Freeport Ngeyel



Berita kemarin menyebutkan bahwa PT Freeport Indonesia sepakat akan melaksanakan penawaran saham (divestasi) 51 persen kepada pemerintah. Hal itu sejalan dengan Peraturan Pemerintah no.1 tahun 2017 terkait perubahan status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Ini isu gembira. Karena freeport menentukan patuh kepada pemerintah daripada perang di arbitrase international. Tapi sobat aku pemain tambang menyampaikan bahwa walau sudah sepakat namun tetap aja FI ngeyel. Masalah apa ? Freeport tentukan valuasi saham engga masuk nalar yakni US$ 16,2 miliar atau sekitar Rp 225,18 triliun dengan hitungan kurs Rp 13.900 per dollar AS.

Jadi berapa bekerjsama value Freeport ? bila mengacu harga saham Freeport-McMoRan Inc di Wallstreet harganya USD 13,59, itupun volume yang diperdagangkan rendah. Kini saham Freeport cenderung turun. Daripada beli saham Freeport Indonesia sebesar itu lebih baik beli Holding nya sekalian. Dengan USD 10 miliar kita sudah secara umum dikuasai di Holding. Dan kita bukan hanya kendalikan Freeport di Indonesia tapi juga di negara lain dimana freeport beroperasi. Untuk melaksanakan seni administrasi ini , pemerintah bisa menugaskan BUMN tambang melaksanakan agresi corporate.

Disamping itu Freeport Indonesia juga minta kebijakan pajak kepada pemerintah. Padahal IUPK itu tarif pajaknya lebih rendah daripada Kontrak Karya. Tapi keliatannya FI ingin terhindar dari ketentuan retribusi pajak air yang akan dintentukan PEMDA PAPUA. Ini terang konyol. Karena itu hak PEMDA dan kebijakan pemerintah memaksa FI untuk mengubah menjadi IUPK biar keadilan kawasan tercipta. Saya yakin Jokowi akan menolak ini. Dan FI tetap aja ngotot untuk dapatkan fasiltas pajak tunggal atau tidak tidak ingin pajak berganda alasannya retribusi Pemerintah Daerah segala.

Bagaimana pertarungan dengan FI masih panjang. Walau batas waktu Divestasi itu 90 hari semenjak persetujuan divest di keluarkan. Saya berharap agenda divestasi ini tidak terjadi menyerupai abad Soeharto dan SBY. Dimana divestasi FI balasannya jatuh kepada kroni penguasa. Dulu abad Soeharto , divestasi FI jatuh ketangan Aburizal Bakrie sebesar 9,36 % melalui PT. Indocopper senilai US$213 juta. Namun, Ical hanya membayar US$40 juta. Sisanya sebesar US$ 173 juta share loan dari Freeport. Kemudian Bakrie melepas 51% saham indocopper kepada PT. Nusamba milik keluarga Pak Harto dan Bob Hasan seharga USD 315 juta. Tapi transaksi ini duitnya dari Freeport USD 254 juta, sedangkan Nusamba hanya menyetor US$61 juta. Enak kan. Kemudian sisanya 49% di jual lagi oleh Ical kepada Freeport senilai US$211,9 juta di pasar modal. Dahsyat engga.

Sesuai PP no 1 penawaran saham Freeport dimulai kepada pemerintah pusat. Jika tidak bisa diserahkan kepada pemerintah kawasan atau ke swasta nasional, dan opsi terakhir dijual di Bursa Efek Indonesia. Kita berdoa dan berharap biar Jokowi mengawal proses divestasi ini biar tidak terjadi lagi menyerupai abad Soeharto dimana divestasi hanya cara cerdas para elite dan pengejar rente sanggup uang gampang dan balasannya negara tidak sanggup apa apa alasannya secara tidak pribadi memang tidak ada perubahan kepemilikan alasannya saham di kuasai oleh proxy Freeport sendiri.

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait