Showing posts sorted by relevance for query tentara. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query tentara. Sort by date Show all posts

Mungkinkah Joko Widodo Jatuh?

Ketika pidato pembukaan Kongres PDIP di Bali, Megawati Nampak menitikan air mata. Memang fitrah perempuan tidak sanggup menyembunyikan perasaannya, walau air mata itu menjadikan tanda tanya , apakah itu tu airmata senang ataukah itu airmata duka. Namun dari pernyataan Megawati selama kongres tahulah kita bahwa diamnya Megawati selama ini bukanlah seratus persen memperlihatkan derma sepenuhnya kepada Jokowi. Ada ketidak puasaannya terhadap Jokowi sebagai presiden RI. Seakan Megawati kecewa alasannya yakni Jokowi tidak sanggup melaksanakan secara penuh misinya sebagai petugas partai. Megawati nampak kecewa alasannya yakni itu. Mungkin satu hal yang dilupakan oleh Megawati bahwa Indonesia bukanlah pemerintahan yang menganut system parlementer. Indonesia menganut system Presidentil. Ketika seseorang terpilih sebagai Presiden maka ia bukan lagi monopoli milik partai atau ormas, tapi ia milik semua partai dan golongan. Ia yakni presiden Repuplik Indonesia ,pemimpin bagi semua rakyat, bagi semua golongan, bagi semua partai. Keberadaan Partai menurut UU hanya sebatas mencalonkan kadernya sebagai presiden. Yang menentukan terpilih atau tidak calon itu yakni rakyat , bukan partai. Kaprikornus partai itu tak lebih hanyalah mesin yang melahirkan pemimpin nasional. Partai yakni pembinaan center seseorang untuk masuk kepentas kepemimpinan Nasional. Setelah terpilih sebagai presiden maka presiden harus patuh dan tunduk kepada UU , bukan kepada Partai. !

Mengapa APBN-P 2015  begitu mulus di syahkan oleh DPR?  Semua tahu bahwa pengakuan APBN sesudah usai sidang pleno penetapan  BG sebagai Kapolri, yang diusulkan oleh PDIP atas prakarsa dari Megawati. Sepertinya ada transaksional antar partai Koalisi di dewan perwakilan rakyat atau apalah. Yang terperinci keberadaan BG sebagai Kapolri begitu strategisnya bagi Megawati dan PDIP sehingga mereka sanggup dengan gampang mendapatkan APBN-P yang didukung penuh oleh KMP. Namun nyatanya sesudah itu,  BG gagal sebagai Kapolri alasannya yakni dibatalkan oleh Jokowi. Selanjutnya elite KIH meradang alasannya yakni para Mafia Migas, cecunguk Pupuk, Mafia Minerba, Mafia Pangan, yang berusaha merapat ke mereka untuk mendapatkan proteksi jawaban kebijakan Jokowi, mulai merasa gerah. Satu kader PDIP yang juga anggota dewan perwakilan rakyat ketahuan KPK alasannya yakni suap izin Tambang batubara. Jokowi tidak sanggup lagi diatur. Ia hanya fokus melaksanakan amanah APBN  yang di syahkan DPR. Jokowi menciptakan kecewa elite KIH alasannya yakni  mencabut hak hak trading arm untuk Petral , peniadaan subsidi BBM ( premium ), menciptakan ngambang contract JV dengan sonangol, menghapus denah subsidi pupuk, dan melibatkan Tentara Nasional Indonesia untuk membrantas cecunguk pangan. Sementara peluang rente atas kebijakan  fiscal Jokowi sangat kecil sekali sanggup didapat. Mengapa ? untuk swasembada pangan, Jokowi melibatkan Tentara Nasional Indonesia dan pembangunan insfrastruktur melibatkan BUMN. Dengan metode penyaluran dana fiscal ini maka siapapun yang mencoba menyunat anggaran ini akan berhadapan dengan Tentara Nasional Indonesia dan KPK. Dan untuk mengimbangi dominasi politik KIH terhadapnya, Jokowi menjalin sinegi dengan KMP melalui Prabowo, sehingga tidak gampang bagi dewan perwakilan rakyat untuk menghadang kebijakannya melalui hak angket atau hak konstitutional Artikel Babo.

Dengan kondisi derma yang mulai melemah dari KIH , apakah Jokowi akan jatuh ? Apalagi semua Mafia memiliki kekuatan financial dan  power mensuplai dana  untuk mejadikan LSM, Ormas sebagai proxy melaksanakan pressure terhadap kekuasaan Jokowi. Belum lagi kekuatan underbow Partai akan menjadi mesin memprovokasi massa untuk mempressure pemerintah. Saya masih ingat dikala semua orang ingin menjatuhkan Gus Dur,  seorang perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia menyampaikan kepada saya dalam pertemuan santai di Grand Hyatt. Bahwa Elite Politik butuh derma Tentara Nasional Indonesia untuk melaksanakan SI menjatuhkan Gus Dur. Andaikan Tentara Nasional Indonesia menolak maka MPR tidak akan berani menjatuhkan Gus Dur. Mengapa Tentara Nasional Indonesia mendukung menjatuhkan Gus Dur? Ya alasannya yakni Gus Dur mereformasi Tentara Nasional Indonesia sehingga Tentara Nasional Indonesia tidak lagi dengan dokrin tentara Rakyat. Soeharto menentukan lengser sebagai Presiden dikala ia berkali kali menelpon senior Tentara Nasional Indonesia yang ada di Golkar namun telp tidak tersambung. Itu artinya ia tidak lagi didukung TNI. Mengapa Tentara Nasional Indonesia menarik derma terhadap Soeharto ? alasannya yakni KKN yang dilakukan Soeharto sudah hingga pada tingkat menciptakan Tentara Nasional Indonesia harus bersikap sesuai dokrin Tentara Nasional Indonesia sebagai Tentara Rakyat. Jadi, apabila ada pihak entah itu Partai yang ingin menjatuhkan Jokowi lewat sidang Instimewa MPR maka mereka harus punya alasan yang berpengaruh untuk mendapatkan derma dari TNI. Begitu juga apabila ada ormas atau LSM atau gerakan Mahasiswa yang ingin menjatuhkan Jokowi maka mereka harus punya alasan yang berpengaruh untuk meyakinkan Tentara Nasional Indonesia semoga menarik derma terhadap Jokowi.

Mungkinkah Tentara Nasional Indonesia menarik derma terhadap pemerintahan Jokowi? Hampir mustahil Tentara Nasional Indonesia akan menarik derma terhadap Jokowi.Mengapa ?sejak reformasi , ini kali pertama kiprah Tentara Nasional Indonesia dilibatkan dalam kegiatan pembangunan yang bersifat sangat strategis yaitu swasembanda pangan. Ini seakan mengaktualkan jargon Soedirman ihwal Tentara Nasional Indonesia bahwa tentara itu menyerupai ikan yang hidup diair , yang tidak sanggup ikan dipisahkan dengan air alasannya yakni niscaya ikan mati. Tidak sanggup Tentara Nasional Indonesia dipisahkan dengan rakyat.Tidak sanggup Tentara Nasional Indonesia hanya disuruh tinggal dibarak militer. Mengapa ? alasannya yakni sejarah Tentara Nasional Indonesia beda dengan tentara negara lain. Sejarah Tentara Nasional Indonesia yakni sejarah tentara Rakyat. Dokrin Tentara Nasional Indonesia yakni Tentara Rakyat. Elite politik reformasi yang mencoba memisahkan Tentara Nasional Indonesia dengan Rakyat gotong royong melawan fitrah Tentara Nasional Indonesia itu sendiri. Ketika 10 tahun tentara di barak dan rakyat ( petani dan nelayan ) menderita alasannya yakni kalah bersaing dengan absurd maka Tentara Nasional Indonesia bersikap.  Jokowi memanfaatkan memontum kerinduan Tentara Nasional Indonesia kembali ke rakyat itu dengan sempurna melalui kegiatan swasembada pangan. Ada lebih Rp.100 Triliun dana fiskal disuplai ke petani dan Panglima TNI-AD siap dicobot kalau kegiatan Swasembada pangan gagal. Disamping itu Jokowi berhasil meyakinkan NU dan Muhammdiah sebagai basis ormas islam terbesar di Indonesia untuk mendukungnya. Setiap ada komplik kebijakan ditataran politik maka Jokowi akan membentuk Tim untuk memperlihatkan masukan dan itu selalu ada wakil dari Ormas NU dan Muhammadiah. Jokowi akan tetap diposisinya hingga dengan  lima tahun kedepan walau memang tidak kondusif dari pihak yang sekedar ingin mencoba coba melawan.



Sumber https://culas.blogspot.com/

Tni Vs Polri


Sabtu (23/03/2013) ,pukul 0.30 dini hari di Lapas Sleman, pintu Lapas diketuk oleh empat orang berpakaian preman dengan menandakan surat kiprah dari Polda DI Yogyakarta. Ketika pintu Lapas dibuka, gerombolan laki-laki bersenjata lengkap dengan memakai topeng masuk tanpa banyak bersuara memaksa petugas Lapas menandakan ruang empat orang penghuni Lapas  yang menjadi target. Dihadapan penghuni lapas lainnnya keempat orang itu dihukum mati oleh gerombolan laki-laki bersenjata itu.  Sementara petugas Lapas yang berjumlah delapan orang telah dlumpuhkan. Semua proses itu berlangsung hanya 15 menit. Peristiwa ini menciptakan kita merinding. Siapakah pelakunya? Diragukan itu berasal dari sipil, demikian jawaban teman saya yang juga rekanan procurement TNI. Karena palaku tidak satu orang. Jumlahnya ada 15-20 orang yang bersenjata laras panjang dan granat. Tidak gampang menyediakan senjata untuk lebih selusin kecuali memang aparat. Dari kronologis kejadian itu nampak bahwa operasi pembunuhan keempat orang penghuni lapas  itu dilakukan dengan sangat professional, terkesan hambar dan hanya membunuh yang menjadi sasaran sehabis itu berlalu dengan cepat.  Dugaan teman ini mungkin ada benarnya alasannya yaitu keempat orang itu yaitu pelaku pembunuhan Sersan Satu Santosa, anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Hugo's Cafe Yogya, 19 Maret 2013 lalu. Sepertinya ini agresi dari spirit solidaritas korps…

Siapakah pelakunya? Tentara Nasional Indonesia dengan tegas menyampaikan bahwa pelakunya bukan berasal dari aparatnya. Walau salah satu korban dari keempat penghuni lapas itu yaitu mantan Polisi namun tidak terdengar pendapat yang mengindikasi adanya pertikaian antara Tentara Nasional Indonesia dan Polri. Lantas siapa ? apakah ini terroris ? Semakin saling mengelak semakin menandakan pertarungan antara Tentara Nasional Indonesia dan Polisi atau Tentara Nasional Indonesia vs Sipil semakin terperinci arahnya, yaitu menciptakan negara lemah dan menciptakan pemerintah rusak citranya dihadapan rakyat; Betapa tidak berdayanya Negara melindungi terpidana didalam penjara. Kalau orang dibawah pengawasan keamanan 24 jam saja tidak kondusif bagaimana dengan orang diluar yang jauh dari jangkauan pegawanegeri keamanan? Dari kejadian ini kita mulai bertanya dimana Negara ? dimana kepemimpinan. Dimana undang Undang. Dimana hukum.  Semakin mengindikasikan bahwa ada yang salah dalam spremasi sipil dikala ini. Bahwa seharusnya supremasi sipil yaitu supremasi hokum. Lantas apa alhasil jika kenyataannya sipil yang korup memperdagangkan hukum. Rakyat kecewa, apalagi Tentara Nasional Indonesia yang memegang teguh dokrin Tentara Rakyat, pembela Pancasila. Seharusnya ini disadari oleh para elite politik sipil. Sadar bahwa mereka tidak bebas berbuat sesukanya. Ada kekuatan lain yang sanggup menjadikan mereka pecundang.

Ya, diatas kemajuan ekonomi yang dibanggakan oleh pemerintah ternyata ada satu yang mulai ringkih oleh keadaan social dan politik. Apa itu ? relasi antara Polisi Republik Indonesia dan TNI. Lebih luas lagi yaitu relasi antara Tentara Nasional Indonesia dan sipil. Setelah Reformasi, perseteruan antara Tentara Nasional Indonesia dan Polisi Republik Indonesia sering terjadi. Peristiwa paling fenomenal terjadi pada 2001. Bentrokan antara anggota Polresta Madiun dengan Batalion 501 diawali duduk masalah sepele, yaitu berselisih di antrean SPBU. Bentrokan ini menciptakan situasi Madiun, Jawa Timur mencekam. Kantor Mapolresta Madiun sempat dua kali diserang anggota TNI. Baku tembak tak terhindarkan. Ada juga bentrok di Ternate, Oktober 2009, yang dipicu duduk masalah penjagaan di sebuah pelabuhan Bentrokan ini bermula dari kesalahpahaman antara anggota TNI-Polri yang ditugaskan mengamankan kapal Lambelu ketika mendarat di Pelabuhan Ternate, Maluku Utara.  Sejumlah anggota bintara magang Polisi Republik Indonesia tiba-tiba diserang anggota Tentara Nasional Indonesia yang berpakaian preman. Akibatnya, tiga anggota bintara terluka terkena bacokan sangkur. Akibat kejadian ini, Kota Ternate mendadak menjadi tegang. Bulan ini terjadi pembakaran Mapolres OKU di Sumsel oleh puluhan prajurit TNI. Peristiwa bentrok antara anggota Tentara Nasional Indonesia versus Polisi Republik Indonesia itu bukan kali itu saja terjadi. Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mencatat, semenjak 2005 sampai kini, setidaknya terjadi 28 kejadian bentrokan terbuka antara anggota dua korps tersebut di banyak sekali daerah.

Dengan diamandemennya Undang-Undang Dasar 45 maka terjadi re-definisi Sistem Pertahanan Nasional dengan pemisahan secara tegas antara POLRI dan TNI. Tugas keamanan dalam negeri sepenuhnya otoritas POLRi yang strukturnya pribadi dibawah Presiden. Tentara Nasional Indonesia hanya bertugas menjaga keamanan dari bahaya pihak luar. Apakah ini diterima lingkaran oleh TNI? Tahun 2000 saya masih ingat dengan ucapan teman perwira Tentara Nasional Indonesia bahwa walau kedudukan Tentara Nasional Indonesia kini berubah seiring berubahnya Undang-Undang Dasar 45 namun bukan berarti Tentara Nasional Indonesia juga berubah. Tentara Nasional Indonesia tidak loyal kepada Undang-Undang Dasar tapi loyal kepada Pancasila. Selagi Undang-Undang Dasar seiring sejalan dengan Pancasila, dimanapun Tentara Nasional Indonesia ditempatkan maka itu akan menjadi dedikasi dan kehortmatan bagi TNI. Kenyataannya kedudukan Tentara Nasional Indonesia kini ini tak lain menempatkan Tentara Nasional Indonesia di sudut yang kalah dan terabaikan secara system dari supremasi sipil, yang pada waktu bersamaan sipil gagal menuaikan janjinya lebih baik dibandingkan militer dan Pancasila diabaikan. Bahkan sipil bersama Polisi Republik Indonesia hidup bergelimang kemewahan dari korupsi dan ini tentu mengakibatkan efek psikologis bagi Tentara Nasional Indonesia khususnya ditingkat perwira menengah kebawah. Tak heran, terlihat adanya indikasi bahwa Tentara Nasional Indonesia ingin kembali mendapat kewenangan di luar fungsi pertahanan negara, yaitu keamanan dalam negeri, menyerupai yang dilakukan lewat RUU Keamanan Nasional. Namun elite politik tidak rela begitu saja menciptakan Tentara Nasional Indonesia kembali berperan significant.

