Politik

Politik tanpa panggung bukan politik namanya tetapi stand up commedy. Politik tanpa gendang tidak akan ada panggung. Gendang tanpa penari tidak akan ada kerumunan massa. Makara politik yaitu sebuah drama panggung dimana harus ada gendang untuk memungkinkan ada penari dan penonton sanggup tertawa sekaligus meliukan tubuh mengikuti irama gendang. Yang namanya penonton sanggup saja saling sikut dan baperan. Bisa saja alasannya yaitu itu bertikai berkelahi phisik, berkelahi urat lehet. Tetapi itu tidak ada kaitannya dengan panggung. Lakon drama terus berlansung saat yang bertikai di cokot pegawanegeri polisi untuk dimankan demi UU. Hebatnya makna politik itu ditampilkan begitu vulgar oleh ILC dan mendapat rating tinggi dihadapan pemirsa.

Rakyat kita suka mendengar orang berbicara politik dengan analisa dan opini membela dan menyerang. Semua orang dari menyebarkan disiplin ilmu sanggup bicara atasnama politik. Ahli aturan berpendapat dari sudut pandang hukum. Ahli sosial berpendapat dari sudut sosial. Ahli agama bicara dari sudut fikih dan syariat. Ahli filsafat bicara soal fiksi dan fakta. Semua sanggup panggung untuk bicara atas nama diri merekan sendiri. Dari semua yang berbeda pendapat itu, rakyat sebagai pemirsa mendapat tontonan menarik. Mengapa ? itu bukan alasannya yaitu panggungnya ahli menyerupai lawak Srimulat tetapi alasannya yaitu didalam kepala pemirsa juga punya opini sendiri sendiri. Dan setiap orang menanti ada pendapat yang sama dengan opininya dan persepsinya. Yang tidak sependat memuaskkan dirinya dengan posting di Fb sambil mengumpat.

TV atau media massa juga termasuk sosial media mendapat laba dari komunitas baper ini. Politik seakan panggung yang menarik bagi rakyat melepaskan emosi rendah untuk murka dan memuji serta berfantasi. Pada waktu bersamaan bisnis media mendapat uang dari iklan dan traffic komunikasi.Para komentator dan nara sumber sanggup amplop. Selanjutnya apa ? tidak ada. Karena panggung politik tidak pernah memperlihatkan solusi semoga mencari terbaik diantara yang baik. Panggung politik hanya mengatakan ruang semoga konsesus terjadi diatas banyak sekali kepentingan. Kepentingan siapa ? ya elite politik. Prinsipnya, pendapat akan berbeda selagi pendapatan beda. Namun jika pendapatan sama maka pendapat akan sama.


Untuk hal ini aku tertarik memantau perpolitikan di China. Mengapa ? alasannya yaitu saat Deng berkuasa ia menutup layar panggung politik. Menghentikan gendang semoga tidak ada lagi kerumunan orang yang kepo. Meniadakan penari latar semoga tidak ada orang yang baper. Deng menggantinya dengan insentip kepada setiap orang.Pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan dan pada waktu bersamaan memaksa orang belanja dari keringatnya. Untuk itulah pemimpin dipilih. Mau kapitalis , sosialis atau agama ,tak penting. Yang penting rakyat dan penguasa harus kerja dan negara sanggup pajak. Selebihnya korban peradaban bagi mereka yang malas dan baper. Makanya jangan terkejut jika gubernur bank central china kesudahannya harus turun jadi Walikota atau Elite partai masuk bui dan Sekretaris partai mati didepan regu tembak alasannya yaitu korupsi. Orang diukur dari kinerja bukan retorika dan citra.. Siapapun itu.! Politik kehilangan ruhnya sebagai lapo tuak..

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Artikel Terkait