Showing posts sorted by date for query siapakah-jokowi. Sort by relevance Show all posts
Showing posts sorted by date for query siapakah-jokowi. Sort by relevance Show all posts

Cds, Indonesia. ?


Kita mengenal uang sebagai ujud lembaran kertas atau koin. Uang itu kita kenal dan bersahabat dengan keseharian kita untuk melaksanakan aktifitas pertukaran barang dan jasa. Dengan uang maka semua ada nilai untuk dibeli, dijual dan di nominalkan. Lantas bagaimanakah uang itu diciptakan dan darimana asalnya ? Dahulu kala uang itu dibentuk dari emas dan perak. Berapa nilai uang itu , ya tergantung dari beratnya koin emas atau tembaga. Artinya uang bekerjasama pribadi dengan nilai bahan yang menempel padanya.Tapi ia kala modern , ketika populasi insan semakin bertambah, kebutuhan semakin luas, perpindahan penduduk, barang dan jasa semakin cepat. Maka uang tak bisa lagi sepenuhnya ditentukan dengan bahan yang ada.

Uang sudah bergeser menjadi ”sebuah nilai ” yang tak bisa lepas dari "Internationalisasi." Uang dan politik yakni satu kesatuan yang tak terpisahkan. Suka tidak suka inilah kenyataanya. Dari segi monetary system kita menyatu dengan system keuangan global. APBN harus dibentuk menurut Standard Government Finance Statistic (SGFS) yang sehingga kekuatan fiskal negara sanggup setiap ketika dimonitor sebagai dasar forecasting value Rupiah. Disamping itu juga Sistem Akuntasi Moneter Bank Indonesia harus mengacu kepada International Reserves and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). Sehingga setiap detik posisi devisa BI sanggup dimonitor secara international. Semua menjadi transference dan terhubung keseluruh dunia secara border less.

Walau semua serba transference namun pasar berbuat sesukanya berdasar data real tesebut. Disinilah nilai uang diukur dan ditentukan oleh segelintir pemain. Cadang devisa negara dalam aneka macam mata uang tak lagi terkait pribadi dengan jumlah rupiah yang beredar. Cadangan devisa hanya digunakan untuk transaksi atau belanja yang mengharuskan tunai atau cash advance bermata uang asing. Sementara hampir 90% transaksi lintas negara ( cross border ) yang dilakukan dunia perjuangan tidak berupa cash advance tapi commitment. Commitment ini dalam bentuk instrument yang dilegimite oleh komitmen multilateral baik dalam kuridor WTO maupun BIS dan Artikel Babo.

Hitunglah berapa perputaran uang dibalik commitment itu?. Anda akan terkejut. Jumlahnya diatas cadangan devisa negara kita. Bahkan melebihi SUN yang kita terbitkan. Atau melebihi dari jumlah pajak yang terkumpul. Proses uang itu sangat sophisticated, misal Corporate melaksanakan pemberian luar negeri. bermata uang asing. Apabila mereka mendapat penghasilan dalam mata uang rupiah, lantas bagaimana menjamin keseimbangan kurs antar mata uang semoga transaksi ini tidak merugikan. Pertanyaan berikut, apabila pemberian itu gagal siapakah yang akan menjamin uang itu kembali. Juga bermacam-macam kegiatan investasi yang berhadapan dengan resiko perbedaan kurs itu. Pertanyaan ini akan panjang sekali kalau kita melihat melalui kacamata uang secara normal.Proses itu bergerak sangat cepat , bukan lagi jam atau hari ukurannya tapi detik.

Tapi dalam system moneter ini sudah diantisipasi. Yaitu melalui aneka macam instrument derivative yang mendukung proses perputaran uang. Instrument ini tidak melihat devisa negara sebagai kekuatan mata uang. Tidak melihat melihat besaran utang. Tapi melihat dari sisi ”kepercayaan ” ( trust ). Trust ini yakni energy ( power) dari uang itu sendiri untuk terus berputar mengorbit melintasi dunia sebagai alat tukar. Sementara system moneter yakni software untuk memungkinkan uang terkendali sesuai aktivitas yang diinginkan.

Didalam software itu terdapat fitur menyerupai CDS dan aneka macam produk derivative keuangan Artikel Babo. Besar /kecilnya atau besar lengan berkuasa / lemahnya trust ( energi) sanggup dilihat dari tingkat premium credit Default Swap (CDS) yang dibayar. CDS itu biasanya meliat tingkat rating ( trust ) obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Semakin murah CDS semakin tinggi tingkat ”trust” dan tentu semakin tinggi energy yang berputar. Arus investasi akan masuk deras. Nah, di Era Jokowi, tingkat premium CDS terendah sepanjang sejarah republik ini ada. Padahal keadaan ekonomi Indonesia masih menghadapi tantangan dan bahaya terhadap dampak external.

Team Ekonomi Jokowi bisa berselelancar dibawah tekanan dampak kebijakan suku bunga the fed. Kita mengendalikan sepenuhnya semua sektor, ,baik moneter dan fiskal negara leading. Walau utang tembus 4000 T, CDS malah samakin turun, desember 2017 kemarin global bond dilepas di bursa, kelebihan usul dipasar. Bagi investor indonesia yakni lahan investasi menguntungkan alasannya mendasar ekonomi yang sehat, grade asset yang bersinar dipasar dan likuid. Memang yang ribut soal utang itu yakni pengamat yang miskin analis dan niscaya engga punya portfolio investasi di pasar uang. Makara maklumi saja.

Sumber https://culas.blogspot.com/

Mari Berubah...

Ada teman dengan penuh semangat dan percaya diri berkata kepada saya bahwa sudah saatnya Undang-Undang Dasar 45 yang ada kini di kembalikan kepada Undang-Undang Dasar 45 secara murni. Ada juga bilang bahwa sudah saatnya Pancasila sesuai dengan konsep Piagam Jakarta. Bahkan ada juga yang bilang bahwa syariah Islam harus di tegakan di negeri ini. Banyak lagi yang di ungkapkan. Intinya dengan perubahan tersebut maka Indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Apah sih bahwasanya yang dikeluhkan terhadap rezim sekarang? tanya saya.  Rezim Jokowi memperlihatkan kesempatan luas kepada investor asing, terutama kepada china. Memberikan kesempatan tenaga kerja asing. Mengutamakan Konglomerat. Utang luar negeri terus bertambah. Ekonomi menurun , apalagi rupiah semakin terpuruk. Saya hanya tersenyum mendengar keluhan mereka. Mengapa ? memang apa yang di keluhkan itu begitu fakta adanya.

Laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen setiap tahun. Artinya jumlah penduduk bertambah setiap tahun sebanyak 4,5 juta. Itu sama dengan satu negara Singapura. Jadi, jikalau 10 tahun, ya 10 negara Singapura. Terlambat saja pemerintah meng-eskalasi pembangunan maka penambahan jumlah penduduk ini akan menjadi bahaya serius. Semua itu butuh biaya yang tidak bisa di tunda, yang setiap detik bertambah. Sementara postur APBN dari semenjak era Megawati dan SBY hingga kini memang 80% bersumber dari Pajak. Siapakah yang di andalkan membayar pajak ? Ya kelompok menengah atas dan kalangan dunia usaha. Kalau mereka di musuhi lantas dari mana penerimaan negara ? Coba dech mikir ? Sementara kekuatan APBN mendukung fungsi sosial dan ekonomi semakin melemah lantaran tekanan beban utang dan bunga yang terus membesar. Ini bukan tiba begitu saja tapi proses yang telah berlangsung semenjak era Soeharto. Siapapun yang jadi presiden harus menghadapi ini. Kaprikornus ini kesalahan kolektif sejarah. Andaikan sistem dirubah ibarat kembali ke Undang-Undang Dasar 45 atau syariah Islam, apakah perubahan sanggup seketika mendatangkan uang untuk membayar utang? Sumber daya alam yang ada tidak bisa menghasilkan uang tanpa modal. Darimana modalnya ? Berhenti berutang? lantas bagaimana mengatasi ledakan pertambahan penduduk setiap tahunnya ? Coba dech mikir.

Itulah sebabnya perlu kecerdasan mengatasi sumber daya APBN yang rendah tanpa terjebak dengan hutang. Ingat hutang perlu tapi tidak harus terjebak. Caranya ? Pemerintah memperlihatkan kesempatan bagi investor absurd terlibat dalam denah Business to Business ( B2B). Kalau pemerintah tidak terlibat tentu kepastian aturan tidak ada. Kalau terlibat pribadi akan berdampak pada tekanan fiskal APBN. Solusinya, BUMN ditempatkan sebagai agent of development untuk menarik dana absurd terlibat dalam denah B2B , dengan memperlihatkan tugas lebih besar kepada BUMN untuk terlibat aktif dalam pembangunan insfrastruktur. Sementara negara hanya sebagai regulator tanpa terlibat sebagai financial undertaker. 

Tapi mengapa lebih banyak ke China kemitraan tersebut? Mengapa bukan kepada Jepang atau Amerika atau Eropa ?  Saat kini Negara yang punya agenda melepas dananya keluar negeri semoga mata uangnya melemah yaitu China. Sementara Amerika masih dililit krisis moneter yang justru mendapat suntikan dana dari China, Jepang yang terjebak krisis spiral, Eropa yang terjebak pertumbuhan negative.  Namun untuk terlaksananya B2B itu maka sektor investasi, perdagangan, industri , jasa , harus di reformasi. Itu sebabnya berandal rente ekonomi yang membelenggu keadilan ekonomi harus di basmi. Ini tidak gampang lantaran menyangkut kepentingan elite politik dimana partai menikmati limpahan dana akhir rente ekonomi yang telah berlangsung puluhan tahun. Tidak ada pilihan! resiko politik harus di hadapi. Mafia Migas , Mafia Ikan, Mafia Pangan, Mafia Industri, perdagangan dan perkebunan , Mafia Minerba , Mafia anggaran dan birokrasi harus di ganyang. Setahun Jokowi berkuasa terjadi goncangan luar biasa. Namun kini semua telah terlewati. Mafia tersingkir dan investor absurd melihat indonesia serius melaksanakan reformasi anggaran yang berorientasi produksi, bukan konsumsi.

Saat kini Indonesia menjadi pilihan investasi kedua setalah China atau India. Negara di dunia boleh insolvent tapi private investor tetap kuat. Karenanya evaluasi investor private terhadap Indonesia bukanlah hal yang luar biasa. Karena investor private tidak melihat nasionalisme dalam berinvestasi  tapi mereka melihat daerah yang nyaman mendatang keuntungan bagi uang mereka. Inilah fakta kapitalisme dan kita harus memanfaatkan keadaan ini semoga tidak hanya menjadi penonton kemelimpahan dana private. Karenanya tax amnesty yang di kombinasikan dengan repatriasi asset di canangkan semoga Indonesia sebagai financial gateway berkelas dunia untuk masuknya dana kesektor riel yang telah dibentangkan luas oleh pemerintah melalui paket budi yang sangat revolusioner dan visioner. Dengan demikian ekonomi bergerak bukan lantaran APBN  tapi lantaran kekuatan system yang mengakibatkan Indonesia sebagai ladang kerja keras bagia siapa saja yang mau berusaha. Apakah ini tidak melanggar nasionalisme dan sosialisme? Tidak. Karena dunia perjuangan bergerak , akan mendatangkan pajak. Pajak yang meningkat akan menciptakan APBN sehat, yang pada gilirannya bisa melaksanakan fungsi ekonomi melunasi beban utang dan melaksankan fungsi social bagi rakyat yang setiap tahun bertambah lebih banyak dari penduduk Singapore.

Apa yang dilakukan Jokowi yaitu kebijakan yang membumi menurut fakta yang ada. Dia tidak terjebak politik menyalahkan masalalu demi pencitraan. Dia mengakibatkan kesalahan masa kemudian sebagai pelajaran untuk perbaikan hari kini semoga dimasa depan kita punya harapan. Jargon utopia yang membawa agama dan nasionalisme, sosialisme, tidak akan menuntaskan masalah. Sudah lebih setengah kurun negeri ini merdeka, selalu system di salahkan bila kemakmuran tidak terjadi. Padahal kesalahan bukan pada system tapi lebih kepada adat pemimpin dan mental rakyat.  Jadi bagi pihak yang merasa terganggu dengan kebijakan pemerintah kini bahwasanya tidak punya pegangan yang berpengaruh untuk menjatuhkan Jokowi. Selagi Jokowi tidak korupsi, tidak menduakan dengan perempuan lain, tidak melanggar Undang-Undang Dasar dan UU maka selama itu tak akan ada satupun yang bisa menjatuhkannya selain Tuhan. Dan Tuhan hanya berpihak kepada orang baik yang berbuat , bukan orang baik yang hanya akil bicara.Mari berubah...


Sumber https://culas.blogspot.com/

Bukan Saatnya Menang...

Anak ku,
Dulu kami sebagai aktifis mencar ilmu politik tidak dari sosmed atau media massa, sebab waktu itu belum ada sosmed dan lagi media massa tidak bisa seratus persen di percaya. Kebebasan masih di pasung. Kami mendapat pengetahuan dan wawasan politik dari banyak membaca buku. Berbagai litetarur tentang  politik, sosial, ekonomi dan agama, kami baca hingga tuntas. Tak semua kami bisa membeli buku namun piknik kami bukan ke mall tapi ialah perpustakaan nasional. Di sanalah kami membenamkan diri melahap buku.Setelah itu kami akan terlibat diskusi dengan sahabat sahabat sesama aktifis. Dari diskusi itulah wawasan kami semakin kaya dan paham di mana kami berdiri. Paham mengapa kami harus berjuang. Kami sedari usia muda sudah terlatih berdebat dengan santun dan   smart.  Bukan untuk saling menyalahkan tapi saling mengingatkan bahwa walau kami berbeda paham namun kami punya satu tujuan, yaitu membela kebenaran, kebaikan dan keadilan.

Kamu tahu Nak, proses sejarah usaha kaum terpelajar Indonesia menuju Indonesia merdeka di pengaruhi oleh empat golongan yaitu Nasionalis, TNI, Agama  dan Komunis. Ini fakta sejarah. Ke empat golongan  ini bersatu ketika menyusun konsep kemerdekaan Indonesia dengan lahirnya Pancasila. Dalam palsafah Pancasila idiologi keempat golongan itu terwakili. Tapi dalam kenyatannya ke empat golongan itu memang punya aktivitas masing masing yang tersembunyi dibalik Pancasila. Kelompok Agama, dalam hal ini Islam ingin mendirikan negara Islam. Kelompok Komunis ingin mendirikan negara komunis. 

Memang baik Komunis maupun islam punya kesamaan yaitu internationalisasi. Sementara nasionalisme tidak ingin ada negara Agama atau negara golongan. Baik islam maupun komunis , keduanya pernah terlibat pemberontakan. Tahun 1948 terjadi pemberontakan Madiun oleh PKI. Kekuatan islam berkali kali melaksanakan makar menyerupai Gerakan DI/TII Daud Beureueh, Gerakan DI/TII Ibnu Hadjar, Gerakan DI/TII Amir Fatah, Gerakan DI/TII Kahar Muzakkar, PRRI yang didukung oleh Tokoh Masyumi. Semua pemberontakan itu berhasil dipatahkan oleh TNI/ABRI. Ketika terjadi pemberontakan G30S PKI, ketika itulah Tentara Nasional Indonesia melaksanakan propaganda bahwa PKI anti Tuhan sehingga dengan gampang menarik massa Islam dalam satu barisan untuk mengakibatkan Soeharto sebagai Presiden.

TNI berperan besar mencambuk kaum nasionalis dan komunis paska G30S dengan keluarnya Tap MPRS XXV/MPRS/1966 bahwa PKI sebagai Partai Terlarang di Indonesia karena tidak sesuai dengan Pancasila. Padahal tokoh PKI menyerupai Tan Malaka, Amir Syarifuddin, Chaerul Saleh, Sukarni dll ikut terlibat membidani lahirnya republik ini yang bersendikan kepada Pancasila. Makara PKI memang korban politik berebut hegemoni diantara kekuatan idiologi di Indonesia.

Namun Nak, yang harus kau pahami bahwa tugas umat islam dari semenjak awal kemerdekaan hingga jatuhnya rezim Soeharto selalu di manfaatkan sebagai benteng terakhir bagi Tentara Nasional Indonesia untuk menggusur kekuatan kolonialis dan nasionalis yang berkuasa. Cobalah perhatikan, ketika merebut kemerdekaan, Ulama sejawa mengeluarkan anutan bahwa perang melawan kolonialis asing  ialah jihad. Fatwa itu tidak tiba dengan sendirinya. Tapi berkat bujukan dari Tentara di bawah pimpinan pengalima Sudirman yang di kenal sangat religius itu. Karena itulah Ulama tergerak hati mengerahkan rakyat untuk bersama sama dengan Tentara menyabung nyawa dalam perang kolosal di setiap wilayah Indonesia. Tak terbilang jumlah suhada menjadi nisan tak bernama. 

Setelah kolonial absurd di usir. Kekuasan tidak jatuh ke golongan Islam. Tapi jatuh ke kelompok nasionalis. Ketika Soekarno melemah, kembali kelompok Islam di provokasi Tentara Nasional Indonesia untuk bersama sama menjatuhan Soekarno dengan mengakibatkan PKI sebagai pintu masuk. Soekarno jatuh dan PKI di nyatakan sebagai Partai terlarang, islampun tidak mendapat tugas apapun dalam kekuasaan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Kekuasaan tunggal ada di bawah Soeharto yang di back up ABRI. Partai islam di bolehkan berdiri namun di awasi ketat perkembangannya dan segala infrastruktur politik islam di kebiri. Ketika Soeharto harus di jatuhkan maka kembali kekuatan Tentara Nasional Indonesia memakai elite islam menyerupai Amin Rais dari Muhamaddiah dan Gus Dur dari NU yang merupakan ormas terbesar di Indonesia sebagai corong menggiring massa Islam bersimpati atas gerakan reformasi dan mengakibatkan mahasiswa sebagai pemicu terjadinya chaos. Soeharto pun jatuh.

Pertanyaannya mengapa di setiap moment pergantian kekuasaan selalu islam sebagai benteng terakhir Tentara Nasional Indonesia untuk mendapat santunan menjatuhkan kekuasaan. Namun ketika kekuasan masih berlangsung malah islam tidak mendapat tempat?. Bahkan  bila golongan Islam ingin menyuarakan kebenaran harus berhadapan dengan moncong senjata TNI. Jawabnya sederhana. Bahwa emosi rakyat Indonesia yang lebih banyak didominasi Islam memang gampang di provokasi untuk menjadi pemicu terjadinya revolusi. Karena sebenarnya setiap revolusi dan reformasi terjadi bukan sebab rekayasa atau buah pemikiran orang tapi lebih sebab situasi dan kondisi terjadi begitu saja di masyarakat. Mengapa? semua berawal sebab dilema ekonomi. Karena pemerintah gagal mengatasi ekonomi dan korban terbesar ada para rakyat yang lebih banyak didominasi umat islam. Itulah mengapa gampang sekali umat islam di provokasi menjadi kekuatan kolosal menjatuhkan penguasa.  Dan sehabis revolusi terjadi, kekuatan islam kembali pada kehidupan menyerupai sebelumnya di mana mereka menjadi umat yang gagal bersaing dengan kelompok minoritas. Mereka tidak  menjadi bagaikan karang di tengah lautan tapi lebih bagaikan buih di lautan yang gampang di sibak oleh sampan kecil. Selagi kelompok menengah dan atas solid , dan ekonomi tumbuh sehat, maka tidak akan pernah ada revolusi yang sukses.

***
FPI ( Front Pembela Islam )  bersama ormas islam Artikel Babo bertekad melengserkan Ahok melalui cara extra parlementer dengan issue menistakan agama. Demikian yang di pahami orang. Saya tidak tahu siapa yang mendesign munculnya kekuatan islam pada moment sekarang. Bagaimana ia begitu yakin  FPI dan ormas islam bisa melengserkan Ahok, yang juga berharap bisa saja bergerak menjatuhkan Jokowi. Apakah ini merupakakan awal dari aktivitas besar untuk merubah Republik yang bersendikan Pancasila menjadi bersendikan Syariah Islam? Apakah ini hanya hard game dari elite politik? Apakah gerakan itu akan mendapat santunan dari cendikiawan ? Apakah akan mendapat santunan kelompok Menengah dan Atas?. Apakah mendapat santunan dari semua Elite partai? 

Mengapa ini saya tanyakan ? sebab kekuatan extra parlementer di manapun berada akan menjadi people power apabila didukung oleh kelompok yang saya tanyakan tersebut. Kerumunan rakyat banyak yang berdemo tidak pernah masuk perhitungan kalkulasi politik. Karena moncong senjata Polisi dan Tentara Nasional Indonesia selalu di arahkan kepada rakyat bukan kepada elite politik. “ Para pegiat agama diwilayah politik hanyalah omong kosong. Mereka sedang mencoba bargain position tapi sebenarnya itu tak lebih mastur politik. Membosankan dan memalukan. Yakinlah kepentingan elite politik berserta kelompok menengah bukanlah idiologi tapi kepentingan ekonomi. Semua elite politik dan birokrat berada dalam kalkulasi bisnis. Harap maklum bahwa kini 90 % APBN bersumber dari Pajak dan ingat ! bahwa 90% pembayar pajak ialah corporate dan kelompok menengah dan atas. Kepentingan business dan kelompok menengah haruslah segala galanya, dan semua itu bermuara kepada UANG." ”  Demikian kata sahabat saya seorang aktifis. 

Mengapa ? Kita mengenal uang sebagai ujud lembaran kertas atau koin. Uang itu kita kenal dan bersahabat dengan keseharian kita untuk melaksanakan aktifitas pertukaran barang dan jasa. Dengan uang maka semua ada nilai untuk dibeli, dijual dan di nominalkan. Lantas bagaimanakah uang itu di ciptakan dan darimana asalnya ? Dahulu kala uang itu di buat dari emas dan perak. Berapa nilai uang itu , ya tergantung dari beratnya koin emas atau tembaga. Artinya uang berafiliasi pribadi dengan nilai materi yang menempel padanya. 

Tapi ia kurun modern , ketika populasi insan semakin bertambah, kebutuhan semakin luas, perpindahan penduduk, barang dan jasa semakin cepat. Maka uang tak bisa lagi sepenuhnya ditentukan dengan materi yang ada. Uang sudah bergeser menjadi ”sebuah nilai ” yang tak bisa lepas dari "Internationalisasi." Uang dan politik ialah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Suka tidak suka inilah kenyataanya. Dari segi monetary system kita menyatu dengan system keuangan global. APBN harus di buat menurut Standard Government Finance Statistic (SGFS) yang sehingga kekuatan fiskal negara sanggup setiap ketika dimonitor sebagai dasar forecasting value Rupiah. Di samping itu juga Sistem Akuntasi Moneter Bank Indonesia harus mengacu kepada International Reserves and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). Sehingga setiap detik posisi devisa BI sanggup di monitor secara international. Semua menjadi transference dan terhubung keseluruh dunia secara borderless 

Walau semua serba transference namun pasar berbuat sesukanya berdasar data real tesebut. Di sinilah nilai uang di ukur dan di tentukan oleh segelintir pemain. Cadang devisa negara dalam banyak sekali mata uang tak lagi terkait pribadi dengan jumlah rupiah yang beredar. Cadangan devisa hanya di pakai untuk transaksi atau belanja yang mengharuskan tunai atau cash advance bermata uang asing. Sementara hampir 90% transaksi lintas negara ( cross border ) yang dilakukan dunia usaha tidak berupa cash advance tapi commitment. Commitment ini dalam bentuk instrument yang di legimite oleh kesepakatan multilateral baik dalam kuridor WTO maupun BIS dan Artikel Babo. Hitunglah berapa perputaran uang dibalik commitment itu?. Anda akan terkejut. Jumlahnya diatas cadangan devisa negara kita. Bahkan melebihi SUN yang kita terbitkan. Atau melebihi dari jumlah pajak yang terkumpul. 

Proses uang itu sangat sophisticated, misal Corporate melakukan pinjaman luar negeri. bermata uang asing. Apabila mereka mendapat penghasilan dalam mata uang rupiah, lantas bagaimana menjamin keseimbangan kurs antar mata uang semoga transaksi ini tidak merugikan. Pertanyaan berikut, apabila pinjaman itu gagal siapakah yang akan menjamin uang itu kembali. Juga bermacam-macam kegiatan investasi yang berhadapan dengan resiko perbedaan kurs itu. Pertanyaan ini akan panjang sekali bila kita melihat melalui kacamata uang secara normal.Proses itu bergerak sangat cepat , bukan lagi jam atau hari ukurannya tapi detik.

Tapi dalam system moneter ini sudah diantisipasi. Yaitu melalui banyak sekali instrument derivative yang mendukung proses perputaran uang. Instrument ini tidak melihat devisa negara sebagai kekuatan mata uang. Tidak melihat mendasar ekonomi sebagai dasar uang. Tapi melihat dari sisi ”kepercayaan ” ( trust ). Trust ini ialah energy ( power) dari uang itu sendiri untuk terus berputar mengorbit melintasi dunia sebagai alat tukar. Sementara system moneter ialah software untuk memungkinkan uang terkendali sesuai aktivitas yang diinginkan. Di dalam software itu terdapat fiture menyerupai CDS dan banyak sekali produk derivative keuangan Artikel Babo. Besar /kecilnya atau besar lengan berkuasa / lemahnya trust ( energi) sanggup dilihat dari tingkat premium credit Default Swap (CDS) yang dibayar.  

CDS itu biasanya meliat tingkat rating ( trust ) obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Semakin murah CDS semakin tinggi tingkat ”trust” dan tentu semakin tinggi energy yang berputar. Arus investasi akan masuk deras. Nah, Apa jadinya bila CDS tingkat premiumnya semakin tinggi ? tentu ongkos transaksi semakin mahal dan resiko semakin terbuka lebar. Uang akan mengalir keluar ketempat yang energynya besar. Pada ketika inilah commitment uang menjadi hancur. Bila hancur maka mata uang yang kita pegang lepas dari orbit. Uang akan terjun bebas tak terkendali hingga harga harga barang sehari hari akan melambung tinggi tentu akan menciptakan rakyat miskin semakin miskin.Yang kaya jatuh miskin.

Jadi Nak, uang bukan hanya lambang legitimate dan kekuasaan negara tapi juga uang sebagai lambang kepercayaan. Bila kita percaya tapi dunia tidak percaya maka kita hancur. Bila dunia percaya tapi rakyat tidak percaya, masih engga ada masalah. Apabila Ahok sanggup di jatuhkan oleh kekuatan extra parlementer maka reputasi negara hancur dimata international. Trust hancur. Tentu Rupiah hancur. Karena jakarta ialah barometer Indonesia. Kecuali gerakan itu memang kehendak dari dunia international dan di dukung oleh kelompok menengah dan Atas, menyerupai jatuhnya Soeharto dan Mursi di Mesir. Tapi ini hanya di dukung oleh segelintir tokoh islam  dibawah Ormas Islam yang tak pernah berhasil mengakibatkan partai Islam unggul dalam Pemilu. Artinya mereka memang tidak dukung oleh lebih banyak didominasi rakyat. Dunia tahu itu. 

Melunaknya perilaku elite Politik dari KMP terhadap Jokowi-JK, dan hasilnya koalisi bubar sebab mereka sadar bahwa bila kondisi politik tidak stabil maka kepercayaan jatuh dan rupiah akan hancur. Yang pertama jadi korban ialah rakyat banyak serta elite dari KMP sebab sebagian besar mereka ialah pengusaha yang sarat dengan hutang. Jatuhnya rupiah akan menciptakan hutang mereka semakin menggunung dan bisnis bankrut. Semua akan setuju siapapun yang menciptakan instabilitas politik akan digilas ,siapapun itu.

***
Nah Anakku, mengapa saya ceritakan ini semua? semoga kau sadar Nak, bahwa kurun kini dan selanjutnya jikalau kau ingin mengakibatkan syariah islam di tegakkan di negeri ini maka yang harus kau lakukan bukanlah demo dan teriakan amarah terhadap keadaan yang apa boleh buat sudah cacat. Kamu harus mulai membangun gerakan ashaf di bidang ekonomi yang bertumpu pada IPTEK dan di laksankan dengan dasar Tauhid untuk cinta bagi semua. Yakinlah, bila ini jadi gerakan kolosal maka hanya dilema waktu , Umat islam akan memimpin perubahan menuju peradaban negeri yang makmur di bawah lindungan Tuhan. Saya berharap ada pihak pihak yang seide dengan saya sanggup berdiskusi secara jernih bagaimana mestruktur gerakan itu secara terorganisir: berdikari , modern dan lentur. Memang tidak gampang tapi bila kita bergerak cita-cita itu tercipta. Seperti apa yang dikatakan oleh Lu Xun, penulis China ” cita-cita ialah menyerupai jalan didaerah pedalaman, pada awalnya tidak ada jalan setapak, semacam itu, namun banyak orang berjalan diatasnya, jalan itu tercipta

Kita bersyukur ketika kini Jokowi ialah presiden yang bukan elite partai, bukan birokrat, dan bukan TNI. Ini kesempatan besar bagi umat islam untuk ambil potongan dalam pembangunan ekonomi.  Mengapa ? Bagaimanapun semoga kekuasaanya stabil , ia akan terus menjaga keseimbangan kekuatan komponen bangsa, dan umat islam dengan santunan ulama akan mendapat tempat istimewa sebagai kawan pemerintah. Ayooo sikapi smart situasi. Kini bukan saatnya menang tapi jikalau kita terus bergerak dengan smart maka hanya dilema waktu kita akan menang dengan sendirinya sebagai sebuah sunatullah..


Pahamkan sayang..


Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Jokowi Kalah ...?

Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa ( PSH) didukung oleh 48,93% bunyi Pileg dari  partai-partai Gerindra PPP, PKS, PAN, PBB dan Golkar. Diibaratkan PSH berada di bawah tenda besar ,suatu pinjaman yang besar dan sangat significant. Seandainya PS terpilih sebagai Presiden maka beliau akan didukung oleh lebih banyak didominasi anggota dewan perwakilan rakyat di Parlemen yang mencapai lebih 52 persen dari jumlah keseluruhan dingklik di dewan perwakilan rakyat atau sebesar 292 kursi. Bandingkan dengan koalisi dari Jokowi- Jusuf Kalla yang terdiri dari PDIP,Hanura,PKB, Nasdem.Total bunyi Pileg dar partai pendukung itu 39,32%. Kaprikornus kalaulah dengan perkiraan mereka yang menentukan pada Pileg tetap konsisten mengikuti kemana Partainya berkoalisi maka sanggup dipastikan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa akan menjadi pemenang. Ini pertarungan yang praktis ditebak dan mudah. Apakah ini disadari oleh PDIP saat menolak koalisi transaksional dengan partai lain? Mengapa mereka begitu yakin bertarung dengan koalisi ramping? Konstituen mana yang mereka harapkan menambah bunyi pendukung Capres mereka ? Inilah pertanyaan yang mengemuka saat  saya berdiskusi dengan kader PDIP. Merekan sendiri jika ditanya dengan hitungan diatas kertas wacana kemungkinan Jokowi menang  juga tidak bisa menjawab. Mereka hanya yakin atas dasar electabilitas Jokowi yang tinggi menurut hasil Survey oleh beberapa forum survey,dan berharap akan menarik pihak yang golput dan  swing voters.

Dari kubu Prabowo-Hatta,menyadari bahwa mereka mustahil bisa merubah perilaku para konstituen dari PDIP yang populer  loyalitasnya sangat tinggi.Begitupula kubu Jokowi menyadari bahwa mereka tidak akan mungkin bisa mempengaruhi konstituen dari PKS yang populer militan dan loyal kepada pimpinan Partai. PSH hanya focus bagaimana mempertahankan konstituennya semoga tidak berubah haluan dan sekaligus pada waktu bersamaan ialah merebut konstituen dari PKB yang berkoalisi dengan Jokowi. Bagaimana caranya ? sudah bisa ditebak yaitu melalui operasi intelligent untuk merubah emosi dan persepsi orang terhadap Jokowi. Issue yang dikembangkan dan ditebar melalui banyak sekali terusan ialah bahwa Jokowi keturunan China, Jokowi tidak beragama Islam, Jokowi korupsi, Jokowi sebagai boneka Mega, Jokowi didikte absurd dan dikendalikan konglomerat keturunan China. Mengapa saya katakan ini operasi intelligent ? sebab cara infiltrasinya sangat sistematis. Melalui pendekatan kepada patron agama (ulama, Dai, Ormas Islam, dll ) dari level kelurahan, hingga kepada level Provinsi dan Pusat. Para patron tidak menyadari mereka sedang dijebak dalam operasi intelligent.Mengapa? sebab yang melaksanakan infiltrasi itu ialah orang yang sangat disegani dan dipercaya oleh mereka, biasanya pimpinan Partai yang berasaskan Islam, partai yang berfiliasi dengan Ormas Islam, tokoh nasional Islam,ketua Ormas Islam. Operasi inteligent ini sangat mahal sebab tidak murah meminta Pimpinan Partai , tokoh Islam nasional ambil cuilan dalam operasi intelligent apalagi sifatnya FITNAH.

Bagaimana jadinya ? Hasil survei (Kamis (12/6/2014) yang dihimpun Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) dari Fokus Survei Indonesia (FSI), Survei dan Polling Indonesia (SPIN), dan Lembaga Survei Indonesia (LSI) memperlihatkan bahwa Prabowo-Hatta unggul. Hasil survey ini menerangkan cara kampanye yang normatif dilakukan oleh Team Jokowi-JK  melalui mesin partai ,ternyata tidak efektif walau issue yang dibawa sangat strategis untuk merusak gambaran Prabowo mirip kasus HAM dll. Memang dinegara dimana tingkat pendidikan lebih banyak didominasi rakyat masih rendah dan sebagian besar tatanan sosial masyarakat masih banyak bergantung dengan Patron maka operasi intelligent merubah emosi dan persepsi orang ialah sangat efektif. Ini pernah dilakukan saat jatuhnya Soekarno dan kemudian menjelang jatuhnya Soeharto yang menciptakan kekuatan Partai pendukung ( Golkar) , ICMI dan  ABRI bersatu untuk merubuhkan Soeharto dengan alasan reformasi yang dituntut oleh mahasiswa. Kemudian saat menjatuhkan PDIP dalam Pemilu 2004 dengan menyebabkan SBY sebagai Presiden walau partai pendukungnya ialah new commer. Pertanyaannya ialah siapakah yang bisa melaksanakan  operasi intelligent dengan aktivitas operasi yang ketat dan singkat, jangkauan luas dan tidak terindikasi pelanggaran yang ditetapkan oleh KPU. Yang niscaya kekuatan kepetangan  dalam negeri tidak akan mampu, disamping memang dana tidak tersedia, penguasaan data juga tidak akurat.Tentu ada kekuatan inteligent absurd yang telah mempersiapkan segala skenario untuk bisa menentukan arah perpolitikan Indonesia sesuai dengan aktivitas mereka.

