Pancasila, Kesatuan.


Dulu tahun 80an setiap mahasiswa gres wajib mengikuti pencerahan perihal P4 ( Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila). Namun saya dengan cara saya bisa menghindar dari pencerahan itu. Ketika di Masjid saya bertemu dengan seseorang yang nampak seusai sholat maghrib beliau mengaji hingga datangnya sholat Isya. Yang membuat saya tertarik dengan seseorang itu ialah beliau mengaji tanpa membaca Al Quran.Itu artinya beliau hafal Al Quran.Ada rasa kagum kepada seseorang itu.Seusai sholat isya saya memberanikan diri untuk menegurnya dan berharap bisa berdialogh dengannya.  Benarlah,  beliau sangat ramah dikala saya tegur. Saya berbicara perihal kegundahan saya dimana pemerintah memaksakan biar semua orang berkiblat kepada Pancasila. Padahal islam sudah punya fatwa yang lengkap yaitu AL Alquran dan hadith. Apa lagi? 

Dia nampak tersenyum mendengar keyakinan saya. Menurutnya Pancasila ialah alat komunikasi perihal isi Al Alquran dan hadith kepada masyarakat Indonesia. Di dalam Pancasila ada kalimat Adab, Hikmah, Musyawarah. Ini semua terminologi Al Quran. Tapi mengapa harus memakai pancasila? Harap maklum bahwa hampir semua penduduk Indonesia yang beragama lantaran faktor keturunan dan budaya. Bagaimanapun Al Alquran dan hadith itu tiba dari luar Indonesia, dan untuk menyampaikannya kepada orang indonesia tentulah harus memakai budaya Indonesia sehingga gampang di pahami. Bila sudah di pahami tentu tidak ada kesulitan untuk di jalankan.Jadi ini hanya  educative method 

Pancasila ialah hasil tafakkur yang panjang dari para pendiri negara yang seumur hidupnya di wakafkan untuk usaha kemerdekaan Indonesia. Sebagai falsafah negara maka Pancasila itu ialah platform yang bukan satu kesatuan tapi satu mempersatukan yang lain. Kaprikornus urutan pancasila harus runut tidak bisa di balik balik.  Perhatikanlah bahwa Pancasila itu ratifikasi prinsip aqidah Islam bahwa segala sesuatu haruslah di awali lantaran Allah. Sila pertama ialah Ketuhan Yang Maha Esa. Sila yang lain dalam pancasila tidak ada tanpa ada sila pertama. Pembahasan kepada sila yang lain harus di dasarkan kepada sila yang pertama. Ini Platform nya. Bagaimana insan memperlakukan Tauhid atau Ketuhanan Yang Maha Esa itu? 

Pada sila kedua, kemanusiaan di definisikan sesuai dengan Al Alquran yaitu yang adil dan beradab. Adab adalah kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti, menempatkan sesuatu pada tempatnya, keadilan dan lain-lain. Adab juga sanggup berarti mendisiplinkan jiwa dan fikiran. Adil dan beradab adalah susila mulia dan ujud kasatmata ketaqwaan kepada Allah."Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan dan memberi kepada keluarga yang erat  dan melarang dari yang keji, dan yang di benci, dan aniaya. Allah mengingatkan kalian, supaya kalian ingat.” (QS 16:90). Ia lebih tinggi nilainya dibandingkan definisi kemanusiaan konsep HAM dari PBB. Bila definisi perihal kemanusiaan ibarat ini maka dijamin semua orang bertauhid  akan bersatu, yang selanjutnya masuk kesila ketiga  persatuan Indonesia.

Bila umat bersatu lantaran dasarnya aqidah maka kembali ditanya bagaimanakah bentuk tatanan masyarakat yang hendak di bangun? Ternyata para pendiri negara kita kembali mengangkat definisi sesuai dengan Al Quran. Bahwa sila keempat yaitu  kerakyatan yang dipimpin oleh “hikmat”kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Siapakah hikmat itu ? Dalam al-Qur’an, kata hikmah, baik dalam bentuk nakirah ataupun ma’rifatnya ada sembilan belas kata. Diantaranya ialah surat al-Baqarah; 129,151, 231, 251, 269, surat Ali Imram; 48, 81,164, surat al Nisa; 54, 113, surat al Qamar; 5, surat al Nahl; 152, surat al Isra’; 39, surat al Ahzab; 34, surat al Zahraf; 63, surat al Jumat; 2, surat al Maidah; 110, surat Lukman; 12, dan surat Shaad; 20. Arti pesan tersirat itu bekerjasama dengan adil, ilmu, sabar, kenabian, al-Qur’an, dan Injil. Ungkapan untuk mencegah sesuatu yang utama dengan ilimu yang lebih utama. 

Al-hakiim, yaitu orang yang cermat dalam segala urusan, atau orang yang bijak, yakni orang yang telah di tempa banyak sekali pengalaman. Al hakam dan al hakiim, yaitu penguasa dan hakim. tulisannya hakiim, tapi maknanya haakim. Al-hikmah, yaitu objek kebenaran (al haq) yang di sanggup melalui ilmu dan akal. Al hakiim, juga bermakna orang yang mencegah kerusakan.Al hakamatu, yaitu seseorang yang menghadang kuda. maksudnya ia mencegah kuda biar tidak lari kencang dan ia sanggup mengendalikan. Al hukmu, yaitu mencegah kezhaliman. Bayangkanlah, tinggi sekali qualifikasi orang yang di sebut pemimpin dalam Pancasila. Dengan qualifikasi ibarat inilah maka keadilan sosial bagi seluruh rakyat ( sila ke lima) sanggup terjelma sebagai reward dari Allah lantaran di pimpin oleh orang orang yang hikmah...

Jadi Pancasila ialah falsafah bermasyarakat dan bernegara yang bersumber dari AL Quran, yang di singkat dalam lima pasal dalam bahasa sederhana sebagai unifying factor bagi siapa saja utamanya yang beragama islam dan nyatanya di terima oleh semua golongan. Itulah indahnya islam sebagai rahmat bagi alam semesta. Untuk implemetasi Pancasila di buatlah Undang-Undang Dasar 45 namun lantaran dibentuk dengan terburu buru maka semua pendiri negara setuju bahwa Undang-Undang Dasar 45 akan diperbaiki dikemudian hari apabila keadaan politik telah stabil, biar sesuai dengan Pancasila. 

Kalau ada orang yang menyampaikan bahwa  Pancasila ialah system kufur itu berarti telah menuduh pendiri negara ini kufur. Ada baiknya kita kembali kepada hadith Nabi dirawikan oleh sahih Bukhari bahwa...sesungguhnya Islam itu tiba dalam keadaan absurd dan nanti akan kembali asing. Para sobat bertanya : Wahai RasuluLlah siapakah orang-orang absurd itu? Nabi menjawab :Mereka ialah orang-orang yang berbuat kebaikan dikala orang-orang berbuat kerusakan, tidak berbantah-bantahan dalam agama Allah dan tidak mengkafirkan salah seorang di antara hebat Tauhid dengan alasannya ialah dosa yang telah beliau lakukan. Barangsiapa menyampaikan kepada saudaranya dengan Wahai Kafir, maka kekafiran itu kembali kepada salah satunya"

***
Mengapa sebagian umat islam malah berani menolak Pancasila dan menganggap bahwa Pancasila anti Islam?  BIsa di pahami bahwa Islam awalnya di perkenalkan Rasul dalam keadaan utuh. Hanya masalahnya menjadi lain dikala ia tersebar-luaskan. Cara mendapatkan agama inilah yang berbeda sehingga berbeda pula perilaku dan perbuatannya. Ada dua macam perbedaan dalam bersikap perihal agama, yaitu pertama , Ekstrinsik dan kedua, Intrinsik

Yang Ekstrinsik memandang agama sebagai something to use but not to live. Orang berpaling kepada Tuhan, tetapi tidak berpaling dari dirinya sendiri. Agama di gunakan untuk menunjang motif-motif lain: kebutuhan akan status untuk tujuan politik atau business, kebanggaan, rasa kondusif atau harga diri. Orang yang beragama dengan cara ini, melakukan bentuk-bentuk luar dari agama. Ia puasa ,Sholat, naik haji dsb, tetapi tidak di dalamnya. Imam Al-Ghazali, menyatakan bahwa beragama ibarat ini ialah beragama yang ghurur (tertipu). Tertipu, lantaran di kira sudah beragama, ternyata belum. Bahwa cara beragama ibarat ini memang erat kaitannya dengan penyakit mental. Sehingga kesimpulannya, cara beragama ibarat ini tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih sayang. Sebaliknya, kebencian, iri hati, dan fitnah masih tetap akan berlangsung. 


Sedangkan makna yang intrinsik, yang di anggap menunjang kesehatan jiwa dan kedamaian masyarakat, agama di pandang sebagai 'comprehensive commitment' dan 'driving integrating motive', yang mengatur seluruh hidup seseorang. Agama di terima sebagai faktor pemadu (unifying factor). Hanya dengan cara itu kita bisa membuat lingkungan yang penuh kasih sayang.

Suka tidak suka, Islam di terjemahkan dengan dua makna keberagamaan tersebut. Seluruh literatur Islam, bersama-sama penuh dengan dua makna tersebut. Imam Al-Ghazali menyebutnya dengan makna lahir dan makna batin. Dia menjadi unifying factor, yang sejarah tak pernah mencatat ada sesuatu selain Islam. Bahkan, unifying factor, ini hanya merupakan salah satu karakteristik konsepsi Islam, yaitu yang disebut dengan keseimbangan. Selain itu, Islampun tiba dengan karakteristik-karakteristik kekonstanan, keuniversalan, keativan, kerealisitisan, ketauhidan dan yang paling utama kerabbanian (Ketuhanan). Karakteristik-karakteristik inilah yang membuat Islam berhak menyandang gelar Rahmat bagi Alam.

Rasul memang diutus untuk menebarkan rahmat (kasih sayang) kepada seluruh alam, sebagaimana tercantum pada QS. 21:107: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". Itu sebabnya George Sarton, dosen Universitas Harvard menyatakan bahwa sesungguhnya Islam merupakan tatanan agama yang paling sempurna sekaligus paling indah. Tetapi sangat di sayangkan bahwa sebagian kaum Muslimin sendiri terlalu jauh dari hakekat yang dibawa Islam.

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait