dengan semena mena, kita wajib berperang dan menyabung nyawa untuk itu. Kalau ada orang atau penguasa melarang kita melaksanakan keyakinan kita beragama, maka wajib kita lawan. Ini jihad. Perang penaklukan beberapa wilayah di zaman Rasul dan lalu di zaman Sahabat Rasul, semua alasannya yaitu hak umat islam berniaga dan melaksanakan ritualnya di larang oleh penguasa. Dan juga umat islam di ancam nyawanya alasannya yaitu keyakinannya. Mempertahankan hak langsung kita yaitu bab dari Tauhid. Karena tidak ada yang perlu di takuti di dunia ini kecuali Allah. Namun untuk itupun perjuangan persuasi di tempuh terlebih dahulu biar di sanggup saling pengertian tanpa harus berperang. Namun bila perjuangan perdamaian dan kompromi tidak mencapai hasil, maka perang di lakukan. Itupun syarat perang sangat ketat. Tidak boleh membunuh wanita, anak anak, orang tua, bahkan di larang memperabukan daerah ibadah serta menebang pohon.

Jadi perang yang di lakukan umat islam pada generasi pertama itu berdimensi moral, bukan penaklukan demi kekuasaan semata. Karena terbukti sehabis penaklukan di capai, tidak ada pemaksaan terhadap agama , dan butuh waktu usang hingga islam di terima oleh penduduk yang di taklukan. Syiar islam hingga menyebar keseluruh pelosok bumi ini bukan alasannya yaitu pedang dan kebencian tapi dengan semangat cinta kasih sayang, tidak menghilangkan budaya lokal tapi memperbaiki budaya lokal biar sesuai dengan ruh Islam, tidak meminggirkan tapi merangkul yang berbeda, dengan penuh pemaaf dan berhati lapang menghadapi dilema tanpa di tunggangi nafsu duniawi yang hanya menciptakan pertikaian. Apalagi di kala kini dimana Hak langsung orang di lindungi oleh UU bukan hanya oleh aturan nasional tapi juga international. Tidak ada alasan lagi untuk berperang. Era kini umat islam harus di garis depan menebarkan cinta dan kasih sayang sebagai ujud Islam yaitu rahmat bagi semua.


Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Riba...

Kamu tahu ucapan  Keynes yang populer itu, kata teman saya kemarin waktu makan malam, bahwa yang niscaya dimasa depan kita semua akan mati. Hidup dan sejarah, berdasarkan Keynes, terdiri dari proses jangka pendek, short runs. Makara yang bicara wacana jangka panjang ialah orang yang tidak pernah baca sejarah. Manusia tidak ada yang hidup layak lebih dari 60 tahun kecuali menjadi beban orang lain.  Karenanya ialah lucu bagi generasi kapitalis bila harus berakit rakit kehulu berenang ketepian, bersakit sakit dahulu, bahagia kemudian. Kalau dapat ke hulu atau ketepian naik speed boat kenapa harus pakai rakit atau berenang. Walau sebab itu ongkos naik speed boat harus berhutang.  Bagaimana membayarnya sehabis hingga dihulu atau ditepian? Tanya saya. Jangan kau pikirkan soal nanti, pikirkan saja hari ini. Besok itu semua orang akan mati. Yang harus kau lakukan hari ini bahwa kau tidak harus berlelah menaik rakit menuju kehulu dan tak berlelah berenang hingga ketepian. Pahamkan! Kalau kau tetap berpikir  lebih baik bercermin bangkai daripada hidup berhutang, lebih baik berkalang tanah daripada kaya berhutang, maka bahwasanya kau tidak lagi hidup dalam realitas. Mengapa ? Hutang RI kini sebesar Rp1.903,21 triliun. Itu artinya setiap penduduk Indonesia berhutang sebesar Rp. 7,600.000, temasuk bayi yang ada dalam perut ibu.

Saya hanya membisu saja. Karena saya tahu bahwa teman ini sedang larut dengan emosi lewat analogi. Kamu dapat saja berkata bahwa kau tidak pernah teken janji hutang sehingga kau tidak dapat dimasukin dalam katagori berhutang. Tapi tanpa kau sadari bahwa kau telah meneken janji hutang itu saat kau masuk kedalam system demokrasi. Ini bukan system tiran yang mengancam dengan pedang atau pestol bagi penentang. Kamu bebas. Free entry free out.  Kamu mengendorsed system yang diajukan oleh segelintir orang  dan lalu dengan suka rela kau menentukan orang orang untuk duduk di Legislative dan executive. Bagaimana kau dapat berkelit bahwa kau tidak mengakui berhutang? Memang sehabis itu kau tidak merasa membayar hutang itu dari kantong sendiri. Negara punya cara mahir memastikan hutang terbayar dari kantong kamu. Caranya ? barang barang akan naik secara lambat tapi pasti. Kenaikan harga itu bukanlah sebab factor demand and supply dimana barang sedikit namun seruan banyak. Bukan !. Kenaikan itu terjadi by design lewat system. Negara terus berhutang untuk hari ini dan akhirnya nilai uang tergerus. Para industriawan berhitung harga pokok produksi dengan menghitung nilai uang yang tergerus. Para pedagang berhitung harga pokok penjualan dengan menghitung nilai uang yang tergerus. Para buruh menuntut honor naik  dengan menghitung nilai uang yang tergerus.

Disamping itu , by system tidak ada satupun acara yang dapat tumbuh dan berkembang tanpa hutang.  Socialis maupun kapitalis , sama saja. Industriawan butuh hutang untuk memicu produksi. Pedagang perlu hutang untuk menjaga stok barang dan menjamin supply.  Karyawan butuh hutang untuk kebebasan berkonsumsi mendapat rumah dan kendaraan. Kalau sudah begitu bagaimana kau dapat berkelit lagi bahwa kau tidak berhutang. Duniamu, lingkunganmu semua terjerat dalam system berhutang itu. Setiap kau beli barang atau jasa, itu tandanya kau sedang mengansur hutan Negara, hutang industriawan, hutang pedagang. Ingat itu!. Apakah kehidupan ibarat ini sehat? Tanya saya. Dia hanya melongo namun wajahnya terkesan mencibir perilaku saya. Firman Allah “Maka jikalau kau tidak meninggalkan riba maka ketahuilah bahawa Allah dan rasulNya menyatakan perang terhadap kalian. (Surah al-Baqarah: Ayat 279). Mohon kau pahami apa kata Allah itu, kata saya. Hutang dan berhutang lewat system rente itu ialah Riba, dan Allah menyatakan perang kepada kita.  Apakah kita mampu berperang dengan Allah, sang Maha Pencipta , Berkuasa diatas Segala galanya itu? Amerika dan Eropa kurang mahir apa? Nyatanya jatuh tersungkur sebab Riba.

Ada sebuah kritik yang tiba dari Friedrich von Hayek, guru besar asal Austria yang mengajar di London School of Economics. Hayek menyaksikan bagaimana Negara yang gagal mengatur  dana Riba itu, dari inflasi terkendali menjadi tak terkendali. Kekayaan menciut habis. Pabrik kehilangan permintaan. Buruh kehilangan pekerjaan. Pedagang dililit hutang sebab stok tak terjual. Orang kebingungan ibarat orang asing (QS. Al-Baqarah 275 ). Biasanya tidak tahu lagi siapa yang harus disalahkan. Ini kehendak pasar,kata mereka. Tapi itulah buah  dari berperang dengan Allah. Semua yang terlibat ialah musuh Allah. Rasulullah S.A.W. telah melaknat pemakan riba, orang yang menawarkan riba, orang yang menjadi penulisnya dan saksi-saksinya. Kemudian Rasulullah S.A.W. mengatakan: Mereka semua ialah sama. (Riwayat Muslim, Nasai, Abu Daud, Tarmizi dan Ibnu Hibban). Usai makan malam kami berpisah. Saya puas dengan keyakinan saya walau saya tidak berdaya merubahnya, namun setidaknya seumur hidup saya tidak pernah berhutang lewat system Riba , juga tidak punya deposito di bank. Kepada Allah saya berserah diri atas kelemahan dan kebodohan saya berada didalam system “orang gila”.

Sumber https://culas.blogspot.com/

Tanya?



Subuh itu Udin tiba ke Masjid. Lebih dari setengah era ia tidak berkunjung ke masjid ini. Karena usang rantau di arungi, jauh langkah di tempuh, menciptakan ia hampir melupakan daerah ia mengenal hakikat kehidupan. Tidak ada yang berubah sebetulnya dari Masjid ini. Kalaupun ada penambahan bangunan di belakang , itu hanya untuk daerah wudhu dan toilet. Maklum, dulu semasa kecilnya daerah wudhu berdekatan dengan air pincuran bambu yang airnya berasal dari pegunungan. Tapi sekarang, air pincuran di tampung kedalam Bak dan orang berwudhu melalui kran yang melekat di kolam itu. Namun, ada perubahan yang sangat mencolok. Jamaah sholat subuh hanya ada dua shap. Itupun kebanyakan orang tua. Kemana anak muda? 

" Lama tidak bersua. Kemana saja kau Din? Tanya teman sepermainannya. Yang kini tampak lebih renta dari usianya. 
" Merantau, Man. " Kata Udin sambil memeluk teman masa kanaknya. " Kok sedikt sekali yang jadi makmun sholat subuh ini? Saya membayangkan menyerupai kita kanak dulu. Selalu penuh padat oleh orang berjamaah" Sambung Udin.
" Entahlah. Din. Lambat namun pasti, surau semakin di lupakan anak muda."
" Apa sebabnya?
" Sejak Inyiak Labih meninggal sebagai Guru surau, di gantikan oleh guru dari Kota. Beginilah jadinya?
" Maksud kau ?
" Kamu kan tahu. Dengan Inyiak, kita memahami agama dengan hikmah. Kalau ia bicara, yang terdengar yaitu kesejukan. Kalau kita bertanya, jawabannya melapangkan yang sempit, meluruskan yang kusut. Jarang terdengar Inyiak menyebut firman Allah dalam  bahasa Arab. Selalu ia ungkapkan dalam bahsa ibu kita. Pahamlah kita setiap pituahnya.  Mengapa ? Dalam hidup ini banyak hal yang sulit di mengerti , bahkan terkesan paradox. Ingat engga kau pituah inyiak, banyak orang yang "gila"alias irasional tapi kau dilarang membencinya. Tetaplah mencintainya. Kadang kau berbuat baik tapi orang lain menuduhmu pencitraan. Tetaplah berbuat baik. Jika kau sukses akan banyak teman palsu dan musuh sejati disekitarmu. Jangan takut.Tetap capai kesuksesan. Seberapa besar kau memberi bantu kepada seseorang, ia akan dengan gampang melupakannya lantaran beberapa sebab. Tetaplah memberi bantu. Kejujuran itu pahit dan kadang mebuat orang lain terluka.Jangan takut untuk bersikap jujur.