Kedepan Amerika Serikat akan mengarahkan perhatian utamanya ke Asia Pasific dan Timur Tengah tidak lagi sebagai prioritas. Pada tahun 2020 Amerika akan menempatkan 60% kekuatan Angkatan Lautnya  di wilayah Asia-Pasifik. Tentu China akan bersikap yang sama sebab itu berada diwilayah bahari mereka. Ini menegaskan bahwa Indonesia berada pada posisi diantara 2 (dua) kekuatan; Amerika Serikat dan China. Pilpres ialah representasi dua kekuatan itu. Perang berebut hegemoni tempat antara AS dan China tidak akan ada yang menang namun yang niscaya dua kekuatan itu akan berdamai sebab alasan ekonomi, mirip mereka berdamai di Timur Tengah. Teringat tahun kemudian januari ( 10/1/2013) pada  musim dingin, Prabowo berkunjung ke Beijing sebagai tamu dari Tentara Pembebasan Rakyat Republik Rakyat Tiongkok. Pada kunjungan itu Prabowo menerima kesempatan memperlihatkan ceramah di Universitas Pertahanan Nasional Tiongkok. Mungkin Prabowo satu satunya orang Indonesia dan juga Pimpinan Partai yang diberi kesempatan berbicara dihadapan calon pemimpin militer China masa depan. Teringat nasip Bumi Resource milik Bakrie ( ARB)  yang berhutang kepada CIC (China Investment Corporation) sebesar sebesar USD1,3 miliar yang harus lunas tahun 2015. Hashim bergabung dengan Nat Rothschild. Kemudian Hashim diundang ke Washington untuk berbicara dihadapan Forum USINDO.  Masing masing baik Amerika maupun China punya kartu untuk memastikan kepentingan geostrategis mereka terjaga. Prabowo Subianto dan Hashim akan selalu bermain didua kaki untuk mengamankan kekuasaannya.

Sejak Jokowi menolak koalisi transaksional, dan menolak Beijing connection dan Washington Connection maka bergotong-royong kemenangan ialah miracle.Artinya harus ada hal yang sangat luar biasa dan diluar perhitungan sehingga orang berkiblat semua ke Jokowi-Jk. Apa itu? kita tidak tahu. Menurut teman saya sebagai priset dibidang investment and strategic mengatakan bahwa kekuatan Jokowi ada pada idealisme Soekarno. Seandainya beliau tidak terpilih sebagai Presiden maka sesungguhnya dia menang. Karena beliau bisa bertahan dengan keyakinannya untuk indonesia yang berdikari dan bermartabat.Tidak banyak elite politik yang bersikap mirip dia. Mungkin hanya dia. Ya, yang kalah ialah rakyat Indonesia, khususnya umat islam sebab tidak akan bisa lepas dari efek kekuatan asing. Selagi absurd mengendalikan kekuasaan di Indonesia maka selama itupula  gerakan islam akan dicurigai. Sejarah mencatat pada kenyataannya setiap jenderal  ( Tentara Nasional Indonesia ) yang berkuasa maka ia hanyalah alat dari kekuatan absurd dalam bentuk neocolonialism 

Sumber https://culas.blogspot.com/

Hatta Dan Berandal Minyak...?

Pada tahun 1979 dua konglomerat Amerika-Inggris Rockefeller dan Rothschild  ( RR) sebagai pemilik dari Exxon Mobil, Texaco, BP Amoco dan Royal Dutch/Shell mengajukan anjuran terbentuknya  GCC (Gulf Cooperation Council). Tujuan dibentuknya GCC ialah memastikan pemerintah Amerika dan Inggeris harus memiliki kebijakan luar negeri yang menjamin kasus nasionalisasi bisnis minyak ibarat Iran paska jatuhnya Shah Reza Pahlevi tidak terjadi lagi. Sejak itu Arab Saudi yang dikuasai dinasti Ibnu Saud dijadikan sebagai basis dan markas operasi politik-ekonomi-intelijen-militer dari kekuatan-kekuatan korporasi tersebut. Apa yang dilakukan oleh Rockefeller dan Rothschild terhadap Negara Teluk juga dilakukan kepada Indonesia. Artinya paska 1979 kebijakan Indonesia pada masa Orde Baru terhadap produksi dan konsumsi minyak berada dibawah platform yang sama dengan Negara GCC. Ciri utama dari platform ini ialah Negara dibawah kendali para broker yang merupakan  agent dari RR. Mereka para agent ini ialah kroni atau keluarga penguasa yang bertugas mensuplai komisi haram dari hasil business denganRR kepada penguasa ( Presiden).Namun prosedur bisnis para kroni dan keluarga ini didukung oleh hokum dan peraturan yang dibuat oleh Negara dengan kesan yang sangat adil demi kepentingan bangsa dan Negara. Tentu tiap rezim pendekatan RR berbeda tergantung situasi dan kondisi. Di Era Soeharto, Negara berkuasa penuh mengontrol  SDA termasuk Migas melalui Pertamina namun operasional ditangan Asing lewat TAC ( technical Assistance Contract ) dan untuk import minyak ditunjuk Petral. Di kurun Reformasi, melalui reformasi hokum dan UU, Negara menunjukkan penguasaan eksklusif kepada RR untuk mengontrol bisnis minyak.

Khusus mengenai import minyak hingga sekarang Pemerintah tetap mempertahankan kebijakan import ibarat kurun Soeharto dimana pemeritah membelinya melalui Pertamina atau lebih tepatnya Pertamina Energy Trading Ltd (Petral ) yang berbasis di Singapor.Petral membeli minyak dipasar melalui lelang terbuka sehingga terkesan transfarance sesuai dengan konsep reformasi. Namun substansi tetap sama dimana pemenang lelangnya selalu itu itu saja. Siapa itu ? Global Energy  Resource yang membawahi  Supreme Energy, Orion Oil, Paramount Petro, Straits Oil dan Cosmic Petrolium yang berbasis di Singapura. Perusahaan ini terdaftar di Virgin Island yang bebas pajak sehingga tidak diketahui niscaya siapa pemegang sahamnya namun aktornya dikenal luas. Dia ialah Muh Riza Chalid. Menurut teman saya yang analis keuangan di forum keuangan di Singapore yang berhubungan dengan perbankan milik Rothschild menyampaikan bahwa Riza ialah pedagang minyak yang punya koneksi besar lengan berkuasa dengan Cendana dikala Era Orde Baru.Pada Era reformasi , Riza akrab dengan Presiden Habibie dan dikala Gus Dur berkuasa, Riza menunjukkan rekomendasi semoga SBY ditempatkan sebagai Menteri Pertambangan. Belakangan Kedekatan dengan SBY  semakin mahir dikala Riza dan ARB mendukung SBY sebagai Presiden berpasangan dengan JK. Era Presiden Megawati , Riza sangat akrab dengan Taufik Kemas. Ketika SBY berkuasa,Riza semakin leluasa menjalankan bisnisnya khususnya sebagai broker minyak dan dikala itulah Hatta Rajasa yang berlatar belakang pengusaha minyak diminta SBY sebagai connection dengan Riza. Keliatannya SBY tidak seratus persen percaya dengan Riza lantaran itu Hatta perlu mengawasi. Dia tahu percis bahwa RIza culas terhadap pembagian komisi kepada presiden sebelumnya. Ya Hatta sangat akrab dan  sangat dipercaya oleh SBY lantaran kiprahnya bukan hanya sebagai menteri tapi lebih daripada itu ialah untuk kepentingan pribadi SBY. Kaprikornus engga abnormal jikalau alhasil mereka besanan.

Saya mendapatkan pencerahan dari teman dibalik unggulnya Riza dalam setiap lelang minyak di Petral. Proses tender minyak itu dilakukan dengan standard international trade dan pemerintah Singapore punya system pengawasan ketat sebagai trade center berkelas dunia. Justru keberadaan cecunguk business minyak yang sudah menggurita diseluruh dunia, telah menciptakan setiap Negara tidak berdaya bermain main dengan system tender. Dalam system tender ini dipastikan siapapun yang tidak qualified sebagai supplier akan tergusur dengan sendirinya. Siapakah yang qualified itu ? ya mereka yang tergabung dalam sindikat perdagangan minyak kelas dunia. Makanya jangan kaget jikalau pemenangnya itu itu saja. Ini tidak ubahnya dengan pasar uang dalam arena 144 A SEC act dimana hanya pemain yang dianggap sebagai QIP ( Qualified institutional Purchaser ) yang sanggup ikut lelang bond berkatagori AAA atau No risk. Minyak dan uang bagaikan sejalin sedarah. Hanya mereka yang benar benar qualified atau mereka yang menguasai stock dan bunker yang sanggup masuk dalam proses tender. Bunker dalam sindikat perdagangan minyak tidak selalu berada di refinery tapi sanggup juga bunker berjalan yang siap berlabuh dimanapun apabila harga disepakati dan uang tersedia untuk membayar tunai. Dalam  business perdagangan minyak tidak dikenal dengan istilah structure financing. Semua harus bicara cash.  Ini transaksi tidak berkisar jutaan dollar tapi sudah mencapai ratusan juta dollar. Pertahun Indonesia membeli minyak senilai sedikitnya USD 25 milliar. Kaprikornus ini business billion dollar yang CASH.

Nah sudah sanggup ditebak bahwa pedagang minyak ialah mereka yang juga menguasai peredaran uang didunia. Mereka umumnya punya access ke system keuangan global yang dengan cepat bergerak untuk menguasai stock refinery. Melalui sindikat perbankan international mereka juga sudah menguasai crude oil sebelum diangkat dari perut bumi. Karena maklum hampir semua perusahaan drilling oil bergantung dengan derma forum keuangan. Sebagai salah satu syarat derma ialah adanya ketentuan akan offtaker market. Para offtaker ini umumnya punya kekerabatan khusus dengan forum keuangan lantaran mereka juga bertindak sebagai pensuplai likuiditas perbankan.Apalagi stock dalam perdagangan minyak sudah masuk dalam bursa derivative,yang sehingga supply hingga dengan tiga bulan kedepan sudah habis dikuasai oleh pedagang dibursa. Karena sudah menggurita diseluruh dunia maka tidak gampang bagi setiap Negara untuk mengontrol demand and supply pada harga yang rasional. Suka tidak suka, harga pada alhasil ditentukan oleh segelintir trader yang menguasai stock. Pada situasi ini segala hal mereka lakukan untuk mempermainkan harga. Untuk memastikan delivery pihak broker harus sanggup pertanda proof of product dalam bentuk certificate product dari bunker atau refinery. Ini tidak gampang lantaran untuk menguasai stock , broker harus punya uang tunai sebagai jaminan. Tidak banyak broker punya kapasitas yang sanggup memenuhi syarat untuk qualfied sebagai pemenang lelang Hal inilah yang kadang orang awam tidak paham. Mengapa orang yang didukung Lembaga Keuangan lebih berkuasa dibandingkan negara.

Itulah sebabnya mengapa Riza melalui Global Energy  Resource selalu unggul dalam lelang pengadaan minyak yang dilakukan oleh Petral lantaran ia di back up oleh penguasa peredaran uang yang juga penguasa bisnis minyak.Siapakah itu? Dialah Rockefeller dan Rothschild (RR). Peran rezim hanya satu yaitu mereka  hanya boleh menjalankan kebijakan bidang MIGAS sesuai dengan konsep dari RR. Bagi RR tidak penting siapa yang akan jadi presiden. Yang penting ialah siapa yang sanggup menjalankan platform global mereka menguasai bisnis MIGAS. Menurut teman saya lantaran SBY tidak sanggup lagi mencalonkan sebagai presiden , keliatannya Hatta menerima kiprah dari SBY untuk memastikan siapapun sebagai pemenang harus menjalankan platform itu.Tentu yang dibutuhkan pertama kali untuk terjalin koalisi adalah  Jokowi yang didukung oleh PDIP lantaran elektabilitasnya tinggi dibandingkan dengan calon lain namun Jokowi menolak platform yang diajukan oleh Hatta. Kemudian arah koalisi ditujukan kepada Prabowo yang eksklusif disambut baik lantaran memang  kekerabatan Hashim dengan Rothschild sudah terjalin lebih dahulu sehingga sanggup mendapatkan platform  Hatta yang notabene ialah anjuran kelangsungan bisnis dengan RR. Agar tidak ada lagi pemain minyak di Indonesia selain group RR maka ada kemungkinan platform ekonomi Prabowo –Hatta akan sama dengan Soeharto dimana Negara berkuasa eksklusif lewat BUMN ( PERTAMINA) namun operasional ditangan kawan strategis ( RR)…

Sumber https://culas.blogspot.com/

Amnesty Tax ?

