Mungkinkah Ahok Menang?

Sahabat saya pengusaha hiburan mengirim WA kepada saya bahwa Ahok kehilangan teman yang dulu mendukung pembiayaan beliau menjadi orang kedua di DKI. Karena sesudah berkuasa kesepakatan kepada teman tidak di penuhi. Pajak hiburan di naikkan dan penambahan izin gres untuk perjuangan hiburan di perketat. Bagaimana mungkin kota mentropolitan menyerupai Jakarta di perketat dunia hiburan malamnya? Sebelumnya teman yang pengusaha properti juga mengeluhkan alasannya yakni pemaksaan membayar utang fasos. Bagi pelanggar utang fasos akan mengalami kesulitan mendapat izin baru. Ahok boleh besar hati dengan pemasukan lebih dari 3 triliun rupiah dari tagihan kepada pengembang , tapi bagaimanapun mereka yakni pendukung riel bagi ahok untuk tetap menjadi gubernur periode kedua. Kini mereka menarik diri dari dukungannya. Ahok bukan lagi teman seiring sejalan. Ahok nampaknya tidak peduli dengan mereka yang berbeda pendapat dengannya.Tidak butuh pertolongan pengusaha yang mengharapkan kemudahan dari kekuasaannya. Ahok nampaknya ingin melawan arus menyerupai ikan salmon. Kalah menang akan beliau hadapi dengan keyakinannnya. Bahwa beliau ingin maju bukan alasannya yakni trasaksional tapi memang berbuat dengan jadwal niat baiknya,untuk rakyat Jakarta.

Partai besar menyerupai PDIP dan Garindra sudah dalam posisi " lu mau ikut gua, ikutin aturan gua. Lue hanya kerja untuk gua." Hal ini berlawanan dengan perilaku Ahok yang selalu ingin maunya dengan agendanya, bukan jadwal partai yang ujung ujungnya duit. Ada beberapa partai yang mau mendukung tapi butuh backing dari pengusaha untuk menggerakkan mesin partainya. Tanpa itu mereka tidak seratus persen berani mendukung. Jokowi keliatannya akan mendukung Ahok yang tentu tidak secara langsung. Dukungan itu melalui politik biar forum yang terkait dengan penyelenggaraan Pilgub sanggup berlaku adil dan jujur tanpa terpengaruh dengan loby partai yang akan merugikan Ahok. Namun dukungan Jokowi akan sulit mengerakan resource nya kalau Ahok tidak di dukung Megawati. Ahok memang tidak sendirian alasannya yakni rakyat yang setia selalu ada di sampingnya. Kita akan liat nanti. Yang niscaya kemenangan itu tidak lagi gampang yang dibayangkan

Apabila Partai tidak bersedia mengusung Ahok maka satu satunya impian Ahok sebagai mesin politiknya yakni " teman Ahok" yang siap menjadi militan mendukung beliau melalui calon Independent. Tapi apakah itu cukup di andalkan? Lawan yang di hadapan yakni Yusril, yang walau berkali kali gagal dalam capres namun beliau punya koneksi besar lengan berkuasa di kalangan elite politik dan juga pengusaha. Walau mengelola partai Yusril gagal namun secara pribadi piawai dalam memainkan kiprahnya sebagai politisi. Dia tidak akan terjebak gaya politisi Islam walau beliau punya pertolongan dari partai dan ormas Islam. Yusril akan menghindari kampanye hitam dan menjauh dari slogan anti SARA. Dia akan menampilkan dirinya yang santun dan tentu berusaha menggandeng pasangannya yang mencerminkan pertolongan kaum muda. Cara ini menyebabkan Ahok berada dalam posisi tidak gampang melawan Yusril, apalagi kalau Ahok tetap dengan gayanya yang terkesan keras dan gampang terpancing polemik.

Kalau hingga Ahok maju melalui jalur independent dan ternyata sanggup mengungguli lawan yang di dukung partai besar maka suka tidak suka, ini merupakan tamparan keras kepada Pimpinan Partai atau elite politik bahwa dengan sistem demokrasi rakyat semakin cerdas dan sanggup menghukum partai. Tamparan ini harus menciptakan partai berguru dari kesalahannya selama ini yang korup dan tidak pro aktif dengan suasana hati rakyat, dan hanya peduli kepada rakyat ketika PEMILU. Sudah saatnya bagi seluruh kader dan elite Partai untuk memperbaiki niat bahwa partai yakni forum pendidikan politik untuk lahirnya pemimpin berkelas nasional untuk tegaknya NKRI yang makmur atas dasar keadilan sosial bagi semua. Juga pelajaran bagi elite Islam biar mulai sadar bahwa umat tidak butuh retorika indah perihal sorga dan ditakuti alasannya yakni neraka. Umat butuh pemimpin yang smart memperjuangkan keadilan dan kejujuran , dengan keteladanan berani walau harus kehilangan jabatan. Sudahilah menggiring umat hanya sebagai alat meraih kekuasaan. Karena rakyat semakin cerdas dan tahu, siapa yang pantas memimpin mereka.

Akankah dari Pilgub DKI ini kita sanggup mendapat pelajaran terbaik perihal demokrasi dan mendapat hikmah? kita liat nanti.

....

Sumber https://culas.blogspot.com/

Artikel Terkait