Apa artinya ? apapun yang terjadi itu bukanlah antra dirimu dengan orang lain tapi antara kita dengan Tuhan. Kita dilarang merubah jalan kebenaran yang ditetapkan oleh Tuhan hanya lantaran perilaku orang lain. Kalau salah maafkan dan jangan ragu untuk memulai lagi semoga kau dan ia bermetamorfosis lebih baik. Kalau kau menghindarinya lantaran alasan tidak mempercayainya, membencinya lantaran perbedaan itu artinya kau tidak berjalan dijalan Tuhan tapi dijalan kau sendiri. Dijalan egomu. Selamanya kau menilai dirimu sendiri dan lupa orang lain juga menilaimu,dan Tuhan maha tahu bahwa kau terlalu menyayangi diimu sendiri dan lupa bahwa sebetulnya tugasmu harus menyayangi orang lain,apapun kondisinya.

Mengapa ? Kita semua  harus mejadi agent perubahan terhadap lingkungan khususnya lingkungan terdekat kita. Bagaimana kita bisa merubahnya menjadi lebih baik bila kita tidak bisa merebut cintanya hanya lantaran kita tidak lagi bisa mempercayainya. Banyak orang berkata "dia jahat, tetapi engkau sanggup menghindarinya. Islam berkata kepada pengikutinya " ia jahat, tetapi engkau sanggup mengubahnya". caranya ? jangan berjarak tapi bersedekatlah, maafkan dan lupakan,perbaruilah..Mari menjadi agent perubahan untuk rahmat bagi alam semesta." Kata teman Udin dengan mimik menyimpan kerisauan.
"Memangnya kini apa yang di ajarkan oleh guru pengganti inyiak itu?
" Dua pertiga yang yang keluar dari mulutnya yaitu firman Allah dan Hadih. Semua dengan bahasa arab. Dan kalau ia mentafsirkan, menciptakan apa yang kita pahami selama ini menjadi salah. Salah. Semua salah. Di bilang kita tidak kaffah. Pemerintah salah. Anak muda yang suka musik di bilang sesat. Perempuan yang tidak pakai jilbab di bilang kayu neraka. Memang tak banyak orang protes. Tapi lebih banyak yang membisu namun lambat laun orang menjauh dari surau. "
" Kenapa hingga malas "
" KIta orang kampung Din. Adat kita melatih kita berpikir bebas untuk memahami agama. Kita beragama semoga susila kita tegak. Adat kita bertumpu kepada Budi. Budi itulah keindahan yang menciptakan kita hidup damai. Bagi kita , syariat menyerupai sholat, puasa, dan lain lain yaitu metode mendekati Allah. Kaprikornus syariat itu, bukan tujuan tapi cara. Yang di tuju yaitu Allah. Cinta Allah. Nah, Guru selalu mempermasalahkan syariat itu. Sementara tujuan tidak  dia perhatikan. Terbukti ia tidak aib kalau uang infak sadakah masjid mengutamakan honornya dari pada memeriahkan masjid. Ini kan lucu. Hakikat dakwah itu yaitu ikhlas. Orang berdakwah lantaran ingin mendekatkan diri kepada Allah. Ingat engga kata Inyiak dulu, hidup hidupilah surau ini tapi jangan engkau mencari hidup dari surau ini. Inyiak mengamalkan apa yang ia katakan. Inyiak sehari harinya berdagang kain di pasar. Memang tidak menciptakan ia kaya tapi tidak menciptakan ia makan dari uang proteksi Masajid. "

Udin terdiam. 

Udin teringat pituah dari Inyiak dikala ia masih remaja. Inyiak mengajarkan insan harus memikirkan diri sebagai manifestasi Tuhan. God as me. Tuhan sebagaimana saya. Sebagaimana paham wahdatul wujud, bahwa kehendak seseorang bersatu dengan kehendak Tuhan. Pada tingkat tertentu, berdasarkan Inyiak, dalam pengalaman ruhani yang sangat tinggi, yakni paling ujung dari seluruh perjalanan sufi, insan tidak lagi bisa membedakan mana dirinya dan mana Tuhan. Pada tahap ini kemampuan nalar tak lagi berfungsi untuk membedakan antara khalik dan makhluk, antara Tuhan dan saya. Karena banyak sekali kejadian di alam ini tak lepas dari hasil yang dibuat oleh ajaran kita, persepsi kita, maka kita harus bertanggungjawab atas banyak sekali kejadian di sekitar kita.  Jodoh ,rezeki dan maut itu yaitu takdir dari Allah. Benar, lantaran itulah keyakinan orang ber-agama. Namun persepsi wacana takdir soal ini harus dipahami dengan baik semoga kita tidak frustasi ber-agama. Tidak berprasangka jelek kepada Allah.

Soal Jodoh? Inyiak mengajarkan bahwa benar jodoh itu telah di tentukan Tuhan namun engkau berperan menciptakan ketentuan Tuhan terwujud. Terwujudnya jodoh itu, cepat atau lambat atau tidak sama sekali berjodoh maka itu tergantung persepsi engkau sendiri wacana jodoh itu . Selagi jodoh itu atas dasar persepsi "keinginan"maka siap siaplah mendapat kesulitan mendapat jodoh, kalaupun sanggup maka siap siap lah berselancar di gelombang panas. Tidak siap, maka perceraian terjadi. Tapi bila persepsi wacana jodoh yaitu atas dasar "kebutuhan". Kebutuhan akan ibadah kepada Tuhan. Maka jodoh akan tiba dengan mudah. Bila kelak terjalin ikatan maka dua akan dipersatukan Tuhan, yang sulit di mudahkan, yang sempit akan lapang. " Nah, jujurlah pada diri sendiri apakah persepsi jodoh itu atas dasar keinginan atukah kebutuhan? liatlah diri mu seutuhnya dan nilaiah sendiri, kemudian liatlah sekeliling mu siapa yang pantas untuk mua..tunggu dan itu akan tiba dengan sendirinya..." Demikian pituan Inyiak yang tak pernah Udin lupakan.

Bagaimana dengan rezeki?  Inyiak pernah berkata bahwa Setiap makhluk di jamin rezekinya oleh Allah. Bumi di bentangkan Tuhan sebagai rezeki yang tak akan habisnya hingga hari kiamat. Ini jaminan Allah. Namun Tuhan tidak pernah kirim uang ke ke rekeningmu. Karena rezeki itu tidak di berikan begitu saja. Untuk makan saja engaku harus melewati proses dari menanam padi, merawatnya, memanennya, menggilingnya, dan memasaknya, kemudian menyuap nasi kemulut dan mengunyah untuk hingga keperut menjadi darah dan daging. Kalau persepsi engkau bahwa rezeki itu tiba dari mujizat atau akomodasi dari Tuhan lantaran banyak zikir dan berdoa tapi miskin ikhtiar maka engaku akan kalah bersaing dengan orang yang tak beragama. Kalah dengan orang yang beragama ala kadarnya namun percaya bahwa Tuhan tidak memberi akomodasi proses untuk meraih rezeki.

Namun , Udin ingat nasehat Inyiak " Kalau persepsi engkau bahwa rezeki itu yaitu atas dasar "keinginan" maka engkau tidak akan mendapat "rezeki" yang dimaksud Tuhan. Rezeki itu akan menyusahkan hatimu. Berlebih rezeki membuatmu rakus, sedikit rezeki semakin membuatmu kawatir akan hidup. Tapi kalau persepsi rezeki atas dasar " kebutuhan " maka rezeki itu akan tiba sebagai rezeki yang menentramkan lantaran bila berlebih ia akan berbagi, bila kurang yang di raih kau akan bersabar. Apapun itu baik bagimu, dan tentu  menyehatkan lahir batin."  Nasehat inilah yang menciptakan Udin cerdas menyikapi hidup. Cerdas merantau kemanapun ia pergi. Tak pernah merasa abnormal di bumi Allah dan tidak pernah sendirian di daerah ramai. Dimanapun ia di terima dengan tangan terbuka. Agama menciptakan ia gampang menyayangi orang dan tentu banyak yang suka dengannya. Akibatnya rezeki yang jauh mendekat, yang tak nampak, muncul, yang sulit menjadi mudah.

Bagaimana dengan kematian?  Semua orang niscaya mati.Ini takdir insan dari Tuhan.Demikian pituan Inyiak.  Sehebat apapun engkau menjaga kesehatan maka maut itu niscaya terjadi. Namun bila persepsimu bahwa maut itu hak Tuhan yang kapanpun bisa mati maka engkau akan lalai menjaga kesehatan sehingga merusak tubuhmu dengan sifat rakus dan tidak peduli menjaga kesehatan, dan berperang tanpa merperhatikan kekuatan diri, maka itu mati konyol. Tapi kalau persepsimu bahwa kehidupan yaitu berkah Tuhan,yang harus di jaga sebaik mungkin, di syukuri maka engkau tahu menjaga badan semoga tetap sehat dan menghindari bunuh diri lantaran hilang harapan. Karena engkau yakin bahwa dirimu, tubuhmu yaitu amanah terindah dari Allah, yang harus engkau jaga sebaik engkau menjaga kepercayaan di dadamu. Dengan begitu Kehidupan akan menjadi nilaimu sebetulnya untuk memaknai bahwa maut yaitu kebutuhanmu untuk paling bersahabat kepada Allah dalam cinta tak terbayangkan. Bukan maut lantaran keinginan untuk mendapat sorga yang Allah janjikan. Matilah dalam keimanan, lantaran engkau hidup berakal.. 

" Benar Jodoh, rezeki maut yaitu hak Tuhan namun engkau bertanggung jawab untuk mewujudkan takdir itu, dan untuk itu sebaiknya utamakan atas "kebutuhan", bukan lantaran "keinginan ". Demikian nasehat Inyiak. Udin meninggalkan surau itu sesudah usai Sholat subuh. Jalanan masih sepi dan Udin merasa sangat kaya lantaran akalnya selalu hidup untuk memperkuat kepercayaan dan berjuang tiada henti semoga  mencapai final sebaik baiknya kesudahan...

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Virtual Country...


Ketika Nabi Muhammad SAW meninggal, tak banyak sahabat yang mendampingi beliau, Karena semua sibuk perundingan proses suksesi sesudah dia wafat. Apa pasal ? alasannya ialah semasa dia hidup tidak ada SOP perihal bagimana proses suksesi itu. Jangankan SOP , bentuk negara aja tidak ada blue print nya. Padahal saat itu sudah ada kekuasaan berjulukan negara menyerupai Kerajaan Kristiani di Yarusalem dan Sasania di Persia. Padahal kalaulah dia inginkan kekuasaan itu menyerupai Dinasti islam menyerupai Turki Ustmani, Abassiah, tentulah putri dia sebagai penerus dia atau mantunya Ali Bin Abitalib yang juga sepupunya. Karena tidak ada platform sistem kekuasaan yang diwarisi, makanya musyarawarah diatara sahabat untuk melahirkan konsesus, Proses suksesi ditentukan diantara sahabatnya, dengan mengabaikan keluarganya.

Di Financial club Hong kong saya bertemu dengan sahabat wanita. Usianya sebaya saya. Cantik dan sangat terpelajar sebagai banker. Ibunya Jawa solo dan ayahnya Jerman. “ Jel, kau tahu, kehebatan anutan islam itu ialah anutan khilafah. Mengapa ? dalam islam setiap orang ialah khalifah, mereka pemimpin atas dirinya sendiri. Mereka memimpin kehidupan ini bersama Tuhan. Itulah kekuatan yang sangat dahsyat dalam dimensi ruang waktu , di zaman apapun. Nilai spiritual yang spektakuler saat Muhammad wafat ialah lahirnya negara virtual yang akan mengubah peradaban lebih baik yang berlandaskan bahasa Tuhan, rahmat bagi semua.

Yang membuat keyakinan bahwa Muhammad ialah utusan Tuhan ialah konsep negara virtual itu. Perhatikan Firman Allah dalam Al Quran, pada Al-Hujurat (49): 11 dan 13. Ada lagi pada Al-Anbiya' [2l]: 92, dan Al-Mu'minun [23]: 52). Perhatikan narasi berikut “ Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah membuat kau dari seorang lelaki dan seorang perempuan, dan Kami mengakibatkan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kau saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kau di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

“Janganlah satu qaum (kumpulan lelaki) mengejek qaum (kumpulan lelaki) yang lain. Jangan pula (kumpulan perempuan) mengejek (kumpulan) perempuan yang lain, alasannya ialah boleh jadi mereka (yang diejek) lebih baik daripada mereka (yang mengejek) . Mengapa ? Karena Allah berfirman "Sesungguhnya umatmu ini ialah umat yang satu" Indah sekali pesan Tuhan itu. Kalaulah islam itu disekat dengan dalil agama dalam ujud real struktur negara maka pesan cinta Tuhan itu akan hilang. Tidak ada lagi cahaya Islam sebagai penyampai pesan cinta dan kasih sayang Tuhan. Tidak ada lagi.

Apabila masih ada umat islam tidak paham ini maka perhatikanlah “ “Tak ada paksaan dalam agama,” begitu firman Allah dalam Al-Baqarah: 256. Makara mereka yang ingin memaksakan berdirinya negara islam, justru mereka menentang Al Alquran itu sendiri.

“ Yahudi dalam konteks zeonisme sudah usang membangun negara menyerupai itu, Untuk mewujudkan harapan tersebut, aneka macam bidang strategis harus mereka kuasai dan tidak menunjukkan peluang kepada selain kami. Mereka menguasai dunia gosip alasannya ialah diharapkan satu global system untuk alat propaganda jangka panjang dan massive. Mereka menguasai seluruh forum keuangan dunia, alasannya ialah dengan menguasai perekonomian global, roda kehidupan suatu bangsa lebih gampang mereka kontrol, dan sekaligus membuka jalan menuju harapan kembali ke tanah yang dijanjikan.

Tujuan mereka hanyalah mendirikan satu pemerintahan yang secara tersembunyi bisa mengatur dunia baru. Mereka tidak perlu menguasai jabatan negara secara formal, tetapi bisa menempatkan orang mereka dalam jajaran pengambil keputusan supaya melakukan rencana-rencana mereka. Di suatu negara, presidennya sanggup siapa saja , tetapi jiwa pemerintahan, struktur budaya, serta perekonomiannya harus tunduk dan diperbudak oleh sistem mereka. Tetap berjalannya waktu ,mereka memang berhasil. Tapi hanya berhasil menguasai pemimpin dan elite negara dikawasan itu. Hasilnya hanyalah paradox. Sangat menyedihkan. “

Saya masih setia menyimak.

Kini, kau tahu dear, hakikat khilafah itu ialah khalifah, itu ada di sini " katanya menunjuk kejantungnya " ia bukan struktur negara dengan simbol buatan manusia. Bukan. Namun nilainya membuat kedamaian dimuka bumi. Apapun model pemerintahan. Itulah Virtual negara islam. Ia itu telah eksis. Sebuah negara yang tak punya territory khusus namun dia terbentang dilima benua. Mereka berbeda dalam rupa maupun kulit. Mereka berbeda dalam banyak hal menyangkut sosekbudpol. Dari perbedaan itu mereka tertip walau tidak ada pemimpin tunggal menyerupai katholik dengan Vatican nya. Tidak ada menteri maupun dewan legislatif dalam negara itu. Tidak ada panglima Militer. Tidak ada APBN.

Diantara komunitas di lima benua itu terstruktur satu bangunan yang sangat kokoh. Mereka melangkah kearah yang sama. Setiap tahun populasinya terus bertambah dan bertambah. Mereka hidden power. Kalau ingin melihat bagaimana khilafah itu, maka lihatlah puncak ritual Haji di Arafah. Jutaan orang tiba dari seluruh penjuru dunia tanpa ada kekuasaan atau sumber daya yang menggerakan. Itulah mereka, itulah kekuasaan bersama Tuhan.

Bahkan kalau bisa dikatakan apa yang telah zeonisme capai tidak ada artinya dengan negara Islam virtual itu. Padahal zeonisme memakai segala kepintaran dan kekuatan dana maupun militer untuk mencapai menyerupai itu. Program globalisasi, liberalisasi, demokratisasi dan lain sebagainya sengaja kami plesetkan supaya merusak arah dari negara itu. Tapi tidak pernah berhasil membelokan aqidah mereka bersama Tuhan. Bahkan, globalisasi dimaknai negara islam virtual itu sebagai kegiatan internationalisasi mereka menguasai lima benua, liberalisasi dimaknai mereka sebagai kebebasan terstruktur mencapai tujuan secara efektif. Demokratisasi dimaknai mereka sebagai wahana kebersamaan mencapai tujuan bersama. Setiap upaya kami untuk memecah mereka justru membuat mereka semakin bersatu.”

Saya tetap menyimak.

CIA melalui operasi inteligent memunculkan Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang ulama alumni Al-Azhar Mesir dan pernah menjadi hakim di Mahkamah Syariah di Palestina, yang kemudian pada tahun 1953 di Al-Quds, mendirikan Hizbut Tahrir. Tujuannya supaya merusak kekuatan negara virtual islam ini. Mengapa ? AS tidak ingin ada kekuatan virtual islam dalam nerasi Arafah yang disenandungkan oleh semua pejiarah haji yang hanya mengagungkan Allah: satu tanpa dipersekutukan. Sementara AS sedang membangun narasi kekuasan dibawah kerajaan di timur tengah untuk melanggengkan hegemoninya atas tanah arab. Yang paling AS takutkan ialah munculnya hidden power dari virtual country menguasai Arab yang tentu akan mengutamakan keadilan bagi semua.

Sampai kini upaya CIA yang terhubung dengan jaringan yang rumit HT diseluruh dunia itu tidak pernah berhasil. Karena penguasa tunggal dari Virtual country islam itu ialah Allah. Mana ada insan bisa menjatuhkannya.

Kalau kau ingin tahu,dear bagaimana manifestasi Virtual Country islam itu sebenarnya. Maka lihatlah indonesia. Itu pola konkrit.Pancasila ialah code pesan Tuhan bagaimana cara memanifestasikan kehadiran Tuhan dalam kehidupan, berbangsa dan bernegara. Bacalah pembukaan Undang-Undang Dasar 45. Itu terang sekali pesan cinta Tuhan perihal negara islam dalam bentuk virtual di dirikan. Makanya berkali kali indonesia dilanda krisis politik, selalu baik baik saja, alasannya ialah Tuhan yang menjaga mereka…Makanya kalau ada orang ingin mendirikan negara islam atau khilafah dalam narasi Al Alquran dan Hadith , sebetulnya mereka berperang dengan Tuhan, dan mereka ingin perebutan kekuasaan Tuhan. Tak akan pernah berhasil….

Saya tersenyum. “ Kapan pulang ke Indonesia ? Kata saya. 
“ Aku kangen indonesia..kangen sekali. Nanti kalau pensiun, saya niscaya pulang.”
“ Ingatlah loh , presiden kita sekarang, lahir dari keluarga sama dengan ibu kamu, perempuan solo…” 

“ Ya perempuan jawa yang tahu arti berkorban dan menyayangi , untuk pria…”

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Koalisi Islam...