Kemarin diskusi dengan sobat .Dia menyampaikan bahwa peluang invetasi terbuka lebar semenjak keluarnya paket kebijakan september.  Dia yakin akan banyak sobat sahabat pengusaha yang punya financial resource di luar negeri akan memanfaatkan peluang ini. Dana asal indonesia di luar negeri besar sekali. Bahkan akumulasinya lebih besar dari GNP.Selama ini dana tersebut dimanfaatkan oleh perbankan abnormal dengan bunga murah. Sementara Indoenesia mengalami kelangkaan dana sehingga rupiah melemah. Aturan yang ketat terhadap perpajakan menciptakan dana yang parkir di luar negeri sulit masuk ke Indoensia; Padahal untuk diketahui bahwa penempatan dana diluar negeri tidak selalu motive menyembunyikan uang hasil korupsi tapi sebagian besar kaena motive rasa aman.Maklum bicara uang ditangan dalam jumlah besar selalu dasarnya orang tidak mau ambi resiko sekecil apapun. Apabila beliau tidak merasa nyaman menyimpan di Indonesia maka beliau akan tempatkan di luar negeri. Apalagi denah penempatan dana di luar negeri itu tidak sulit alasannya ialah kita menganut kebebasan transfer dana.

Data dana asal Indonesia yang ditempatkan di OFC (offshore financial center ) regions menyerupai Swiss, Bahama, BVI, Caymand Island dll, mencapai USD 200 billion lebih. Jumlah ini jauh lebih besar dari cadangan devisa negara kita. Yang terang data yang dipublikasikan oleh Ford Foundation melalui laporan Global Financial Integrity dari tahun 2002 hingga dengan 2010 jumlah dana asal Indonesia yang parkir diwilayah offshore mencapai USD 108,89 billion. Ini harta dalam bentuk uang tunai.Tidak termasuk dalam bentuk property, Stock, Bond dll yang dokumen kepemilikannya ditempatkan di forum custodian yang juga berada di OFC negara tax haven. Walau penempatan dana pada OFC ialah bebas pajak namun hampir semua negara restriction dengan lalulintas dana offshore. Disamping itu ongkos penempatan dana dan mobilisasi dana offshore juga tergolong mahal. Makara hanya satu alasan orang menempatkan dananya pada rekening offshore yaitu untuk menyembunyikan kepemilikan dana tanpa kehilangan hak mengendalikan dana. Simpulkanlah sendiri siapakah mereka itu? Kata sobat saya. 

Ketika mereka ingin melaksanakan perluasan bisnis di Indonessia terpaksa harus menempuh denah yang rumit dan mahal. Petama mereka harus create cash collateral.. Untuk proses ini biaya yang harus dibayar sedikitnya 5%. Kedua, mereka harus mengajukan sumbangan ke bank dengan underlying proyek yang akan dibiayainya di Indonesia. Proses kedua ini beliau harus keluar ongkos sedikitnya 5%. Disamping kewajiban membayar bunga tahunan yang sediktinya 4%. Makara total ongkos yang harus dibayar oleh pengusaha hingga uang di indonesia sebesar 10%. Belum lagi bunga yang harus di bayar tahunan. Apabila UU menganai amesty tax di syahkan maka pengusaha cukup membayar tax 3 % tanpa ditanya asal usul dananya dan ini jauh lebih murah dibandingkan pengusaha harus melewati denah layering yang mencapai 10%.Tak bisa dibyangkan apabila UU ini disyahkan maka dana offshore akan mengalir ke indonesia menyerupai air bah, bukan saja dana asal indonesia tapi juga abnormal alasannya ialah maklum suku bunga, yield ,peluang investasi di indonesia jauh lebih tinggi dan luas dibandingkan luar negeri..Goodbye Singapore, goodbye Hong kong..we go home.

Saat kini pemerintah besama dewan perwakilan rakyat sedang mempersiapkan RUU revisi Perpajakan yang salah satunya berkaitan dengan amnesty tax. di harapkan tahun ini akan disyahkan dan awal tahun depan sanggup diterapkan. Sementara pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang sangat longgar untuk berinvestasi di indonesia.Ini merupakan solusi smart Jokowi dan bernuasa berani demi rekonsialiasi nasional , bersatu membangun indonesia lebih baik. Lewat tax amnesty yang biasa juga disebut offshore voluntary disclosure jadwal (OVDP), pemerintah menargetkan bisa 'memulangkan' sekitar Rp 1.000 triliun dari Rp 3.000-4.000 triliun dana yang terparkir di luar negeri, terutama di Singapura. Dana-dana tersebut akan diarahkan untuk diinvestasikan antara lain di surat berharga negara (SBN) dan penanaman modal pribadi (direct investment). Selain akan menciptakan pasar obligasi di dalam negeri lebih berangasan dan sektor riil berputar lebih kencang, tax amnesty bakal mendongrak penerimaan pajak alasannya ialah dalam tax amnesty berlaku tarif tebusan yang besarnya sedang dibahas. Pengusaha menghendaki tarif tebusan 3-7 persen dari total nilai tunggakan pajak, sedangkan pemerintah menginginkan 10-15 persen. Selain itu, tax amnesty bisa meningkatkan pasokan dolar AS dan menambah cadangan devisa yang alhasil akan mendorong penguatan nilai tukar rupiah.

Sumber https://culas.blogspot.com/

Pemilih Dan Terpilih...

Winston Churchill  hampir tidak percaya ketika ia kalah dalam Pemilu paska perang dunia kedua tahun 1945. Padahal reputasinya sedang tinggi sekali alasannya yakni ia berhasil membawa inggeris bersama Amerika keluar sebagai pemenang dalam perang dunia kedua melawan jerman. Peranannya sebagai jago strategi, orator, diplomat dan politisi terkemuka mengakibatkan Churchill salah satu dari tokoh paling kuat di dunia ketika itu. Mengapa rakyat pada balasannya lebih menentukan Partai Buruh dibandingkan dia? Rakyat memang terpesona dengan dongeng dan informasi kehebatan Churchill namun pada balasannya rakyat tidak hidup dalam jargon dan retorika aliran Churchill. Rakyat tidak sanggup mendapatkan seorang pemimpin yang hidup dalam mimpinya dan berharap meraih kenyataan dari mimpi itu. Rakyat  ingin hidup dalam dunia nyata.Nyatanya perang dunia kedua hanyalah ambisi Churchill yang balasannya membuat Inggeris gulung tikar terlilit hutang akhir perang yang berdasarkan sebagian besar rakyat inggeris, tak ada gunanya. Andaikan Churchill mau mendapatkan konsep perdamaian dengan Hitler, perang tidak perlu terjadi. Korban akhir perang ,tidak perlu ada.  Namun yang terjadi terjadilah. Churchill merasa rakyat terlalu terbelakang untuk menunjukkan mandat kepada Partai buruh yang hanya pintar mengeluh setiap hari. Bukan soal mengeluh atau apa, tapi justru buruh yang banyak berkorban untuk ambisi perang Churcill. Pemilu yakni pengadilan terbaik dihadapan Rakyat perihal siapakah yang dipercaya. Rakyat bersikap dan Churchill harus kalah.

Ada tiga teori perihal loyalitas pemilih dalam pemilihan umum. Yang partama yakni teori Identification atau Michigan Model ( 1997) yang menjelaskan bahwa pemilih mengindentifikasikan diri dengan partai politik yang mereka dukung. Artinya pemilih menentukan pilihannya sesuai dengan paham partai tersebut ( demokrat, sosialis atau nasionalis ). Kedua, yakni pendekatan social loyalty, dikenal dengan Europe model yang menyampaikan variable identitas sosial yakni faktor lain penentu sikap pemilih dalam pemilihan. Artinya dalam teori ini pemilih tidak lebih sebagai alat penegasan pemilih ( voters affirmation ) terhadap loyalitas sosial tertentu mirip agama, etnisitas komunitas dimana mereka dilahirkan, atau kesamaan profesi dll. Ketiga, adalah teori kompetensi dan integritas calon. Artinya pemilih lebih tertarik pada kualitas kandidat yang berlaga dipemilihan atau isu kampanye yang dikomunikasikan pasangan calon, tanpa mempersoalkan identitas sosial kandidat.  Di Indonesia semenjak menerapkan pemilihan langsung, semenjak  Pacasila dinyatakan ramai ramai sebagai dasar Partai maka teori pertama tidak lagi berlaku. Namun kelihatannya ada sebagian elite partai  masih percaya dengan social loyality. Nyatanya walau sudah mengakibatkan partainya berazaskan islam , tetap tidak berhasil menjadi pemenang walau dominan penduduk beragama islam. Teori ketiga , juga tidak efektif terbukti banyak tokoh hebat mirip Amin Rais gagal jadi capres. Banyak artis dan tokoh tenar juga gagal ke Senayan. Mungkin ada benarnya Fukuyama dalam tesisnya yang terkenal “the End of History” sebagai simpulan dari sejarah. Bahwa konflik ideologi telah hilang dan digantikan dengan alasan-alasan demokratik yang rasional. Semakin maju orang berpikir semakin rasional ia bersikap, yang tentu tidak  mudah ditaklukan dengan magic word bernuasa agama, sosialis,nasionalis. 

Seorang sobat nampak geram alasannya yakni Aceng Fikri yang terang jelas amoral alasannya yakni menceraikan istri nikah sirinya alasannya yakni alasan subjective dan balasannya dilengserkan sebagai bupati oleh kekuatan politik DPRD. Nyatanya sekarang terpilih sebagai anggota DPD (Senator) mewakili Jawa Barat.  Padahal untuk menjadi anggota DPD lebih berat dibandingkan menjadi anggota DPR.  Aceng Fikri harus mendapatkan bunyi diatas 1 juta pemilih dan ia berhasil meraih 1.139.556 suara. Ini bukan hal yang sederhana. Sementara banyak artis tenar, tokoh masyarakat,elite partai gagal meraih bunyi untuk duduk di Senayan, bahkan enam anggota keluarga keraton Solo juga gagal menjadi legislatif padahal  secara defacto  mereka keluarga terhormat di Solo. Ada apa ini? Memang demokrasi liberal yakni system yang memastikan tidak ada superioritas. Semua pemilih dan dipilih yakni equal. Pemilih tidak sanggup didikte dalam bentuk apapun alasannya yakni kebebasannya dijamin oleh undang undang. Karenanya sehebat apapun anda dengan visi nasionalis, agamais, sosialis ,moralis pada balasannya anda harus mengambarkan dihadapan pemilih  bahwa anda memang patut dipilih untuk mewakili mereka.  Kata kata tetaplah kata kata, niat tetaplah niat namun pada balasannya orang menentukan anda alasannya yakni memang anda pantas dipilih. Mungkin saja ada kecurangan dalam Pemilu dan itu tidak sanggup dihindari namun yang harus diingat bahwa pemilu itu memungkinkan by system orang bebas mengawasi dan memastikan orang tidak bebas mencurangi. Kalaupun ada pelanggaran , tidaklah massive. Itu rasio yang tidak significant sehingga sanggup merubah pilihan mayoritas.

Apakah ini sehat untuk kehidupan bernegara? Bagi orang yang bahagia dihormati oleh orang banyak alasannya yakni patron , primordial (emosi keagamaan, profesi, etnis) maka demokrasi liberal sangat tidak nyaman. Apalagi  terbiasa dengan memaksa orang patuh secara totaliter atas kebenaran dari persepsi atas nama agama atau idiologi, tentu demokrasi liberal bukan system yang baik. Bahkan Soekarno merubahnya menjadi demokrasi terpimpin. Soeharto merubahnya menjadi Demokrasi Pancasila. Yang niscaya ketika mereka bersandar kepada ketidak-setaraan , pada dikala itu mereka berlaku menjadi penjajah atau tiran.Atas nama Pancasila , Soeharto mengakibatkan lawan politiknya pesakitan. Atas nama Revolusi, Soekarno mengakibatkan lawan politiknya pesakitan. Demokrasi liberal seakan menunjukkan kode kepada siapapun bila ingin terpilih maka mereka harus sanggup menaklukan hati pemilih. Satu satunya yang membuat orang takluk hatinya yakni apabila “diberi”. Namun derma yang tidak lapang dada gampang ditebak menjadi derma yang memalukan. Banyak caleg yang memberi ketika masa kampanye tapi tetap gagal menerima korsi.  Pemilih punya prinsip ambill uangnya tapi jangan pilih orangnya. Kaprikornus tidak seratus persen pemilih itu orang terbelakang yang gampang dibeli. Mereka cerdas dan tahu bagaimana harus memilih. Ketika pemilu rakyat yang buta hurup namun tidak buta hati,tidak sulit menilai Partai mana yang peduli kepada mereka dan mana yang hanya retorika. PDIP dan Garindra menjadi pilihan utama Rakyat Jakarta alasannya yakni mereka sanggup mencicipi hasil yang dicapai oleh Jokowi dan Ahok selama hampir 2 tahun memimpin Jakarta.

Yang niscaya mereka yang sanggup menaklukan hati pemilih itu kebanyakan yakni bukanlah orang kaya raya atau keluarga keraton tapi malas bersosialisasi dengan rakyat banyak. Bukan Da'i yang hanya tiba bila dikasih uang saku. Atau ulama yang rajin nulis buku tapi miskin spiritual sosialnya. Bukan aktifis yang hanya sibuk onani perihal konsep aliran hebatnya  namun hidup bergantung dari bantuan orang lain.  Bukan ketua LSM yang hanya sibuk jadi pengamat di mediamassa dan mendapatkan bayaran alasannya yakni itu. Bukan ekonom / budayawan/ sosiolog/insinyur yang hanya sibuk berceloteh dan menghujat pemerintah tapi miskin tindakan dan tidak pernah sanggup mandiri. Mereka yang terpilih  itu yakni orang biasa saja namun ia selalu dekat kepada rakyat dan ikut terlibat dalam karya konkret membantu rakyat perihal bagaimana menuntaskan duduk masalah keseharian. Tentu itu tidak dilakukan hanya ketika menjelang Pemilu tapi memang sudah menjadi kesehariannya selalu ada untuk orang banyak. Yang niscaya mereka ini dimanapun berada selalu menentramkan. Mereka pecahan dari rakyat dan erat lahir batin. Karena itupula demokrasi liberal lambat namun niscaya membuat kekuasaan berdasarkan kerakyatan yang rasional, dan tentu hanya duduk masalah waktu liberalisme akan tereliminasi dengan sendirinya. Karena demokrasi dan liberalisme menyerupai air dan minyak.Tidak akan pernah bersatu. Marx pernah berkata bahwa demokrasi yang bahu-membahu yakni masa depan dari masyarakat komunis dimana kekuasaan akan kembali pada rakyat dan rakyat-lah yang akan mengatur diri mereka sendiri. Ya hanya mereka yang erat lahir batin dengan rakyatlah yang berhak memimpin dan dipilih...

Sumber https://culas.blogspot.com/

Siapa Yang Menang?

Dua hari kemudian saya bertemu dengan sobat yang saya tahu bahwa beliau agent dari biro belakang layar negara namun beliau sendiri tidak mau membenarkan jikalau saya klarifikasi. Dia sangat irit berbicara namun bila berdiskusi beliau lebih suka membawa kita berpikir secara rasional atas problem yang dibentangkannya. Seperti yang beliau katakan bahwa pada ketika kini hasil quick count Pemilu Legislatif memastikan tidak ada super majority. Suara terdistribusi secara merata. Walau ada yang disebut pemenang dengan skor tertinggi namun tidak significant untuk bisa mengontrol parlemen. Nah bila kelak terpilih Presiden ,bagaimana pemerintah itu kelak? Tanyanya. Saya terdiam. Dia tetap tersenyum memandang saya. Tentu Pemerintahan tidak akan efektif. Kata saya. Dia mengangguk sambil memperlihatkan jempol jarinya. Kalau pemerintahan lemah apa karenanya ? tanyanya lagi. Tidak ada keputusan yang bisa dibentuk dengan cepat dan akurat. Semuanya akan menjadi transaksional. Kata saya dengan kening berkerut. Dia tersenyum mendengar balasan saya. Lantas siapakah yang diuntungkan dari situasi ini? ya meraka yang tetap ingin system demokrasi ini ada. Mereka yang tak ingin ada kekuatan yang ingin mengembalikan Undang-Undang Dasar 45 dan Pancasila sesuai dengan aslinya. Mereka yang tak ingin kekuatan islam bisa mengontrol kekuatan di Parlemen. Ini serpihan dari operasi inteligent yang rumit sehingga menciptakan Pemilu bukan sebagai alat perubahan nilai secara legitimate tapi hanya menghasilkan forum yang lemah untuk berhadapan dengan kekuatan modal. Setidaknya bisa meredam agama dan idiology untuk berbuat dengan idealismenya. 

Saya hanya membayangkan andaikan Jokowi terpilih sebagai Presiden ,apa yang bisa beliau lakukan dengan kegiatan Indonesia hebat  bila PDIP hanya 20% di DPR. Andai terpilih , apa yang bisa dilakukan oleh Prabowo dengan kegiatan pro rakyatnya bila korsi Garindra di DPR hanya 11%. Apa yang bisa dilakukan oleh Ical bila terpilih menjadi presiden bila bunyi Golkar hanya 15%. Pemilihan presiden kelak benar benar hanyalah lawakan termahal namun tidak lucu. Karena walau presiden dipilih eksklusif oleh rakyat dan andai 100% rakyat memilihnya menjadi presiden , beliau tetap tidak akan efektif sebagai presiden.Karena beliau harus tunduk pada system balance power dengan DPR yang dikuasai oleh banyak partai. Ini akan sangat melelahkan. Dengan hak yang ada pada DPR maka DPR bisa melaksanakan apa saja untuk laga kekuasaan dengan presiden menyerupai misal DPR bisa menghentikan pembahasan APBN dan pemerintahan bisa stuck menyerupai yang dilakukan oleh Parlement di Amerika. Atau jikalau Presiden berani melaksanakan tindakan revolusioner merubah Undang-Undang Dasar dan berniat membubarkan Parlemen sebab tidak menerima pinjaman dari Parlemen maka militer bisa mengambil alih kekuasaan sesuai UU. Karena walau militer tidak berpolitik namun secara konstitusi, militer bisa mengambil alih kekuasaan bila Presiden memakai kekuasaanya melebih UUD. Kaprikornus kesimpulannya, kata saya , siapapun yang terpilih jadi presiden jangan dituntut beliau dengan janjinya menyerupai katanya dalam Pemilu sebab presiden bukanlah satu satunya penentu kegiatan tapi mereka yang ada di DPR juga ikut menentukan. Teman saya mengangguk.

Nah, lanjut sobat saya, ketika kini sedang berlangsung renegosiasi KK Tambang, termasuk eksistensi Freeport dan Newmont. Sebelum Pileg terdengar rasa optimis bahwa renegosiasi KK Tambang akan selesai setelah  Pileg. Namun sesudah Pileg keadaan menjadi lain. Freeport tidak melihat sebelah mata lagi kepada pemerintah sekarang. Makanya Freeport belum menyepakati poin divestasi, sementara Newmont masih belum menyepakati soal ekspansi luas wilayah dan penerimaan negara. Keadaan menjadi stuck. Saya tahu itu sebab salah satu fund manager dari Cooper Network menyampaikan bahwa keliatannya petinggi Freeport dan Newmont di Washington lebih pede menuntaskan perundingan dengan pemerintah baru.  Saya tidak tahu mengapa. Namun ada yang bilang bahwa ini soal kalkulasi bisnis. Lebih murah ongkos lobynya sesudah pemerintah gres daripada sekarang. Karena pemerintah gres lebih lemah dibandingkan pemerintah sekarang. Sehingga tidak sulit menekan pemerintah melalui parlemen. Bagaimana dengan bangkit koalisi? Sistem ketata negaraan kita bukanlah Parlementer tapi presidentil. Kesepakatan koalisi tidak mengikat secara undang undang sehingga tidak ada pelanggaran aturan bila anggota koalisi ingkar janji. Pengalaman terdahulu, koalisi tidak pernah kompak mengawal pemerintah SBY makanya president lambat mengambil keputusan.

Siapakah pemenang sesungguhnya dalam pemilu ketika ini ? Ya Kapitalisme! Rich Dad’s , Conspiracy of the rich , dari Robert T. Kiyosaki menyebutkan ada empat hal yang menciptakan demokrasi harus dipertahankan oleh kapitalisme yaitu perlunya uang sebagai kekuataan dan karenanya perlu inflasi untuk memeras rakyat, perlu hutang untuk menggadaikan resource dan perlunya konsumsi untuk menciptakan orang tergantung terhadap pasar. Sebuah sistem nilai yang andal wacana konspirasi orang kaya dan penguasa untuk menjajah yang lemah. Kaprikornus yang diuntungkan dari Pemilu ketika ini demokrasi tetap exist sebab tidak ada super majority yang bisa menghapusnya. Bagi kapitalisme ini kemenangan yang gampang sebab orang Indonesia sangat gampang diprovokasi untuk lupa musuh yang sebenarnya. Praktis diadu domba, sehingga antara mereka saling menghujat dan merasa paling benar, saling tidak mempercayai sehingga persatuan mereka pecah. Di dalam system persatuan umat pecah, dan diluar system juga pecah. Dan anehnya mereka tidak sadar sedang diobok obok dan  masing masing mereka masih yakin bahwa apa yang mereka lakukan yaitu benar walau kenyataanya besok mereka harus siap dengan kenaikan BBM dan kenaikan semua kebutuhan pokok. Karena pasar butuh margin dan mereka  semua harus bayar itu. Engga ada yang gratis.Tentu akan bertambah orang miskin yang tak bisa membeli dan itulah korban dari umat yang tak bisa bersatu untuk tegaknya keadilan bagi semua. Kini saya tak bisa lagi meminta kepada Allah kecuali berdoa “Allahumma, la ilaha illa anta. Subhanaka, inni kuntu minazzhalimin. Saya dan anda  memang zalim ..

Sumber https://culas.blogspot.com/

Tni ,Islam, Nasionalis.

Soekarno jatuh.  AS ada dibalik itu. Soeharto terpilih sebagai presiden. Selanjutnya bisa ditebak bahwa bandul politik dan kebijakan harus sesuai dengan agenda AS terutama dalam kancah perang cuek antara Blok Barat dan Unisoviet. Hampir semua kebijakan ekonomi Indonesia didukung oleh AS bersama sekutunya menyerupai Jepang, Eropa Barat. Indonesia terus membangun tiada henti hingga kesudahannya Soeharto sanggup gelar Bapak Pembangunan. Namun setelah perang cuek usai tahun 1991, masa masa terindah bersama AS berkahir sudah. AS tidak melihat lagi Soeharto sebagai golden boy. AS butuh pemimpin yang visioner di Indonesia. Dari tahun 1991 terjadi faksi di kubu TNI. Mengapa TNI? alasannya ialah unsur kekuatan orde gres ada pada TNI. Suka tida suka Golkar juga bab dari TNI.  Orde gres hanya bisa dijatuhkan oleh TNI. Bukan oleh kekuatan manapun.

Soeharto sadar itu. Dia tidak bisa terus bergantung kepada TNI. Makanya semenjak tahun 1990, dibuat ICMI. Kelahiran ICMI bukanah kebetulah sejarah belaka, tetapi erat kaitannya dengan perkembangan global dan regional di luar dan di dalam negeri. Menjelang simpulan dekade 1980-an dan awal dekade 1990-an, dunia ditandai dengan tanda-tanda akan berakhirnya perang cuek dan konflik ideologi. Seiring dengan itu semangat kebangkitan Islam di belahan dunia timur ditandai dengan tampilnya Islam sebagai ideologi peradaban dunia dan kekuatan altenatif bagi perkembangan perabadan dunia. Sejak  tahun 1991 Soeharto mulai memberi kiprah lebih luas kepada ICMI masuk dalam kabinet. Keadaan ini dibaca oleh TNI, terutama ketika ICMI mulai menguasai posisi penting di Golkar. 

Bagi Barat ( AS) kebangkitan Islam ini menjadi problem yang serius alasannya ialah itu berarti hegemoni mereka terancam. Apa yang diproyeksikan sebagai konflik antar peradaban lahir dari perasaan Barat yang subjektif terhadap Islam sebagai kekuatan peradaban dunia yang sedang berdiri kembali sehingga mengancam dominasi peradaban Barat. Yang pro kepada kekuasaan yang berbasis Islam ialah Soeharto. Dari situasi inilah Tentara Nasional Indonesia mulai terpecah. Secara membisu diam, Faksi pun terbentuk di internal TNI. Mengapa hingga terjadi faksi di Tentara Nasional Indonesia ? alasannya ialah islam yang dimaksud Soeharto bukan islam tradisional yang sudah terbukti setia kepada NKRI. Soeharto selalu curiga kepada NU dan Muhammadiah. Melalui Prabowo Subianto yang juga menantunya , Soeharto mulai melaksanakan pendekatan kepada kaum islam moderat, menyerupai Amin Rais, Nurcolis Madjid, dan lain lain. Dan juga meng eliminate perwira yang tidak sejalan dengan agenda Soeharto.

Jenderal yang paling di curigai oleh Soeharto ialah LB Moerdani. Ditengah semakin kuatnya cengkraman ICMI dalam Kabinet  Soeharto paska Pemilu, LB Moerdani memberikan ilham bagaimana menjatuhkan Soeharto. Itu disampaikannya di kediaman Fahmi idris dan dihadapan eks agresi 66 menyerupai Cosmas Batubara, dr. Abdul Ghafur, Firdaus Wajdi, Suryadi; Sofjan Wanandi; Husni Thamrin dan sejumlah tokoh Artikel Babo. Moerdani berbicara mengenai Soeharto yang menurunya, 'Sudah tua, bahkan sudah pikun, sehingga tidak bisa lagi mengambil keputusan yang baik. Karena itu sudah waktunya diganti'...Benny kemudian berbicara mengenai gerakan massa sebagai jalan untuk menurunkan Soeharto.” Tetapi ilham ini ditolak keras oleh Firdaus yang hadir dalam pertemuan itu. 'Kalau memakai massa, yang pertama dikejar ialah orang Cina dan kemudian kemudian gereja.' “ (Salim Said, Dari Gestapu Ke Reformasi, Penerbit Mizan, hal. 316).

Dalam buku 'Tragedi Seorang Loyalis', dikala menjabat Panglima ABRI Moerdani memberi komentar mengenai bisnis bawah umur Soeharto. Soeharto murka dan mecopot jabatan Moerdani. Dalam buku Sintong Panjaitan (komandan Den81 yang menyerbu Woyla), disebutkan Prabowo pernah merencanakan menculik Moerdani alasannya ialah tuduhan makar. Prabowo Subianto tidak memberi komentar mengenai bencana ini dalam bukunya. Perwira lain yang di curigai oleh Soeharto itu diantaranya ialah , Try Soetrisno, Agum Gumelar dan AM Hendropriyono, Fachrul Razi, Ryamizard Ryacudu, Luhut BInsar Panjaitan; Sintong Panjaitan, Sutiyoso; Soebagyo HS. Walau semua Pati itu berpretasi hebat namun karirnya tergantung dari rekomendasi Prabowo Subianto sebagai menantu kesayangan Soeharto.

Jusuf Wanandi dalam memoarnya menulis bahwa ketika Presiden Soeharto berhasil menetralisir efek Try Soetrisno dengan menempatkan Feisal Tanjung dan Prabowo Subianto , mudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan Benny Moerdani connection. Karenanya Soeharto menempatkan semua impian kepada Wiranto. Tetapi Soeharto salah menilai wacana Wiranto. Setelah dilantik sebagai Panglima ABRI, diketahui Wiranto menghadap Benny Moerdani dan meminta supaya setiap bulan bisa bertemu. Tanggapan Benny berdasarkan Jusuf Wanandi dan Salim Said ( dalam bukunya “Menyibak Tabir Orde Baru, hal. 365-366; Salim Said, hal. 320) ialah "Jangan berilusi, orang renta itu [Soeharto] tidak menyukai saya, tidak percaya kepada saya. Anda harus tetap di sana alasannya ialah Anda satu-satunya yang kita miliki. Jangan menciptakan kesalahan alasannya ialah kariermu akan selesai jikalau Soeharto tahu Anda erat dengan saya.”. Apakah Soeharto benar benar tidak tahu kalau Wiranto main dua kaki ? tentu tahu.  Makanya Soeharto lebih mempercayai menantunya Prabowo Subianto untuk mengawasi sepak terjang Wiranto bersama stafnya menyerupai SBY yang ketika itu Kasospol.  

Yang jadi pertanyaan ialah bagaimana dan apa bahwasanya yang terjadi pada krusuhan pada tanggal 13, 14, dan 15 Mei 1998 yang menewaskan 1.880 orang itu. Yang terang bencana itu panglima ABRi ialah Wiranto yang gres menjabat bulan Maret 1998. Tentu bencana itu tidak tiba begitu saja. Tanpa persiapan dan planning yang matang mustahil amuk massa yang begitu besar dan massive sanggup terjadi. Dalam hitungan jam sanggup mengkremasi sebagian besar ibu kota. Ini terang operasi militer. Wiranto masuk dalam kancah kekacauan yang sudah dipersiapkan jauh sebelumnya. Wiranto ada pada waktu dan kawasan yang salah. Karenanya beliau harus bersikap. Wiranto tentu tahu ada faksi di tubuh TNI. Ada yang pro ke Golkar ada yang pro ke Soeharto dan ada juga yang pro demokrasi.  Pada moment memilih sikap, Wiranto memilih pilihan kepada Pro demokrasi. Dia  bertekad akan mengawal proses suksesi dari Rezim Soeharto ke Habibie dan kemudian masuk proses reformasi dengan diamandemennya Undang-Undang Dasar 45. 

Namun suksesi ke Habibie tidak diinginkan oleh Prabowo Subianto. Sehari setelah Habibie dilantik sebagai Presiden menggantikan Soeharto, beliau mencopot Letjen Prabowo Subianto dari jabatan Panglima Kostrad pada 23 Mei 1998. Mengapa ? Karena Habibie mendengar laporan Panglima ABRI Jenderal Wiranto mengenai pergerakan pasukan Kostrad secara besar-besaran dari luar kota menuju Jakarta. Selain itu, sebagian di antara pasukan itu disebut telah "mengepung" kediaman Habibie di Kuningan dan Istana Kepresidenan. Wiranto juga tahu proses penculikan aktifis pro demokrasi dari periode Desember 1997 hingga Februari 1998 dilakukan oleh Prabowo di era Panglima Faisal Tanjung. Artinya Prabowo memang punya agenda tersendiri dengan adanya chaos yang sehingga lengsernya Soeharto. Tetapi pada moment itu, Soeharto lebih percaya WIranto untuk melewati proses suksesi secara UU. Padahal tadinya mungkin Prabowo berharap Soeharto mengeluarkan dekrit menunjuk dirinya sebagai Penguasa transisi.

Habibie berkuasa tidak lebih 17 bulan. Faksi Habibie di Golkar ialah kaum intelektual islam yang moderat. Faksi ini umumnya di dominasi oleh almuni HMI yang ada di GOLKAR. Namun dalam kurun waktu yang singkat kekuasaanya itu Habibie tidak bisa jauh dari faksi Tentara Nasional Indonesia yang pro Soeharto dan pro demokrasi. Elite Golkar tidak suka ini. Karenanya ketika Akbar Tanjung berhasil merebut ketua Umum Golkar dari Harmoko  dan menggusur semua kekuatan Tentara Nasional Indonesia Pro Soeharto di DPP, Golkar pun menolak pertanggungan jawab Habibie sehingga Habibie dilengserkan secara kuntitusi dihadapan sidang MPR/DPR. Tanpa ada amarah dan selalu dengan wajah senyum menyaksikan detik detik berakhirnya sejarah beliau sebagai pemimpin di negeri ini. Kekuasaan berikutnya walau terang PDIP sebagai pemenang pemilu. Namun poros tengah islam dibawah koordinasi Amin Rais berhasil menempatkan Gus Dur sebagai Presiden dan Megawati sebagai wakil.

Siapa yang ada dibalik terbentuknya poros tengah itu? tak lain ialah Wiranto bersama faksi Tentara Nasional Indonesia yang pro demokrasi termasuk SBY. Ketika itu SBY ialah kasospol ABRI. Dia bertugas menjalin komunikasi dengan kekuatan politik dari golongan manapun terutama dengan islam. Hubungan dengan ormas islam sudah terjadi usang semenjak SBY masuk ke Markas ABRI. Bersama LBP , SBY punya jalan masuk kesemua petinggi Ormas islam. Secara tidak pribadi SBY berperan melakun silent revolution dikalangan patron umat islam supaya punya kekuatan untuk bersatu dalam politik. Bukan hanya kepada kelompok islam, kepada pro demokrasi juga relasi SBY manis sekali. Waktu bencana 27 Juli 1996 penyerbuan markas PDIP yang memakan korban tidak sedikit itu, SBY ialah Kasdam Jaya yang pangdamnya ialah Soetioso. Hubungan antara Megawati dengan SBY. Gus Dur dengan SBY, sudah terjalin lama. Makanya jangan kaget ketika Era Gus Dur, SBY sanggup posisi Menteri Pertambangan dan energi. Era Megawati jadi MenkoPolkam. Andaikan waktu itu SBY ialah faksi yang pro Soeharto, mungkin Megawati sudah dihabisi. Tetapi ini Megawati seakan dilindungi dari pihak yang ingin menghabisinya. Soetiyoso diangkat jadi Gubernur DKI periode kedua ketika presiden Era Megawati.

Lantas siapakah Godfather dari faksi Tentara Nasional Indonesia pro Demokrasi itu ? beliau ialah nasionalis sejati. Dia ialah Try Soetrisno. Semua mereka menyerupai Wiranto, SBY, Agum Gumelar, AM Hendropriyono, Fachrul Razi, Ryamizard Ryacudu, Luhut Panjaitan; Sintong Panjaitan, Sutiyoso; Soebagyo HS ialah faksi Try Soetrisno. Hubungan Try Soetrisno dengan ormas islam terutama NU dan Muhamamdiah sangat kuat. Try Soetrisno mendukung lahirnya PKB, PAN, PK. Tujuannya supaya umat islam punya wadah usaha secara politik. Bagaimanapun islam ialah asset nasional yang harus menjadi kekuatan real dalam membangun bangsa dan negara. Namun konsesi politik dan proteksi ini dalam konsep faksi Try Soetrisno ialah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45. Artinya semua kekuatan yang ada di indonesia harus dalam bingkai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45.  Posisi Try Soetrisno ini dibuktikan dengan terpilihnya Gus Dur  sebagai presiden dalam Voting sidang Umum DPR/MPR. Di era Gus Dur, Tentara Nasional Indonesia di reformasi dengan kembali ke fungsinya sebagai prajurit profesional. Tentara Nasional Indonesia hanya patuh kepada UU. Tidak lagi berpolitik. Namun para purnawirawan Tentara Nasional Indonesia terus melanjutkan faksi itu dengan ikut mempengaruhi situasi politik dalam negeri. Semua faksi bersatu ketika  terjadi konflik antara Gus Dur dan DPR. Apalagi dikala Gus Dur menerbitkan dekrit wacana pembubaran MPR/DPR serta pembekuan Partai Golkar. Ini  sama saja perang kepada semua faksi yang ada di TNI. Walau sudah ada UU Tentara Nasional Indonesia yang tidak berpolitik dan patuh kepada UU, namun Tentara Nasional Indonesia tidak mau loyal kepada Gus Dur untuk mengamankan Dekkrit Presiden itu. Gus Dur di jatuhkan alasannya ialah murni problem politik. bukan alasannya ialah problem skandal Bulog.

Tahun 2004 SBY terpilih sebagai presiden lewat Pemilu pribadi sesuai Undang-Undang Dasar 45 yang sudah di revisi di era Megawati. Semua grand design Try Soetrisno untuk membangun kekuatan islam , nasionalis dan demokrasi dalam bingkai NKRI dan Pancasila jadi berantakan. SBY memakai kekuatan akar rumput islam dan Golkar yang selama beliau menjabat Kasospol dan Menko Polkam sangat dikuasai orang orangnya, dan tentu sudah beliau bina tahunan sesuai potensi mereka. Darimana dananya ? Mantan Diplomat H Cholid Mawardi dan analisis Mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin), AC Manulang yang kini dikenal  sebagai pengamat inteljen di Asia. Menurut Cholid yang juga mantan Ketua PBNU itu, Amerika sangat berkepentingan dalam pesta demokrasi pemilihan presiden pribadi di Indonesia. Mereka telah menurunkan tim dengan proteksi dana yang tidak terbatas. Amerika, lanjut Cholid, dinilai telah  bertransaksi dengan  salah seorang calon presiden untuk mengamankan kepentingan negerinya di Indonesia.

"Bayangkan, Collin Powel ke Jakarta hanya menemui SBY, menghadap presiden Megawati juga tidak. Ini  mengandung makna tertentu,"katanya. Ia juga mensinyalir telah terjadi deal ekonomi dan politik untuk kepentingan Amerika di Indonesia menyerupai Freeport, Mobil Oil dan pengamanan selat Malaka. Desas-desus juga menyebutkan, Amerika melalui SBY akan menimbulkan sebuah pulau di barat Padang sebagai pangkalan  militer menggantikan Pangkalan Subik. Sementara itu, AC Manulang  mengatakan, Amerika Serikat (AS) telah jauh-jauh hari menyiapkan calon presiden (capres) dari militer,  Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono. Karena itu, pemilihan presiden secara pribadi yang untuk pertama kali  digelar di Indonesia, tak lepas dari campur tangan Amerika Serikat (AS). Melalui biro intelijennya, CIA, AS ingin supaya presiden Indonesia mendatang berasal dari purnawirawan militer.

Menurut mantan Direktur Bakin ini, capres berlatar militer dianggap bisa menjalankan grand strategy global AS, yaitu memberantas terorisme. "Sipil dianggap tidak bisa menindak tegas kelompok Islam radikal, yang oleh Amerika disebut sebagai geng teroris di Indonesia. Manullang menambahkan, pada pemilu presiden putaran pertama lalu, CIA dihadapkan pada dua pilihan yang imbang, yaitu Jenderal (Purn) Wiranto dan Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Keduanya dianggap memahami grand strategy global AS tersebut. Namun belakangan, sebelum masa pencoblosan 5 Juli lalu, Wiranto lebih cenderung mendekati kelompok Islam garis keras. Karena itu, kesudahannya CIA mendukung SBY.

"Kenapa Wiranto nggak didukung CIA? Dia itu erat dengan kelompok Islam, yang oleh Amerika dicap sebagai separatis. Kita lihat hasil pemilu di Pesantren Al-Zaytun, kemudian hasil musyarawarah para habib dan kiai dari FPI dan MMI di Gedung Joeang beberapa pekan sebelum pemilu presiden. Jelas sekali, mereka menolak SBY dan mendukung Wiranto. Ini semua dilaporkan anggota CIA ke CIA Pusat di Amerika. Lalu pimpinan CIA menginstruksikan supaya Wiranto jangan didukung," ujarnya. Dengan demikian, tambah Manullang, siapa yang harus didukung CIA sudah jelas, alasannya ialah tinggal satu calon. Megawati tidak mungkin, alasannya ialah dianggap telah gagal menjalankan misi CIA. Amien Rais niscaya tidak akan didukung CIA, alasannya ialah dianggap salah satu pimpinan Islam garis keras. Sedang Hamzah Haz, tak pernah masuk pilihan alasannya ialah niscaya tidak akan menang. "Jadi Amerika itu sudah mempersiapkan SBY semenjak jauh-jauh hari untuk jadi presiden," katanya. Doktor sosiologi politik lulusan Universitas Mainz Jerman ini yakin, bahwasanya siapapun yang didukung CIA niscaya akan memenangkan pemilu di Indonesia.  

Alasan dia, kerja AS sangat profesional. Untuk menjalankan misinya di Indonesia, CIA telah menyusupkan 60 ribu intelijennya di Indonesia semenjak sebelum pemilu legislatif 2004 lalu. Mereka ialah warga Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan intelijen di luar negeri. Karena itu, keberadaannya sulit dikenali. "Soal ini kan pernah diakui oleh KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu, bahwa ada sekitar 60 ribu intelijen ajaib di Indonesia," ujarnya. Lebih lanjut Manullang menilai, siapapun capres yang didukung CIA niscaya akan memenangkan pemilu presiden putaran kedua. "Siapa yang akan jadi presiden Indonesia ke depan, bahwasanya namanya sudah ada di tangan Amerika. Kan mereka yang men-setting. Bahkan bukan hanya Indonesia, CIA juga berperan dalam suksesi kepemimpinan nasional di beberapa negara di dunia," ujarnya. Setelah itu, masih berdasarkan Manullang, presiden yang didukung CIA akan dikendalikan oleh AS jikalau sehabis terpilih. Agendanya ya Agenda AS.

Tahun 2009. Megawati mencalonkan diri sebagai Presiden dan berpasangan dengan Prabowo. Secara tidak pribadi Megawati mencoba menarik proteksi dari Tentara Nasional Indonesia Faksi Cendana dengan menimbulkan Prabowo sebagai Cawapres. Namun kekuatan ini tidak significant untuk menghadapi SBY yang justru didukung oleh barisan islam yang berhasil dikendalikan lewat silent revolution. Nah Tahun 2014, SBY tidak lagi dilirik oleh AS. Karena kekuasaan ada pada Partai Demokrat. Sementara koneksi SBY ada pada partai Republik. Partai Demokrat AS inginkan pemilu berlangsung tertip dan demokratis tanpa ada rekayasa apapun. Megawati terpaksa tidak lagi maju sebagai capres. Namun Mega butuh PDIP menjadi partai penguasa dan karenanya beliau butuh figur yang disukai rakyat. Pemilihan Jokowi sebagai Capres lebih alasannya ialah Jokowi ialah satu satunya calon yang tidak bersinggungan dengan faksi politik nasional. Karenanya Akan gampang menarik faksi Tentara Nasional Indonesia bergabung. Makara beban sejarah atau masa kemudian hampir tidak ada. Tentu dengan rekam jejak menyerupai itu akan memudahkan Jokowi menghadapi konstelasi kekuatan dalam negeri maupun luar negeri kelak bila beliau terpilih sebagai presiden

Namun ketika proteksi Faksi Tentara Nasional Indonesia Try Soetrisno kepada PDIP atas Capres Jokowi, partai lain yang merasa punya relasi dengan faksi Tentara Nasional Indonesia Try Soetrisno merasa ditinggalkan. Mereka tidak bisa menerima. Mengapa harus PDIP? mengapa bukan Partai islam yang terang jelas punya sejarah erat dengan TNI. Mengapa bukan Golkar yang terang didirikan oleh TNI. Tetapi Try Soetrisno tetap dengan sikapnya. Bahwa beliau ingin PDIP yang maju dan capresnya didukung. Semua Elite Tentara Nasional Indonesia binaan Try Soetrisno tentu ada dibelakang Jokowi. Mereka ialah Wiranto, Agum Gumelar, AM Hendropriyono, Fachrul Razi, Ryamizard Ryacudu, Luhut Binsar Panjaitan; Sintong Panjaitan, Sutiyoso; Soebagyo HS. Bahkan termasuk SBY ialah pihak yang secara tidak pribadi mendukung Jokowi. Tentu dengan cara yang rumit dan memilih sekali. Mengapa begitu solid proteksi itu ? alasannya ialah yang dihadapi ialah Prabowo Soebianto yang terang lawan faksi Try Soetrisno. Sebetulnya antara Tentara Nasional Indonesia dan ormas Islam tidak punya masalah. Yang punya problem itu ialah PDIP dengan ormas islam. Mungkin relasi yang mesra antara PDIP dengan NU. Mungkin faktor sejarah dimasa kemudian dimana NU berhasil menciptakan pecahnya barisan islam dalam Masyumi. Kemudian bergabung dalam barisan nasional yang dibuat oleh Soekarno : NASAKOM.

Kemenangan Jokowi atas Prabowo dalam Pilpres 2014, telah menciptakan faksi Tentara Nasional Indonesia Pro cendana dan kelompok islam meradang. Khususnya ada ormas islam  menyerupai FPI, FUI yang punya koneksi dengan jaringan islam international menyerupai HT, Al Qaida, Ikhwanul Muslim (IM)) sangat mengenal erat siapa itu Wiranto. Karena dulu mereka berdiri atas prakarsa Wiranto. Era SBY mereka berperan sebagai pressure group yang sering dimanfaatkan oleh Faksi Tentara Nasional Indonesia Try Soetrisno. Bahkan HRS pernah masuk penjara di era SBY. Tidak sedikit orang FPI yang meninggal di penjara di era SBY. Saat kini ormas islam yang anti Jokowi /PDIP ialah mereka yang tadinya dibina oleh TNI. Para PATI yang turut membina itu semua ada dikubu Jokowi sekarang. Hanya saja ormas islam itu kini mereka tidak diposisi Jokowi tetapi di posisi Prabowo. Antara Prabowo dan kekuatan islam, punya agenda yang berbeda. Saat kini mereka bersatu untuk mencapai sasaran ganti presiden. Kalau tercapai sasaran ini maka selanjutnya bicara konsesi politik yang tentu berujung konsesi bisnis. Apakah mudah? tidak juga. alasannya ialah sistem negara kita menganut trias politika. Presiden tidak otomatis berkuasa penuh. Tanpa proteksi dewan perwakilan rakyat , Presiden tidak akan bisa melaksanakan fungsi UU nya. Prabowo akan melaksanakan hal sama menyerupai mertuanya. Islam hanya dimanfaatkan untuk naik tangga. Setelah hingga diatas , maka islam ialah pihak pertama yang akan di kebiri. Mengapa? apapun faksi Tentara Nasional Indonesia itu, idilogi mereka terang ialah Nasionalis. Makara islam dan komunis itu tidak ada kamusnya  dalam dokrin TNI. Dokrin Tentara Nasional Indonesia ialah PANCASILA. Itu final!

Jadi semenjak jatuhnya Soeharto ritme politik ditentukan oleh tiga orang jenderal , WIRANTO, PRABOWO dan SBY. Sampai kini mereka eksis. Kalau mereka bertiga bertemu, maka semua hal yang rumit sanggup menjadi mudah. Makara problem politik negeri ini engga juga ruwet. Hanya tiga orang duduk bareng minum kopi , selesai dah urusan. Makara damai sajalah. Semua akan baik baik saja. Yang terang Jokowi bukan lawan bagi siapa saja, bukan pula musuh bagi partai manapun. Jokowi hanya profesional untuk melaksanakan amanah UU dan memastikan elite politik dan elite ormas tetap bisa ha ha hi hi, disuasana mendung masih bisa memetik buah dan membaginya.  

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/