Dulu dikala Mursi  terpilih sebagai President Mesir, Partai Kebebasan dan Keadilan (Ikhwanul Muslimin) sebagai pendukungnya meraih bunyi 36,6 persen di Parlemen , diikuti partai garis keras Nour Salafi dengan 24,4 persen. Partai Islam moderat Wasat mendapat 4,3 persen. Kaprikornus partai-partai Islamis memimpin dengan 65 persen suara. Ini super majority sehingga kelompok-kelompok liberal tidak sanggup berbuat apa-apa di Parlemen. Tapi dikala Mursi bertekad untuk membersihkan Mesir dari Hakim yang korup, membersihkan birokrasi yang korup, menegakkan syariah islam justru terjadi perpecahan dalam barisan koalisi partai Islam. Karena memang awalnya kemenangan IM  dalam pemilu demokratis tidak didukung sepenuhnya oleh kekuatan islam didalam DPR dan diluar DPR juga tidak ada pemberian dari komponen usaha umat Islam Artikel Babo,seperti, Hizbuttahrir, Salafiyyun, Jamaah Jihad, Jamaah Islamiah, dan lain lain. IM juga tidak sanggup meyakinkan kelompok sekular dan katolik ,Islam liberal untuk mendukung agendanya. Berbeda dengan Erdogan di Turki yang sangat piawai mengelola konplik perbedaan tanpa mengorbankan visi misinya untuk Islam, dan memang kekuatan Partai AKP sangat solid persatuannya. Dalam hal Mursi di Mesir, memang tidak adanya persatuan diatara partai islam dan pejuang islam serta gagal meyakinkan kelompok sekular bahwa Islam itu the best way. Mursi dijatuhkan oleh Militer lantaran memaksakan agendanya tanpa ada pemberian penuh dari semua kekuatan. Dimanapun memang militer memungkinkan mengambil alih kekuasaan apabila pemerintah melanggar Undang-Undang Dasar dan keamanan dan ketertiban nasional terancam.

Pada suatu hari seorang sobat bertanya kepada Rasul perihal perbuatan yang paling bernilai dihadapan Allah. Kemudian Allah menurunkan surat Al- Ashaff (61):4 “ Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang orang yang berperang dijalan Nya dalam barisan yang teratur seakan akan mereka menyerupai suatu bangunan yang tersusun kokoh. Penjelasan lebih lanjut perihal barisan yang rapat dan berpengaruh itu sanggup dibaca dalam permulaan surat Al Shaff 37:1-3): “Demi ( rombongan) yang bershaf-shaf dengan sebenar benarnya,. Demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar benarnya perbuatan dosa. Dan demi ( rombongan) yang membacakan pelajaran “. Kekuatan barisan ini sanggup terjelma apabila didukung oleh tiga unsur yaitu pertama, kekompakan yang menciptakan kita sangat solid. Kedua , orientasi ketuhanan( tauhid) yang menciptakan kita hanya tunduk dan patuh kepada Allah dan ketiga , komitment kepada kebenaran yang menciptakan kita selalu menyeru dan berpihak kepada kebaikan dan kemaslahatan umat. Ketiga unsur ini hanya mungkin berjalan apabila ada perilaku disiplin atau istiqamah. Islam mengajarkan latihan disiplin dalam ritual sholat berjamaah dan sempurna waktu. Syekh Mushthafa Al-Maraghi spesialis tafsir menyampaikan bahwa pengertian Shaff itu sendiri bermakna disiplin yang tertuang dalam perilaku istiqamah ( konsisten ) dalam visi dan misinya. “Orang-orang kafir satu dengan Artikel Babo saling tolong menolong. Wahai kaum mukmin jikalau kalian satu dengan Artikel Babo  tidak saling tolong menolong, maka akan muncul kekacauan dalam barisan kalian dan kerusakan yang besar di muka bumi” (QS Al-Anfal:73).

Displin menjaga persatuan dan kesatuan yaitu kunci sukses menjadi pemenang. Itulah sebabnya Rasul pernah mengingatkan kaum muslimin supaya disiplin “ Sebaik bainya amalan ( ibadah ) yaitu amal yang dilakukan dengan disiplin tinggi meskipun itu kecil” makanya kita dianjurkan untuk berguru dari lebah dan barisan malaikat. Tanpa disiplin yang tinggi mempertahan barisan yang berpengaruh maka selama itupula kita tidak akan pernah menjadi subject ( fa’ih) tetapi selamanya akan menjadi object penderita ( maf’ah) menyerupai yang kini terjadi sesudah masa reformasi. Karenanya wacana untuk adanya koalisi Partai Islam di Parlemen sangat menggembirakan. Ada impian akan datangnya kemenangan, dan terlebih lagi bila semua kekuatan ormas islam juga bersatu untuk mendukung koalisi Partai Islam itu. Kalau menurut quick count bunyi partai Islam mencapai 32 % namun kemungkinan real count akan mencapai 40% dingklik di Parlemen. Ini sudah sanggup dikatakan super majority. Walau  Golkar dan PDIP, GARINDRA, DEMOKRAT yaitu partai sekular namun sebagian besar anggota DPR dari partai tersebut yaitu alumni HMI yang pemahaman Islamnya tidak perlu diragukan. Mereka akan gampang memahami usaha Koalisi partai islam di Parlemen dan tentu akan mendukungnya. Yang niscaya bila terjadi koalisi partai islam maka ajang pemilu Capres akan semakin ketat lantaran partai lain sulit mendapat koalisi memenuhi ambang batas 20% untuk mengajukan Capres.

Semoga pengalaman di Mesir sanggup dijadikan pelajaran bagi para pemimpin partai dan ormas Islam di Indonesia. Juga pengalaman terdahulu dengan Poros Tengah dan balasannya menjatuhkan serta mempermalukan pemimpin yang dipilih ( Gus Dur) jangan lagi terjadi. Bahwa apa yang terjadi pada Mursi di Mesir bukanlah lantaran demokrasi jelek tapi memang sopan santun pejuang islam buruk. Sulit bersatu dan dipersatukan walau kiblat mereka sama. Mereka merasa yakin bahwa mereka paling benar dibandingkan golongan Artikel Babo dan paling berhak untuk memimpin usaha atas nama Allah dan Rasul. Padahal keyakinan mereka itu bukanlah Rukun Iman yang tak boleh dibantah tapi hanyalah teori yang belum tentu benar. Mengapa persatuan dan kesatuan sangat sulit dicapai oleh kekuatan kelompok yang berjuang atas nama Islam? Karena bahwasanya mereka tidak sedang berjuang atas nama Islam tapi berjuang untuk kepentingan nafsunya. Itu saja.!Kalau mereka berjuang lantaran Allah dan menyayangi Allah, maka tidak ada alasan untuk tidak bersatu. 

Sumber https://culas.blogspot.com/

Memburu Harta (25)


Tidak terhitung berapa kali Ester mengirim email, namun tapi tidak pernah kubalas. Aku bahkan tidak pernah sempat membacanya. Pikiranku masih fokus dengan masalah yang kuhadapi. Aku tidak mau menyeret Ester dalam perang yang sedang berlangsung. Walau ini semua berawal dari idenya bertemu dengan Tomasi, untuk memberikan  solusi bagiku  menuntaskan masalah Budiman, dari bahaya pengambil alihan oleh otoritas akhir gagal bayar utang.
Email Ester yang terakhir hanya berisi pesan singkat, Jak, saya kangen kamu. Kapan ada waktu untuk kita bertemu lagi? Apakah kau baik-baik saja? Telpon saya ya, Sayang?
 Ada 148 email dalam setahun. Semua dengan pesan yang sama. Sebuah ungkapan cinta yang tulus, yang tentunya harus dibalas dengan ketulusan pula. Aku rasa saatnya kini membuka komunikasi dengan Ester. Bukankah transaksi di Swiss sudah selesai?  Namun saya tetap akan merahasikan apa yang sedang kukerjakan.
Aku membalas email tersebut dengan singkat. You were always in my mind. Sekarang saya ada di Hong Kong. Hotel Mandarin Oriental. Datanglah kapan pun kau sempat.
Hanya butuh waktu sepuluh menit semenjak saya mengirim email, telepon kamarku sudah berdering. Itu niscaya Ester!
“Hai, Honey,” terdengar bunyi Ester mesra. “Long time no see.”
“Ya. Apa kabar?”
“Aku kangen kamu, Jaka. Boleh saya tiba sekarang?”
“Ok. Datanglah?”
“Thanks, Honey.”
Aku yakin bahwa Ester akan segera tiba. Kantornya berada tepat di belakang hotelku menginap. Benar sekali. Tidak berapa lama, sebuah pesan singkat masuk, “Aku sudah di kafe.” Aku segera turun menjumput Esther di cafe dan membawanya ke kamar ku.
Ester memelukku erat. “Aku kangen kamu, Jaka,” bisiknya.
“Aku juga,” kataku tersenyum dan mencicipi getaran jantung Ester. Terasa ada ribuan megawat listrik menjalar keseluruh ruang hatiku. Cahaya banyak sekali warna mengitari sekeliling ku. Angin buritan mendorong kapal bergerak kedepan mengikuti irama ombak yang nampak ganas. Ada kekuatan yang penuh pesona ketika angin puting-beliung tiba silih berganti menghempaskan kapal anak rantau. Tak terbilang kapal oleng dalam ayunan penuh sensasi menaikan hasrat tak bertepi, bahwa betapa indahnya sepasang mata yang tertutup dengan pesan love concerto. Akhirnya angin puting-beliung terhenti seiring langit cerah bersama angin yang mengantarkan pesan tak terungkapkan dalam kata kata..
“Aku senang ketika mendapat kabar dari sobat di Singapore bahwa kau berhasil menyelamatkan perjuangan sahabatmu dan  menghindarkan Tomasi dari resiko atas SBLC yang ia sediakan untuk menjamin hutang sahabatmu. Selamat ya..” Kata Esther dengan mata masih terpejam..
“Itu semua berkat doa dan saranmu untuk bertemu dengan Tomasi.”
Ester melamun dan akhirnya, airmata jatuh menganak sungai di tubir matanya. “Ada apa Ester?” kataku lembut sambil mengusap air matanya dengan tissue. Ester memegang jemariku seraya bekata, “Kamu tahu Jaka, setahun tidak mendengar kabarmu, terasa seabad. Aku menghubungi Budiman tapi ia tidak tahu dimana kau berada. Setiap ahad saya mengirim  email sedikitnya tiga kali. Ratusan kali sudah kukirim SMS namun undelivered.  Aku mengkawatirkanmu! Aku tidak peduli kau sudah meninggalkan dan melupakanku. Aku hanya ingin pastikan, kau baik baik saja. Mengapa Jaka? Mengapa kau biarkan saya menderita? Apa salahku?
“Maafkan aku, Ester. Percayalah bila kau selalu dalam pikiranku. Mana mungkin aku  melupakanmu? Aku mencintaimu! Soal kenapa saya menjauh darimu, itu lantaran alasan yang sama, bahwa saya mencintaimu!” 
“Tapi mengapa?”
“Sulit untuk menjelaskannya, Honey. Tapi, suatu ketika nanti saya niscaya akan jelaskan. Paham kan, Sayang?”
“Tapi saya tak pernah lagi bisa menghubungi Tomasi. Mengapa semua  sahabat laki-laki terbaikku menjauh dariku?”
“Ya. Dia sudah meninggal.”
“Oh!” Ester terkejut. “Sakit apa dia?”
“Seseorang telah membunuhnya di Rusia.”
“Oh, malang sekali.” Mata Ester nampak berkaca-kaca. “Tapi, mengapa?”
Aku hanya melamun dan memandang keluar. Tapi tak lama, Ester sudah terlihat ceria seakan begitu cepat melupakan informasi sedih ini. Memang bagi Ester, Tomasi hanya sahabat yang tidak begitu bersahabat dibanding denganku. Pertemuan denganku, lebih berarti baginya.
“Apa bisnis kau sekarang?”
“Aku sedang berguru menjadi, David.”
“Private  equity?”
“Ya.Tapi memulai dari skala kecil. Ada sobat dari China yang bantu kasih sumber keuangan.” Kataku berbohong. Berharap biar tidak ada lagi pertanyaan dari Ester soal ini. Setidaknya, saya ingin menegaskan padanya bahwa ia saya baik baik saja.
“Aku senang mendengarnya. Aku yakin kau niscaya bisa.” Ester tersenyum cerah. “Oh ya, Ja. Minggu kemudian saya bertemu dengan sobat dari New York. Waktu itu, ada seorang laki-laki Negro. Dia menyebut-nyebut namamu. Katanya, kedatangannya ke Hong Kong untuk bertemu denganmu.”
“Siapa orang itu?” saya mengernyit, mencoba mengingat ciri-ciri fisik seseorang menyerupai yang Ester bilang.
“Boy Steward, namanya.” Ester kemudian menyerahkan business card laki-laki itu kepadaku. Jabatannya ialah konsultan keuangan yang bergerak dalam proyek kemanusiaan.
“Mengapa ia ingin bertemu denganku?”
“Aku tidak tahu,” jawab Ester mengangkat bahu. “Tapi bila kau penasaran, saya bisa atur pertemuan dengannya,” lanjut Ester.
Ada firasat bahwa ini berkaitan dengan transaksi yang sedang kulakukan. Aku butuh beberapa detik untuk memikirkan saran Ester atas orang itu. Sampai akibatnya saya memutuskan, “Baiklah. Atur pertemuanku dengannya!”
Ester eksklusif membuka telepon selularnya. “Hi Boy. Di depanku kini ada Jaka, orang yang Anda maksud ahad lalu. Dia bersedia untuk bertemu dengan Anda.” Ester berhenti berbicara, melirik padaku. “Oh ok. Pukul tuju di Hong Kong Club. Bye.” Ester tersenyum sambil menutup teleponnya.
“Pukul tuju malam nanti, kita dinner di Hong Kong Club.”
“Ok. Bolehkah saya membawa seorang teman?” saya membayangkan Lien.
“Wanita?”
“Eh, iya.”
Ester merengut.
“Ada apa, Honey?”
“Bolehkah, hanya saya saja perempuan dalam pertemuan nanti?”
“Baiklah, bila itu maumu.” Aku mengiyakan.
“Tentu ia elok dan muda, ya?” Ester merajuk.
“Kamu juga cantik.”
“Tapi tidak muda lagi!”
“Apa bedanya? Kamu ialah sahabatku dan itu tidak akan pernah berubah,” kataku sambil menggenggam jemarinya.
“Tapi kau menghilang dariku setahun.”
“Aku sibuk, Honey,” saya geli melihat tingkah Ester yang manja.
“Sibuk dengan perempuan itu?” Ester kembali merengut. Aku kembali tersenyum, menyadari bahwa begitulah wanita. Mereka kadang tidak bisa membedakan antara persahabatan dan cinta. Antara persahabatan dan kekasih memang kadang sulit dibedakan, kecuali hanya dalam status. Selebihnya ialah sama. Sama-sama mempunyai rasa menghormati, melindungi dan menyayangi. Ada yang bilang bahwa persahabatan itu begitu indah, lantaran tidak ada yang harus tersakiti lantaran emosi kondisional. Kesalahan akan selalu termaafkan. Kekurangan akan selalu ditutupi dan kebahagiaan akan selalu dibagi. Hidup menjadi penuh warna bagi orang yang bisa menghargai nilai persahabatan.
 “Melamunkan perempuan itu, ya?”
“Tidak.”
“Lalu?”
 “Membayangkan kecantikanmu,” lanjutku sambil tergelak.
Wajah Ester seketika merona. “Aku harus kembali ke kantor,” kata Ester seraya berdiri. “Janji ya, nanti malam hanya saya perempuan yang disampingmu?!” Ester kembali mengingatkan dengan mata melotot. Aku mencubit dagunya tanda setuju.
***
Ketika hingga di kamar hotel, terdengar bunyi telepon berdering. Aku mengangkat telepon, dan terdengar sebuah suara, “Jaka, kemana saja kamu? Kenapa HP-nya off?” 
“Oh. Maaf saya tadi ke bawah, ketemu sobat lama. Kebetulan  tidak bawa HP.”
“Tentu sobat wanita, kan?” kata Lien. Dan lagi-lagi begitulah wanita. Selalu tidak ingin di duakan. Selalu ingin menjadi nomer satu.
“Iya.”
“Boleh ke kamarmu sekarang?”
“Datanglah.”
Lien menempati kamar di depan kamarku. Kaprikornus tak butuh waktu usang untuk hingga ke. Lien berdiri di depanku dengan muka masam. “Beijing meminta kau datang. Itu informasi yang tadi saya terima dari Chang.” 
“Ada apa?”
“Aku tidak tahu?”
“Kapan kita ke Beijing?”
“Dijadwalkan ahad depan. Tiga hari lagi.”
“Oh?!”
Aku melangkah ke arah meja, menghapiri komputer yang masih menyala. Sementara Lien sedang membuat teh di mini bar. “Malam ini saya ada dinner dengan sobat di Hong Kong Club.”
“Dengan perempuan itu?”
Aku melirik ke arah Lien, “Ya.”
“Tentu ia elok sekali.”
“Dia ingin memperkenalkanku dengan seseorang,” sahutku mengabaikan komentar kewanitaan Lien.
“Siapa?”
“Boy Steward.”
“Oh,” Lien mengerutkan kening. “Sepertinya saya kenal dia,” Lien mendekatiku.
“Oh ya?”
“Ya. Kalau tidak salah ia ialah lulusan Harvard Law School.”
“Bagaimana kau bisa kenal dia?”
“Kami sama-sama kuliah di Harvard Law School. Waktu kelulusan, ia mendapat rangking satu dan saya nomor dua.”
“Hebat.”
“Baiknya saya ikut pertemuan nanti malam. Aku ingin bertemu dengan sobat lama,” Lien memegang dan menggoyang-goyang lenganku. “Boleh, kan?”
Aku diam, teringat pesan Ester. Berfikir keras, bagaimana  caranya untuk keluar dari situasi ini. “Boleh kan, Ja?” kembali Lien menggoyang lenganku dengan manja. Aku masih tak menyahut. “Baiklah. Aku ngerti kok. Kamu memang enggak mau diganggu ketika bersama perempuan itu. Iya kan?”
“Bukan begitu, Lien,” saya meraih tangan Lien yang luruh dari lenganku.
“Ok. Aku tunggu di kamar saja,” Lien merengut sambil melangkah keluar kamar.
Boy Steward berperawakan tinggi. Berbadan tegap dan atletis dan murah senyum. Dia tiba dengan setelan jas mahal. Aku menyalami Boy sehabis diperkenalkan oleh Ester.
Pertemuan yang penuh keakraban. Boy orang yang humble dan yummy diajak bicara. Humoris dan berwawasan luas. Tidak ada pembicaraan penting malam itu. Tapi, ketika saya pergi ke toilet, Boy segera mengikutiku dari belakang.
“Jak, Madam Lyan memintaku untuk membantumu. Besok kita meeting di Intercontinental Hotel Kow Loon. Kamar 1903, pukul sepuluh pagi, ya? saya tunggu di sana. Ingat! hanya kau dan saya saja, ok?!”
Aku masih shock dengan apa yang ia sampaikan ketika Boy, eksklusif keluar tanpa menunggu jawaban. Setelah itu, Boy minta izin untuk kembali ke hotel lantaran ada janji lain dengan tamunya. Tinggalah saya dan Ester berdua. Tak berapa usang Ester membayar bill dan meminta kumengantarnya pulang.
***
Esoknya, saya bangkit lebih pagi. Teringat janji untuk bertemu dengan Boy. Aku tidak ingin pertemuanku diketahui Lien. Maka malam sebelumnya, saya memberitahu Lien, bahwa pagi-pagi saya akan pergi ke Kow Loon, membeli pesanan jam untuk putraku.
Boy Steward menjabat tanganku dengan erat. Lalu membawaku ke sofa di ruang sweet room hotel itu. Boy menatapku sambil tersenyum. “Ternyata kau lebih muda dari yang kuduga, Jak,” kata Boy.
“Oh ya?”
“Ya.” 
Boy kemudian berdiri mengambil dokumen di atas meja kerjanya. “Ada yang perlu kau ketahui.” Sebuah kopi dokumen confirmation fund diperlihatkan kepadaku. Dari sini, saya sadar bahwa Boy ialah orang Madam Lyan yang tiba membawa kiprah untuk membantuku. “Mulai hari ini, saya akan berkeja untukmu,” kata Boy.
“Mengapa?”
“Kami punya kepentingan yang sangat besar dengan decade asset ini. Aku rasa kau sudah tahu itu.”
“Lalu, apa yang coba Anda lakukan?”
“Membantumu.”
“Dalam hal?”
“Apa pun yang sanggup memastikan keamanan posisimu.”
“Aman?”
“Ya. Gugatanmu di pengadilan New York hingga hari ini belum bisa di gelar. Asosiasi lawyer telah mem-black list namamu, Jak.”
“Jadi?”
“Tugask hanya mengarahkanmu biar tetap berada pada posisi yang benar.”
“Lantas apa undangan Anda?”
“Aku tidak ada undangan kecuali kau punya masalah.”
“Saat ini tidak ada.”
“Ok. Ini nomor telepon yang bisa kau hubungi. Dua puluh empat jam telepon ini akan selalu siap untukmu,” kata Boy sambil menyerahkan secarik kertas kepadaku 
“Tolong jangan pernah beritahu nomor telepon ini kepada siapapun. Nomor ini terhubung eksklusif dengan markas Madam Lyan,” sambungnya.
“Baiklah,” kataku.
“Apa ada sesuatu yang perlu ditanyakan?” Boy meyandarkan tubuhnya ke kursi.
“Apakah Madam telah menemukan isyarat aksesnya?”
“Sampai hari ini belum.”
“Apa yang sanggup dilakukan tanpa isyarat ases itu?”
Boy menatapku dengan seksama, “Aku pun tidak tahu pasti.”
Hening.  Aku menatap Boy lekat-lekat. “Ok, Jelaskan padaku wacana aturan trustee?” tanyaku. Kemudian, Boy mengambil minuman dari kulkas dan menyerahkan sebotol air mineral kepadaku. 
“Trustee ialah aturan tertua di dunia, yang hingga kini masih diakui. Ini lantaran keberadaannya yang menyatu dengan gereja. Hukum ini sendiri dibuat semenjak 600 tahun lalu. Atau tepatnya pada masa ke 14-15 ketika terjadi perang salib. Hukum ini disusun menurut impian para ksatria untuk melindungi hartanya dari penguasaan orang lain ketika mereka pergi berperang. Karena biasanya kepergian mereka itu bertahun-tahun lamanya. Hukum trustee itulah  yang menjamin kepemilikan harta mereka.”
“Jadi itulah dasar aturan penempatan decade asset ini ke dalam The Fed system?”
“Tepat sekali,” jawab Boy sumringah. “Karena itu, pihak Eropa tidak berani menyangkal keberadaan Hilton Memorial, yang melegimitasi penggunaan aset itu sebagai combine collateral untuk mencetak dolar.”
“Jadi sebelumnya, keberadaan decade asset itu dipakai bangsa Eropa untuk mencetak mata uangnya?”
“Ya. Dan keadaan dunia menjadi tidak stabil lantaran Group Fidelity yang selalu berbuat culas terhadap sistem mata uang. Mereka selalu ada di balik duduk kasus mata uang dunia. Akibatnya negara-negara Eropa dan kami mengalami kebingungan dengan sistem mata uang yang penuh dengan catatan kegagalan.
Kami dan Eropa bolak-balik berubah antara uang fiat murni, fractional reserve  dan gold standard.  Apabila kekayaan atau cadangan emas kami dan Eropa berkurang lantaran perang misalnya, kami akan gunakan uang fiat atau fractional reserve. Kemudian kembali lagi ke gold standard pada ketika uang fiat atau fractional reserve sudah berlebihan dan terjadi hiper-inflasi. 
Kamu bisa lihat, contohnya pada Perang Dunia I. Negara yang terlibat perang, menghabiskan cadangan emasnya untuk membeli persenjataan dan membiayai perang. Beberapa tahun selepas Perang Dunia I, Jerman kembali ke gold standard pada tahun 1924, yang diikuti Inggris tahun 1925 dan Perancis 1926. 
Namun gold standard ini tidak bertahan lama. Godaan ekonomi membuat dunia perbankan kembali termakan untuk mengeluarkan uang lebih banyak dari cadangan emas yang mereka miliki. Hal ini mengakibatkan krisis berikutnya dan mencapai puncaknya, yang disebut sebagai the Great Depression selama beberapa tahun di awal tahun 1930-an. Begitu buruknya ekonomi ketika itu, hingga pada tahun 1934, kami yang ketika itu menjadi kekuatan ekonomi terkuat di dunia, terpaksa melaksanakan devaluasi  mata uang hingga 75 % terhadap emas. Dari US$ 20 per troy ounce  emas menjadi US$ 35 per troy ounce.
Kekacauan mata uang terus berlanjut bersamaan dengan terjadinya Perang Dunia ke II. Pada pertengahan tahun 1944, ketika kami merasa telah memenangi sebagian besar Perang Dunia II, kami memprakarsai konferensi Bretton Woods. Hasil kesepakatan Bretton Woods ini tentu sangat menguntungkan kami sebagai pemrakarsa. 
Sebetulnya konferensi itu mempunyai tujuan yang sangat mulia, yaitu membuat tatanan dunia gres yang lebih damai. Di mana kami berjanji mendukung mata uang kami secara penuh dengan emas yang nilainya setara. Kesetaraan ini mengikuti konversi harga emas yang ditentukan tahun 1934 oleh Presiden Roosevelt yaitu US$ 35 untuk 1 troy ons emas. Negara-negara lain yang mengikuti kesepakatan tersebut awalnya di ijinkan untuk menyetarakan uangnya terhadap emas ataupun terhadap dolar. Dengan kesepakatan ini, siapapun yang memegang dolar sanggup dengan gampang menukarnya dengan emas yang nilainya setara.”
Aku mengerutkan kening. “Namun, kesepakatan Bretton Wood yang digagas oleh Amerika ternyata malah diingkari sendiri. Secara perlahan tetapi pasti, Amerika mencetak uang yang melebihi cadangan emasnya. Bahkan secara sepihak Amerika tidak lagi mengijinkan mata uang lain disetarakan terhadap emas, tapi harus dengan dolar. Pemegang dolar juga tidak bisa serta merta menukarnya dengan emas yang setara. Tentu ini lantaran Amerika Serikat memang tidak lagi mempunyai jumlah cadangan emas yang sesuai,” sambungku cepat.
Boy tersenyum. “Ya. Walaupun fisik aset terbesar ada pada kami, tapi kami tidak pernah meniru emas itu untuk mencetak uang. Uang dicetak sesuai dengan nilai emas yang ada. Tapi Eropa tanpa keberadaan fisik aset terus saja mencetak uang untuk menggerakan roda ekonominya. Mereka tidak peduli dengan nilai fisiknya. Mereka hanya melihat dari dokumen yang menempel pada aturan trustee. Amerika tidak bisa berbuat banyak, sesuai dengan kesepakatan Bretton Woods .
Tidak ada yang membayangkan kesepakatan itu akan menjadikan krisis ekonomi dunia di tahun 1951. Atas dasar itulah Kennedy mengambil alih decade asset itu ke dalam sistem Amerika dan mencetak dolar lebih banyak untuk membayar nilai produksi yang melimpah ketika itu.”
“Itukah awal pertarungan ini?” selaku.
“Ya. Tapi itu tidak berlangsung lama. Hanya dua bulan sehabis kebijakan itu diteken, Kennedy terbunuh. Tekanan dan ketidak-percayaan terhadap dolar kian memuncak. Negara-negara sekutu kami terus menerus menukar dolarnya dengan emas. Saat itu hanya Jerman yang tetap mendukung dolar dan tidak menukarnya dengan emas. Puncak dari ketidak-berdayaan dolar Amerika terjadi pada tahun 1971, ketika secara sepihak kami memutuskan untuk tidak lagi mengaitkan dolar dengan cadangan emas yang kami miliki, lantaran memang kami tidak bisa lagi. Kejadian yang disebut dengan istilah Nixon Shock ini tentu mengguncang dunia lantaran semenjak ketika itu, sebetulnya mata uang kami tidak bisa lagi dipercaya nilainya hingga sekarang. Kami kalah sebagai bangsa, dan terjajah, tunduk kepada group Fidelity.”
“Oh!” kulihat raut wajah Boy berubah mendung. Emosinya larut ketika bercerita betapa sistematisnya group Fidelity menggiring bangsa Amerika menjadi budak. Perang Vietnam yang berlarut-larut ialah rekayasa group Fidelity hingga menelan uang pajak tak ternilai. Membuat moneter Amerika jadi sedemikian lemah.
“Mereka berkuasa penuh atas lembaga-lembaga multilateral. Seperti IMF, World Bank serta Bank for International Settlement. Mereka juga pemilik the Fed, mengontrol Cleartream, Euroclear, dan DTCC untuk melegimate trading kegiatan decade asset lewat forfaiting aset yang sangat rahasia. Sejak legimitasi itu, decade aset dimanfaatkan untuk membuat kami sangat bergantung kepada sistem yang mereka ciptakan itu,” Boy menarik nafas dalam-dalam. Coba menahan gemuruh di dadanya.
“Jadi, sebetulnya merekalah penguasa dunia. Bukan Amerika,” kataku menyimpulkan.
Boy beranjak dari daerah duduknya dan melangkah ke jendela, menatap keluar, membelakangiku. “Bangsa kami hidup di atas bara api. Ada sebuncah impian untuk melawan tapi kami tidak berdaya. Kami sudah terlanjur dimanjakan dengan segala fasilitas dari sistem yang culas ini.”
“Benar-benar paradoks.” Aku mendekati Boy dan berdiri di sampingnya.
Boy menatapku. “Kamu benar. Ini hanya masalah waktu. Cepat atau lambat mereka akan menghancurkan kami. Tanda-tandanya sudah nampak. Mereka sudah tidak lagi memanjakan kami. Mereka sudah hingga pada fase menguasai dunia dengan menjadikan globalisasi alias WTO, sebagai alat. Arus investasi group Fidelity tidak pernah diarahkan untuk kesejahteraan sosial rakyat kami. Kami dilanda krisis anggaran dengan beban hutang tertinggi di dunia. Defisit perdagangan yang besar. Pengangguran meningkat dan menyebar di mana-mana akhir gelombang PHK. Benar-benar masa depan yang jelek bagi anak cucu kami. Makanya saya tidak habis pikir ketika negara lain justru sangat membenci bangsa kami. Padahal kamilah korban utama dari kerakusan Group Fidelity. Banyak kebijakan negara kami yang tak bermoral, itu semua lantaran tekanan dari Group Fidelity. Jumlah mereka mungkin sedikit, tapi pengaruhnya berada di semua jajaran kekuasaan negeri kami.”
Aku melamun sambil terus memandang ke luar jendela yang menghadap eksklusif harbour Hong Kong. Boy kembali ke daerah duduknya untuk minum. Sebuah jeda yang usang tanpa ada suara.
Aku kembali ke daerah duduk dan berkata, “Boy,” seruku. “Naga Kuning akan mencabut posisiku sebagai mandatory.”
“Benarkah?” Boy memiringkan kepalanya, menyandar ke sofa.
“Ya.”
“Lalu, apa rencanamu sekarang?”
“Mendukung Naga Kuning melawan group Fidelity.”
“Caranya?”
Aku melamun dan menatap Boy cukup lama. Lalu berdiri dan melangkah menuju jendela. 
“Aku tidak tahu apakah saya bisa berbuat dengan benar. Aku juga tidak tahu...” Aku tak bisa meneruskan kata-kata, disergap keraguan.
“Apa maksudmu?” Boy berdiri mendekatiku. “Katakan?”
“Tapi saya harus percaya dengan segala kemungkinan di luar pengetahuan. Naga Kuning menganggapku sebagai orang terpilih untuk menuntaskan masalah ini. Madam Lyan juga sangat percaya itu,” kataku pelan, kemudian terdiam.
“Terus?”
“Pemegang isyarat saluran itu ialah aku,” kata-kata itu keluar begitu saja. Aku tidak tahu apakah ini benar, lantaran kepemilikan itu hanya menurut keyakinan terhadap dunia lain.
“Kamu serius?”
“Ya.”
“Siapa saja yang mengetahui ini?”
“Hanya kamu.”
“Oh Tuhan!” seru Boy sambil memegang kedua bahuku. Menatap mataku tajam. “Madam Lyan yakin, bahwa ada sesuatu pada dirimu dan ia memintaku membantumu.”
Aku melepaskan tangan Boy dari bahuku, kembali ke daerah duduk. “Entah mengapa saya juga percaya denganmu, semenjak awal pertemuan kita di Hong Kong Club. Aku tidak mengerti.”
Boy tersenyum. “Allah yang mempertemukan kita. Aku muslim, Jaka.”
“Oh ya?”
“Ya. Nenek moyangku berasal dari Afrika. Kami keluarga muslim.”
“Oh. Itu alasan Madam Lyan menugaskan kamu?”
“Mungkin itu salah satu alasannya.” 
“Apakah Madam Lyan perlu tahu wacana ini?”
“Terserah kamu.  Tapi saya pribadi, belum bisa yakin sebelum dibuktikan. Bisakah code itu dipakai untuk mengakses sistem atau tidak.”
“Oh, iya. Ok!” Boy memegang dan mengguncang bahuku lagi dengan mantab.
***
Dari Huang saya mendapat kabar bahwa Washington memerintahkan Robert, terbang ke Beijing untuk bertemu dengan seorang mitra dari UNDP  Asia Pasifik. Pria itu masih satu anggota dengannya dalam bundar group. Mereka mempunyai misi sama untuk kepentingan group, meski masing-masing bekerja secara formal di forum multilateral. UNDP ketika ini mendapat kehormatan besar dari Cina lantaran keterlibatan luas mereka, membantu kegiatan pembangunan untuk rakyat miskin. Tak terbilang miliaran dolar dana telah disalurkan. 
Suatu cara yang lazim dipakai sebuah forum multilateral untuk mendapat imbas politik di negara target. Tapi Cina, bukanlah negara yang gampang dipengaruhi dengan uang bila sudah menyangkut ideologi. Cina ialah salah satu negara terkuat dalam mengawal ideologinya dari imbas asing.
Menurut Huang, pejabat UNDP telah berbicara dengan pejabat Cina, yang mengklaim transaksi decade asset memakai collateral Naga Kuning. Fund Confirmation sebagai bukti transaksi di Swiss, kini ada di tangan Naga kuning. Mereka sangat terguncang dengan adanya bukti fund confirmation itu. Awalnya mereka tidak percaya. Namun dengan melihat bukti yang diberikan pejabat Cina, mereka benar-benar shock. Nampaknya mereka meragukan ada kelompok lain yang bisa menembus sistem The Fed selain group mereka.
Menurut Huang, Washington telah membentuk team dan kini sudah menempati posnya di Shanghai. Mereka harus pastikan tidak terjadi perubahan mandatory. Posisiku harus dipertahankan. Mereka akan hubungi team di Jakarta untuk memastikan saya tidak melaksanakan deal dengan team Naga Kuning. Namun lagi-lagi mereka kecewa lantaran mereka tidak menemukanku di Jakarta. Walau tercatat tidak ada namaku di imigrasi sedang bepergian keluar negeri.
Namun Huang agak kawatir lantaran mereka berhasil melacak keberadaanku dari webmail terakhir yang ku kirimkan kepada Ester. Mereka kenal akseptor email itu. Ester bekerja di bank, group mereka. Tentu mereka akan terbang ke Hong Kong untuk menemukanku. Tapi Huang sudah siap dengan segala kemungkinan terburuk. Teamnya sudah mengetahui semua langkah yang akan di lakukan mereka.
***
Malam itu Ester menelponku, meminta untuk kembali bertemu dan saya menyanggupi untuk makan malam. Ester memesan di daerah biasa kami bertemu. Satu jam kemudian, bel kamarku berbunyi. Aku segera berlari dengan dasi yang masih belum tepat dililit. Aku yakin, itu ialah Ester yang datang. Ketika pintu kamar terbuka, seseorang bertubuh tegap dan mata sipit berdiri di ambang pintu. Pria itu dengan cepat mendorongku masuk sambil menodongkan pistol.
“Dengar baik-baik,” kata laki-laki itu dengan sorot mata dingin. “Ikuti perintahku dan jangan membantah atau bertanya! Sekarang segera keluar dari kamar,” laki-laki itu kemudian mendorongku keluar dari kamar.
“Kamu siapa?” kataku sambil melirik laki-laki itu dengan verbal gemetar.
“Kita akan turun lewat lift. Jangan coba bertindak, bodoh! Pistol berperedam ini tidak terkunci. Hanya butuh sekian detik untuk membuat nyawamu melayang,” lanjut laki-laki itu tanpa menjawab pertanyaanku.
Keringat cuek membanjir di kening dan jantungku berdetak cepat. Tanpa banyak suara, saya mengikuti perintahnya. Aku di paksa berjalan dengan tenang seakan tidak terjadi apa-apa. Ternyata laki-laki itu tidak sendirian. Ada laki-laki lain berjaga di luar kamar. Standar penculik profesional. Mereka juga terlihat sangat tenang dan terlatih.
Mereka berjalan beriringan menuju lift. Aku berada di posisi tengah. Beberapa langkah sebelum hingga di pintu lift, saya mendengar laki-laki di belakangku melenguh dan tersungkur. Pria yang ada di depanku menoleh ke belakang sambil berusaha menarik tanganku dengan berpengaruh dan cepat. Namun akibatnya laki-laki itu terjerembab ke belakang dan roboh dengan mata melotot. Dia kalah cepat. semua tragedi hanya satu detik berselang sehabis laki-laki pertama roboh.
kulihat Lien dalam posisi setengah membungkuk dan merapat ke dinding koridor kamar hotel dengan pistol Beretta  di tangan. Lien berdiri sambil tersenyum, kemudian melangkah mendekatiku. “Kamu tidak apa-apa?” kata Lien sambil melirik dua jenazah yang bersimbah darah.
“Iyyy…ya!” saya gemetar.  Shock dengan dua tragedi beruntun yang tak terduga ini.
“Ok, tenang saja,” kata Lien tersenyum dengan pistol masih siaga di tangan. “Kita harus keluar dari hotel ini sekarang.”
Namun, tiba-tiba kedua bola mata Lien bergerak-gerak ketika mendengar bunyi lift. Lien mendorongku ke samping hingga punggungku membentur dinding hotel. Dua orang laki-laki keluar dari lift dengan wajah cuek menatap kearah kami. Salah satu laki-laki menggerakan tangannya ke belakang ingin mengambil sesuatu dan Lien eksklusif melepaskan tembakan namun meleset. Posisi Lien terlalu menyamping dari lift. 
Pria itu membalas tembakan Lien. Namun Lien sudah berada dalam posisi berguling di lantai sambil melepaskan tembakan. Dua laki-laki itu tersungkur di dalam lift dengan dada berlubang. Lien  berdiri dan menarik dua jenazah laki-laki itu keluar dari lift.
Lien mundur selangkah dan menatapku yang bertambah shock. “Kita tidak bisa turun dari lift ini. Mereka tentu sudah menunggu kita di bawah,” kata Lien dengan ekor mata menyusuri kuridor lantai hotel. 
“Lewat pintu darurat!” kata Lien sigap. Lalu berjalan cepat menarik tanganku menuju pintu darurat.
Kembali terdengar sayup bunyi tanda lift terbuka dari belakang. Lien tak menghiraukan dan tetap berjalan cepat menuju tangga darurat di ujung kuridor. Dari arah belakang terdengar bunyi memanggil-manggilku. Rupanya Boy. Dia segera berlari ke arahku.
“Itu Boy,” seruku kepada Lien.
“Kamu Lien?” tanya Boy sambil memasukan senjatanya ke balik jas. Boy menatap Lien yang segera tersenyum begitu mendengar namanya disebut.
“Kita ke helipad lewat lift di lantai berikut. Dalam lima menit sebuah heli akan tiba menjemput kita,” lanjut Boy sambil berjalan cepat menaiki tangga darurat.  Kami mengikuti dari belakang.
Tepat ketika kami hingga di lantai atap hotel, dari jauh nampak sebuah heli terbang mendekati gedung. Dua menit kemudian heli itu sudah merendah hingga tinggal beberapa centi saja di atas helipad. Boy menaikan saya lebih dulu dan diikuti Lien. Pilot heli tersenyum kepada kami berdua, memberi sambutan hangat.
“Kita ke Macau. Hotel Lisboa,” kata Boy kepada sang pilot.
Aku masih gemetaran dan berusaha menenangkan diri atas tragedi yang gres saja kualami. Aku melirik Lien dan Boy yang nampak tenang di sampingku. Tidak ada kesan sama sekali, bahwa mereka gres saja bertarung dengan kematian.
“Maaf saya terlambat. Untung kau bersama perempuan juara taekwondo universitas kami,” kata Boy memecah keheningan. Mencoba mencairkan suasana sambil menatap Lien penuh arti.
“Bagaimana kau tahu ada orang yang akan membunuhku?” tanyaku. 
Boy tidak menjawab. Hanya tersenyum sambil melirik Lien, yang juga terlihat acuh. Lien terlihat lebih asyik mengirim pesan singkat lewat telepon selular. Heli turun di helipad Lisboa Hotel. Di sana, sudah menanti tiga orang laki-laki bermata sipit. 
“Itu team saya, Boy,” kata Lien sambil menunjuk tiga orang laki-laki yang berjalan mendekati kami.
“Terima kasih, Boy. Aku akan membawa Jaka ke Beijing dengan jet pribadi,” kata Lien sambil menjabat erat tangan Boy. “Aku senang, Uncle Sam rupanya ikut terlibat dengan mengirim orang sepertimu untuk masuk ke dalam operasi ini,” lanjut Lien. 
Boy merangkul Lien erat. “Jaga Jaka, ya? Aku akan ada di Hong Kong untuk sementara waktu,” kata Boy.
Di dalam pesawat jet pribadi, Lien duduk tepat di depanku dengan posisi berhadapan. “Apakah kau ingin minum sesuatu?” tanya Lien membuka percakapan.
“Ya. Mungkin, wine. Red wine, please..” Lien berdiri menuju mini kafe dalam pesawat dan segera kembali dengan  segelas wine untukku.
“Setelah minum, saya akan berusaha tidur,” kataku. “Oh, ya, kelihatannya kau tidak terkejut dengan kehadiran Boy?”
“Pimpinan kami memberi kabar soal kehadiran team Lady Rose di Hong Kong. Kita akan bersama mereka menghadapi lawan,” jawab Lien.
“Lady Rose?” saya teringat pertemuan bersama Huang dengan seorang perempuan yang menyebut nama Lady rose.
“Ya. Itu team yang diketuai Boy,” lanjut Lien sambil memperbaiki duduk dengan menyilangkan kaki. “Nah sekarang, berusahalah untuk tidur,” kata Lien sambil tersenyum manis.
Aku memperhatikan sekilas wajah perempuan di hadapanku. Dia terlihat sangat tegar menghadapi segala kemungkinan. Baru saja saya menyaksikan perempuan ini menunjukkan kelasnya sebagai penjaga profesional. Dengan sangat tenang, Lien menghadapi pertarungan maut. Menunjukkan kekuatan mental yang tinggi menghadapi resiko dalam bertugas. Tampak sekali bahwa ia sangat terlatih dengan baik untuk menjadi petarung dalam kondisi apapun. Inilah pola pengabdian prajurit sipil ketika melaksanakan kiprah demi tugas
Bayanganku kembali tertuju pada Catty yang juga berjuang demi misi keluarga menebus kesalahan masa lalu. Walau ia menyadari resiko maut menyerupai maut suaminya, Ramon. Namun Catty tetap tegar  untuk melangkah tanpa kenal takut bahaya kematian. Ancaman itu pun berakhir menjadi kenyataan. Catty memberiku pelajaran wacana keberanian seseorang menjemput takdir, yaitu mati dengan keyakinan sebagai petarung melawan ketidakadilan.
Jauh ribuan mil di sana, saya juga membayangkan perempuan yang lain, istriku. Bertahun-tahun mendampingi dengan penuh kesetiaan. Sejak saya terlibat dalam urusan ini, mudah saya tidak pernah bisa memenuhi kewajibanku sebagai seorang suami secara utuh. Tapi istriku tidak pernah bertanya apa yang sedang ku kerjakan. Juga tidak pernah tahu obsesiku yang begitu tinggi. Karena istriku hanyalah perempuan sederhana yang bahkan tidak pernah mempunyai passport. 
Aku sering tertekan dengan obsesiku dan kadang mengeluh, tapi istriku tidak pernah mengeluh bagaimana lelahnya mengurus anak dan rumah tangga tanpa saya disampingnya. Dulu ketika awal menikah, istriku tidak kenal bagaimana memasak di dapur lantaran terlahir dari keluarga berada dan hidup selalu dimanja. Tapi, bertahun-tahun sehabis berumah tangga, ia bahkan sangat cekatan memperbaiki genteng bocor ketika hujan lebat. Mengganti lampu kamar mandi yang padam. Saat saya seringkali memanjakan anak-anak, istriku justru tak kenal lelah menanamkan kebijakan pada buah hati kami.
Boleh di bilang, dalam hidup, saya sering membuat keputusan yang salah. Bahkan hingga hari ini, saya pun tidak pernah tahu apakah keputusanku wacana decade asset ini benar. Dan bila pun ada keputusan yang benar yang pernah kulakukan dalam hidup, itu ialah ketika saya melamar perempuan yang kini menjadi istriku. Kini saya sadar bahwa istriku ialah seorang yang begitu nrimo menjalani takdir dan sangat berbakti kepada suami. 
Ester ialah perempuan cerdas, elok dan berhati lembut. Entah apa alasannya hingga ia mengagumiku dan selalu  merasa nyaman bersama dengaku. Dia memberiku keyakinan bahwa saya bisa sukses menyerupai yang ia harapkan. Karenanya, tanpa lelah ia terus mendorongku untuk melangkah tanpa ragu dan ia selalu ada disampingku. Kami menyadari dan memahami kekerabatan kami dengan bijak. Ester tidak ingin merusak rumah tanggaku dan menjadi sahabatku ialah berkah yang harus disyukurinya.
Itulah citra perempuan ketika sudah memilih sikap. Tugas, cinta dan kesetiaan ialah tiga hal yang selalu dibela perempuan hingga mati. Berbeda sekali dengan laki-laki yang gampang berpaling lantaran kepongahan nalar mereka. Aku kembali tak kuasa menyembunyikan kekaguman pada sosok wanita-wanita di sekelilingku. Aku menutup mata rapat-rapat walau tidak tertidur. Anganku melambung, mengenang semua kebaikan empat perempuan yang mewarnai kehidupanku.
“Jaka,” Lien menyentuh tanganku. “Kita sudah hampir sampai.”
“Oh ya?”
“Kamu tidak tidur ya?” tanya Lien lembut.
“Aku tidur, kok.”
“Mata kau terpejam tapi kau tidak tidur!”
“Bagaimana kau tahu?”
“Dari kening kamu.”
“Kening? Kenapa?”
“Orang yang tidur pulas, keningnya agak berkeringat. Karena oksigen di otaknya membawa hawa panas.”
“Oh. Kamu bisa saja!” saya tertawa kecil, menyembunyikan kebenaran yang di ungkap oleh Lien. Dari sini saya berguru satu hal, jangan pernah berusaha berbohong di hadapan seorang perempuan cerdas. Kalau tidak mau aib sendiri! 
“Tenang saja. Tidak usah terlalu banyak pikiran,” kata Lien tersenyum seakan tahu apa yang saya pikirkan.
“Tentu saja saya tenang. Karena di sampingku, ada seorang perempuan elok yang andal memakai senjata.”
“Ester lebih cantik. Catty juga.”
Aku tersenyum, “kamu juga cantik.” 
Wajah Lien merona. Dia menoleh ke arah jendela untuk menyembunyikan rona wajahnya dariku. “Chang menanti kita di bandara. Dia sudah tahu tragedi tadi.”
Aku mengangguk. Lien terlihat sibuk berbicara lewat telepon satelit pesawat. Kelihatannya serius sekali. Aku melangkah ke dalam kokpit pesawat. Dari dalam kokpit nampak pemandangan begitu indah di bawah. Aku termenung dalam takjub melihat pemandangan kota Beijing dari udara.
Setelah mendarat di landasan, saya keluar dari pesawat diikuti Lien dari belakang. Di bawah, sudah menanti sebuah kendaraan. “Kita akan menuju ke suatu tempat,” kata Lien ketika duduk di mobil.
“Tidak ke hotel?” saya mengangkat alis, bertanya serius.
“Tidak. Seseorang sudah menunggumu di daerah itu.”
“Ok.”
“Jaka,” seru Lien. “Hari ini, lawyer kami akan tiba dalam pertemuan nanti. Surat pencabutan mandatory akan ditandatangani hari ini. Besok, Yu, Wu, Hwang dan saya akan terbang ke Amerika untuk mempersiapakan pembentukan Private Investment Company.”
“Lalu?”
“Minggu depannya kau kembali ke Hong Kong untuk bergabung denganku dan Boy.”
“Minggu depan?”
“Ya, ahad depan. Kamu lebih kondusif di sini hingga somasi aturan kami olok-olokan atas nama Private Investment Company itu. Setelah itu, posisi kau tidak lagi diperhitungkan dan kau kondusif dari kejaran mereka.”
Aku mengangkat bahu. “Ok! Aku tetap di sini. Tidak ada pilihan lain, kan?” sambungku tersenyum.
“Maaf, Jaka.” Lien berubah murung. “Kadang saya sedih bila memikirkan kau harus melewati ini semua.”
“Aku baik-baik saja, kok.”
“Kamu yakin?”
“Ya. Seyakin saya menjemput takdir,” jawabku tegar.
Lien merangkulku. “Aku akan selalu ada di samping mu, Jaka..”. Di wajah Lien ada pelangi yang membawaku kepada keindahan tersendiri. Matanya tertutup. "Beri saya ruang untuk sekali ini saja..." Kata Lien dengan bunyi tertahan dalam desahan..


Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/