Agar stabilitas keamanan dan politik negeri ini terjadi solid maka 1).pemerintah harus menempatkan kedudukan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia setara dengan Polisi Republik Indonesia dan 2). memperbaiki kesejahteraan prajurit Tentara Nasional Indonesia setara dengan Polisi Republik Indonesia serta 3). menjamin spremasi sipil yaitu supremasi aturan dengan menempatkan kebenaran, kebaikan dan keadilan diatas segala galanya. Apabila ketiga hal tersebut tidak segera dilaksanakan maka sejarah membuktikan Tentara Nasional Indonesia akan selalu bersama rakyat melaksanakan perubahan secara halus maupun kasar. Sehebat apapun pemerintah, akan jatuh. Semoga ini disadari …

Sumber https://culas.blogspot.com/

Kopassus ...?


Rumor ternyata benar. Benar  bahwa di balik penyerangan Lapas Cebongan yaitu KOPASSUS atau Komando Pasukan Khusus dibawah Angkatan Darat. Ke 11 Prajurit Kopassus dengan kesatria mengakui perbuatannya sesudah team pemeriksaan Tentara Nasional Indonesia dibuat oleh KSAD. Prajurit Tentara Nasional Indonesia itu tiba sendiri dihadapan team pemeriksaan dan siap mempertanggung jawabkan kesalahannya. Sikap tanggung jawab bukan hanya tiba dari prajurit sang pelaku tapi juga dari Danjen Kopassus yang dengan tegas siap menanggung kesalahan dari anak buahnya. Begitulah TNI, bila Panglima sudah bersikap maka tidak butuh waktu usang untuk meng investigasi. Tidak samahal nya dengan Sipil yang pelakunya selalu bersembunyi hilang layaknya pecundang sejati. Dengan demikian maka POLRI juga harus  membentuk team pemeriksaan atas kemungkinan oknumnya terlibat sebagai pelaku pengeroyokan brutal di Hugo’s Café yang menewaskan anggota Kopassus Serka Heru Santoso. Masih ada 7 orang pelaku pengeroyokan itu yang masih bebas berkeliaran. Harus dicatat bahwa kesediaan prajurit Tentara Nasional Indonesia untuk diadili secara hokum alasannya yaitu percaya hokum masih dijunjung di republic ini tapi jikalau POLRI gagal mengungkapkan pengeroyokan itu maka duduk kasus ini tidak akan simpulan hingga disini.

Pengeroyokan itu terjadi di café Hugo ,sebuah tempat hiburan malam yang glamor di Yogyakarta. Menurut Tentara Nasional Indonesia bahwa kehadiran Serka Heru Santoso di café  itu dalam rangka tugas. Apakah kiprah prajurit Tentara Nasional Indonesia di café  itu?  Jawaban dari Tentara Nasional Indonesia bahwa Heru Santoso sedang melaksanakan operasi intelligent yang mengharuskan ia hadir di café  itu. Jadi terperinci bahwa kehadiran Prajurit Tentara Nasional Indonesia di café  itu dibawah perintah atasannya, Tentu atasanya memerintah atas dasar jenjang komando di TNI. Kita tidak perlu bertanya lebih jauh mengapa kiprah intelligent harus berada di café . Karena ini sudah biasa dalam kiprah intelligent yang harus mendapat warta darimanapun sumbernya. Yang jadi pertanyaan besar yaitu disamping preman mengapa ada keterlibatan oknum polisi dalam pengeroyokan itu? Tentu Heru Santoso tidak menyadari ini akan terjadi. Kalaulah dari awal ia tahu akan dikeroyok, tentu ia tidak akan tiba sendirian ke café itu. Yang niscaya ini bukan perkelahian impulsif yang biasa terjadi di tempat hiburan malam tapi perkelahian yang sudah direncanakan dengan terperinci oleh   para pengeroyok, dengan sasaran "menghabisi" Heru Santoso secara sadis dihadapan orang banyak. Ini benar benar gaya Triad atau Mafia. Kejam dan dingin.  Apa motive nya ?

Sumber kejahatan apapun didunia modern ini selalu dibicarakan di tempat hiburan malam. Berbagai transaksi haram, entah itu suap, jual beli narkoba, pelacuran, terjadi ditempat hiburan malam. Disetiap kota besar atau disetiap  provinsi , café glamor di legitimasi kehadirannya oleh pejabat kota. Semua pengelola tempat hiburan malam bukan hanya mereka yang punya modal tapi juga mereka yang punya access kepada pegawapemerintah keamanan untuk “perlindungan”. Mengapa perlu “perlindungan”? alasannya yaitu hampIr semua tempat hiburan melanggar ketentuan formal izin usahanya. Tentu Ini tidak ada yang gratis. Kita tidak tahu niscaya berapa uang upeti kepada pegawapemerintah keamanan. Tapi yang terperinci jumlahnya tidak sedikit. Konon berdasarkan kisah dari teman yang juga pengelola tempat hiburan malam , yang mendapat jatah upeti bukan hanya pegawapemerintah keamanan tapi juga pegawapemerintah PEMDA. Bahkan atas rekomendasi dari PEMDA atau Aparat keamanan, pengelola tempat hiburan juga harus menawarkan santunan dana kepada Ormas yang suka “ngeributin”keberadaan tempat hiburan malam. Kadang ada juga oknum pegawapemerintah keamanan mendapat jatah dari kartel pengedar narkoba. Maklum café juga yaitu market place untuk produk narkoba dengan omzet gigantic.

Untuk menjadi pengelola café  apalagi tempat hiburan untuk kelompok menengah atas tidaklah mudah. Anda harus lebih dulu dikenal erat dengan elite politik didaerah maupun di pusat. Kedekatan ini penting untuk mengukur grade anda untuk pantas dilindungi dan di-legitimate usahanya. Demikian kata teman saya.  Kalau dulu sebelum reformasi, seluruh tempat hiburan di backing oleh Tentara Nasional Indonesia melalui kerjasama dengan yayasan milik TNI. Makara pemberian lebih terorganisir dan transfarance. Ini sebagai financial resource bagi komandan pasukan  untuk mensejahterakan prajurit melalui jalur non budgeter. Makara pendapatan dari dunia hiburan ini tidak hanya untuk kepentingan langsung Jenderal atau komandan tapi juga lebih kepada kepentingan pelatihan pasukan. Menurut saya, secara susila ini tetap salah. Namun di kala reformasi, Tentara Nasional Indonesia masuk kandang. POLRI mengambil alih kiprah Tentara Nasional Indonesia di wilayah public, termasuk di tempat hiburan malam. Apakah semudah itu menarik Tentara Nasional Indonesia dari wilayah public khususnya ditempat yang sebelumnya merupakan financial resource bagi TNI. Apalagi Tentara Nasional Indonesia tahu niscaya bahwa kekuasaan sipil menimbulkan oknum keamanan dan pemda kaya raya dari dunia malam. Sementara kehidupan prajurit semakin terpinggirkan alasannya yaitu sang komandan tak lagi punya susukan terhadap dana non budgeter.

Kalaulah kala reformasi memang terbukti kekuasaan sipil lebih baik dari militer. Lebih tidak korupsi. Lebih mahir mempertahankan NKRI. Lebih mahir membrantas NARKOBA. Lebih adil terhadap rakyat miskin. Lebih tinggi kehormatan bangsa dan Negara dihadapan asing. Saya yakin Tentara Nasional Indonesia memang tidak punya pilihan kecuali harus lapang dada berada di dalam camp. Tapi bila reformasi dari tahun ketahun semakin menerangkan kemerosotan susila para elite, dan semakin memperlebat gap kaya dan miskin, keadilan diperdagangkan, maka fitrah Tentara Nasional Indonesia yang terlahir dari rakyat akan bangun kembali untuk mengarahkan senjata ke elite politik. Memang dalam sejarah Tentara Nasional Indonesia tidak pernah melaksanakan makar apalagi perebutan kekuasaan namun Tentara Nasional Indonesia sangat gampang menjadi backing rakyat melaksanakan perubahan termasuk revolusi. Sejarah membuktikan itu. Makara , sudah saatnya insiden penyerangan Lapas oleh Kopassus dijadikan pelajaran bagi elite politik sipil dan Polisi Republik Indonesia biar mulailah stop korupsi, stop backing kejahatan. Ingatlah bahwa kewibawaan rezim sipil bukan terletak pada forum HAM,KPK dll tapi pada Kewibawaan kepemimpinan dalam menegakkan keadilan, mengutamakan kebaikan, membela kebenaran untuk lahirnya keadilan sosial bagi semua. Sadarlah ! sebelum terlambat.

Sumber https://culas.blogspot.com/

Foto Anggota Tni Pose 2 Jari Diviralkan, Begini Fakta Di Baliknya

Foto Anggota Tentara Nasional Indonesia Pose 2 Jari Diviralkan, Begini Fakta di BaliknyaIlustrasi anggota Tentara Nasional Indonesia (Foto: Grandyos Zafna/detikcom)

Jakarta -Foto anggota TNI yang mengacungkan jari jempol dan telunjuk beredar di media umum dan WhatsApp. Foto ini kemudian dikait-kaitkan dengan simbol pertolongan kepada pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Padahal yang sebetulnya terjadi jauh dari urusan Pilpres.

Kadispen Tentara Nasional Indonesia AD Brigjen Candra Wijaya menjelaskan foto tersebut ialah foto lawas yang artinya dibentuk sebelum ada penentuan nomor urut pasangan capres-cawapres. Dia menyampaikan jari jempol dan telunjuk tersebut menawarkan kode lulusan Akademi Militer (Akmil).

Candra menambahkan, terkait foto anggota Tentara Nasional Indonesia dengan pose jempol dan telunjuk dapat merujuk pada penjelasan yang sebelumnya disampaikan Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.


"(Terkait pose tersebut) dapat merujuk pada penjelasan Panglima Tentara Nasional Indonesia dan Kapolri, bahwa foto-foto tersebut diambil beberapa waktu bahkan tahun yang lalu. Mereka menawarkan kode Lulusan Akmil 87, 92, 97, dan lain-lain," kata Candra lewat pesan singkat, Senin (7/1/2018).

Sebelumnya, Panglima Tentara Nasional Indonesia dan Kapolri memang sudah angkat bicara soal foto keduanya yang berpose dua jari. Baik Hadi maupun Tito menegaskan TNI-Polri netral pada Pemilu 2019.

"Beberapa hari ini, aku dengan Pak Kapolri sering mendapat kiriman foto terkait dengan kode tertentu yang dipakai lichting (atau) angkatan Akabri, mulai lichting 87 angkatan Pak Tito, ada juga lichting 92, ada juga lichting aku Lemhannas angkatan 20," kata Hadi menyerupai dilansir Antara.


Penjelasan ini disampaikan oleh Hadi dan Tito kepada wartawan di sela-sela mendampingi Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Lampung Selatan, Rabu (2/1) lalu. Penjelasan Panglima Tentara Nasional Indonesia juga disampaikan dalam pernyataan dari Puspen TNI.

Dia menyampaikan kode dua jari itu bahwasanya pertanda soliditas antar lulusan. Hadi sempat menawarkan foto yang ia maksud banyak beredar tersebut, yaitu foto Tentara Nasional Indonesia dengan gaya dua jari telunjuk dan ibu jari menyerupai pistol. Dia menyampaikan dalam beberapa waktu terakhir, foto mereka dengan dua jari tersebut beredar luas. Hadi menegaskan bahwa TNI-Polri tetap memegang teguh netralitas.

Hal senada disampaikan Tito. Dia menegaskan foto dengan kode dua jari membentuk pistol itu diambil jauh sebelum penetapan pasangan calon presiden.


"Ya aku juga sudah mengklarifikasi kepada teman-teman 87 itu, foto-foto yang diunggah itu, yang kebetulan kodenya jarinya itu menyerupai dengan salah satu pasangan calon, itu fotonya diambil jauh sebelum penetapan pasangan calon tadi," katanya.

Menurut Tito, kode jari itu sudah dimiliki angkatannya lebih dari 20 tahun. "Kode jari itu sudah usang sekali, sudah lebih dari 20 tahun, bila kita bertemu, kemudian dengan satu Polisi Republik Indonesia kemudian teman-teman TNI, kita sodorkan kode jari itu berarti ialah satu angkatan kita. Itu kode saja," tambah Tito.

Hadi dan Tito setuju menginstruksikan jajarannya biar sementara waktu tidak memakai kode jari. Itu alasannya ialah kode tersebut rawan disalahtafsirkan.

Sumber detik.com

Mengingatkan Yang Lupa..


Korban pemberontakan PKI
di Madiun 1948,Ulama di bunuh
Suatu pagi 17 agustus 1945, ketika usai memproklamirkan kemerdekaan di kediaman Soekarno Jalan Pegangsaan Timur, Soekarno berkata kepada segelintir orang yang hadir, " Saudara saudara sekalian, dengan demikian kita telah merdeka " bunyi Soekarno terkesan lambat. Bukan sebab ia tidak bersemangat memproklamirkan kemerdekaan tapi sebab memang ketika itu Soekarno sedang sakit malaria. Seusai menyampaikan itu Soekarno pribadi masuk ke kamar tidurnya. Tidak ada obrolan dan diskusi sesudah itu. Semua hadirin pergi secara membisu diam. Maklum ketika itu kekuasaan masih di bawah kendali Jepang. Namun semua yang hadir ketika proklamasi itu di ikrarkan , sadar bahwa pada dikala itu revolusi telah di mulai. Selanjutnya apa? Ada tiga kelompok yang telah usang saling mengintai yaitu Islam dan Komunis di satu sisi dan Nasionalisme dan tentara di sisi lain. Setelah proses mempertahankan apa yang di proklamirkan dengan darah dan nyawa, alhasil Indonesia berhasil mengusir rezim kolonial Belanda. Selanjutnya terjadi kekosongan. PKI di bawah Muso melaksanakan perebutan kekuasaan di tahun 1948. Namun berhasil di gagalkan oleh TNI. Luka sejarah itu selalu membekas sebab PKI tidak mengganyang nasionalis tapi para tokoh agama Islam.

Sejak dikala itu antara PKI dan Islam selalu saling berhadapan dan saling mengincar untuk memusnahkan. Politik untuk ketulusan oleh para pendiri negara mulai tergredasi. Yang ada ialah politik untuk kekuasaan. Makanya Soekarno tidak begitu merasa bersalah ketika membubarkan konstituante di tahun 1959 yang ingin merubah UUD45. Padahal pemilu 1955 merupakan pemilu paling demokratis yang pernah ada di Indonesia. Soekarno mencanangkan kembali ke UUD45 namun membungkusnya dengan manifesto politik Nasionalis , Agama dan komunis ( NASAKOM) dalam satu barisan demokrasi terpimpin. Amerika CS mulai bersikap bermusuhan dengan Soekarno yang semakin besar lengan berkuasa kekuasaannya. Apalagi Soekarno dikukuhkan sebagai Presiden seumur hidup. Demokrasi mati!. Barisan Islam moderat meradang melihat cara Soekarno berpolitik. Mana mungkin agama dan komunis bersatu. Itu sama saja menyatukan minyak dengan air. Maklum, walau Islam dan komunis punya platform usaha yang sama namun metode  berbeda sekali. Namun luka sejarah tak pernah lupa bahwa PKI pernah menggorok leher kiayai demi rencana merebut kekuasaan. Tahun 1958 - 1961, kelompok Islam moderat melaksanakan pemberontakan yang dikenal dengan PRRI. Pemberontakan ini di dukung oleh Amerika dalam konteks perang dingin, antara Komunisme ( Pakta Warsawa ) dan Amerika ( NATO).  Namun Tentara Nasional Indonesia dan PKI tetap di barisan Soekarno sehingga pemberontakan PRRI gampang di hancurkan. Tokoh PRRI masuk penjara.

Pendukung PKI di bantai,
Aksi balas dendam1965
Ketika PKI semakin mesra dengan Soekarno , Amerika tidak lagi menggunakan politik merangkul Islam untuk menjatuhkan Soekarno. Kegagalan PRRI sudah cukup menandakan politik Islam tidak pernah solid. Tapi mendekati Tentara Nasional Indonesia yang merasa jadi anak tiri Soekarno. Design seni administrasi menjatuhkan Soekarno melalui pelatihan perwira muda Tentara Nasional Indonesia sambil memprovokasi umat Islam bahwa PKI anti Tuhan,  di laksanakan melalui operasi CIA dan luka sejarah 1948 terus di ingatkan kedalam pikiran umat islam. Entah bagaimana sampai meletus G30S PKI dan ini menjadi pemicu terjadinya bentrokan horisontal antara Komunis dan Umat Islam dengan Tentara Nasional Indonesia di belakang Islam. Ratusan ribu massa PKI di bunuh, darah kembali mengenak sungai di bumi pertiwi. Balas dendam terjadi dan alhasil PKI di nyatakan partai terlarang. Soekarno Jatuh. Elite PKI di aturan mati dan di Penjara seumur hidup. Soeharto berkuasa namun sebenarnya yang berkuasa ialah Amerika dan Sekutunya. SDA Indonesia di kuasai ( lihat gambar disamping). Secara politik di rantai dengan denah hutang luar negeri. Untuk itu di perlukan stabilitas keamanan dan politik biar stabilitas ekonomi terjaga. Karenanya barisan agama, nasionalis, sosialis di rantai dengan politik azas tunggal Pancasila. Yang berseberangan di gebuk dan di penjarakan. Kelompok Islam yang coba berontak di bedil oleh tentara. Operasi militer di berlakukan di wilayah konflik dengan membuang HAM ke tong sampah.  Soeharto berkuasa idiologi mati dan agama di kebiri. dewan perwakilan rakyat hanya di isi oleh politikus berwajah kardus yang hanya bertugas berkata " setuju". Demokrasi mati! 

Peta SDA yang  di kuasai Amerika 
32 Tahun Soeharto berkuasa , nakal di cekal dan di penjara , ada juga yang di bunuh lewat operasi militer. Kutbah Jumat di sensor dan pengajian umum di larang. Namun KKN tumbuh subur yang memanjakan Tentara Nasional Indonesia dan elite politik kardus serta para kroni yang akrab dengan Cendana. 90% SDA di kuasai Amerika Cs. Ketika Perang hirau taacuh usai dan Soeharto mulai tidak di manjakan Amerika, Soeharto kembali ke nostalgia tahun 1965 dimana ia tertolong dengan tunjangan Islam. Soeharto merangkul intelektual Islam dan ICMI di bentuk. Ketika kabinet di isi oleh orang ICMI. Amerika tidak sanggup mendapatkan perubahan perilaku politik Soeharto yag ke kanan. Kembali Amerika menggunakan perwira Tentara Nasional Indonesia dan barisan Islam yang sakit hati untuk memprovokasi pendukung Soeharto berkiblat dengan kelompok reformis. Dan dengan satu ledakan shock banking lewat operasi hedge fund Soros, ekonomi yang hendak tinggal landas pribadi nyengsep ke tanah. Soeharto jatuh. Rezim reformasi bangkit. Kembali Amerika menang. Platform politik di rubah dengan adanya amandemen Undang-Undang Dasar 45. Era Demokrasi liberal terjadi dan neoliberal mendapat tempat. Tentara Nasional Indonesia masuk barak. Politisi sanggup singgasana. Apa yang diperlukan Amerika tak lain lahirnya rezim politik pragmatis. Suara rakyat bunyi Tuhan namun sebab inilah neocolonialisme terjadi melalui rezim reformis yang pro-pasar bebas.

Namun sesudah rezim reformis tampil lebih 15 tahun, hal yang tak pernah di perhitungkan Amerika ialah tampilnya si tukang kayu yang bukan elite partai sebagai Presiden melalui pemilu langsung. Jokowi nama Presiden itu. Ia tidak mau menjadi boneka Amerika CS. Ia ingin berteman dengan siapapun namun dengan prinsip kepentingan nasional diatas segala galanya. Kepentingan nasional itu di tuangkan dengan agenda Nawacita. Amerika meradang sebab Indonesia bukan lagi hak eklusifitas politik untuk menguasai SDA. Indonesia menjadi terbuka bagi siapa saja,termasuk dengan China yang sekarang menjadi kekuatan ekonomi dunia. Kembali Amerika melancarkan design usang yaitu merangkul Islam dan barisan Tentara Nasional Indonesia yang sakit hati. Kepada golongan Islam , Amerika meniupkan keinginan negeri nirwana di bawah bendera Khilafah Islam dan bahaya PKI yang anti Tuhan. Kepada Tentara Nasional Indonesia barisan sakit hati, di tiupkan sorga 32 tahun rezim Soeharto berkuasa. Makara antara barisan Tentara Nasional Indonesia sakit hati dengan barisan Islam bersatu melawan Jokowi namun dengan keinginan berbeda. Mereka tidak akan mungkin bersatu jikalau berhasil menang.  Siapapun yang bekuasa akan menzalimi yang lain, sebab yang menang sebenarnya ialah Amerika CS dengan agenda keunggulan terhadap China dalam perebutan efek di Asia Pacific dan memenangkan konplik maritim China selatan

Sejarah di baca dengan cermat oleh Jokowi dan para elite yang sekarang berkuasa termasuk TNI. Bahwa bahaya idiologi apapun termasuk agama untuk melaksanakan revolusi tidak akan pernah terjadi lagi selagi rakyat di cerdaskan dengan susukan demokrasi di buka lebar dan pembangunan indonesia centris berjalan efektif khususnya di wilayah yang selama ini di pinggirkan, serta pembrantasan korupsi terus di efektifkan. Ancaman dari segelintir orang yang terpengaruh dengan  provokasi media yang didanai oleh Amerika CS tidak akan efektif kecuali hanya untuk segelintir orang yang masih suka bernostalgia perihal masa kemudian yang busuk bau darah demi sebuah kekuasaan. Jokowi akan baik baik saja sebab lebih banyak orang waras daripada yang irasional dalam berpolitik dan menyikapi perubahan yang ada kini...

Sumber https://culas.blogspot.com/

Jadi Jenderal Besar Pertama Indonesia, Soedirman Cerdas Sebab Berlatar Belakang Seorang Guru

Info Pemerintah -  Berbicara mengenai Tentara Nasional Indonesia yang berulang tahun hari ini, sulit kiranya memisahkan dari sosok Jenderal Soedirman. Dialah Panglima Tentara Nasional Indonesia pertama.

Soedirman terpilih alasannya yakni populer sebagai komandan tentara yang bijak dan bersikap kebapakan. Sikap ini sudah ditunjukkan jauh sebelum ia menjadi tentara.

Setamat pendidikan guru di HK Mohammadiyah Solo tahun 1934, ia menjadi Kepala SD Mohammadiyah di Cilacap sebelum Jepang menyerbu Indonesia.

Sebagai kepala sekolah, ia bersikap terbuka, mau mendengarkan pendapat orang lain, dan selalu siap memberi jalan pemecahan terhadap setiap persoalan yang timbul di kalangan para guru.

Majalah Forum Keadilan edisi 9 Januari 2O00 menyebutkan ia menjadi tenaga pengajar di sekolah menengah Mohammadiyah Cilacap, di mana ia juga aktif di organisasi Kepanduan Islam Hisbul Wathon (HW).

Sudah semenjak belia keteguhan hati Soedirman terpancar.

Sualu malam di tengah dinginnya udara malam pegunungan Dieng, sekelompok cowok Kepanduan Hisbul Wathon sedang berkemah.


Karena udara terlampau menusuk tulang, banyak rekan Soedirman yang meninggalkan perkemahan.

Tetapi sebagai pemimpin kepanduan, Soedirman bertahan hingga pagi.

Karier militer Soedirman diawali saat ia mengikuti latihan perwira tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Selesai mengikuti latihan, ia diangkat menjadi Daidancho (Komandan Daidan, setara batalyon) di Banyumas.

Beberapa bulan sehabis Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, pasukan Inggris mendarat di Indonesia atas nama Sekutu.

Mereka bertugas mengurus tawanan perang yang disekap Jepang, dan melucuti senjata tentara Jepang yang sudah kalah perang.

Di aneka macam daerah, mereka yang sedang menunggu diangkut pulang ke Jepang itu diminta menyerahkan senjatanya kepada tentara Indonesia.

Tetapi ada yang tidak rela menyerahkan senjata inventaris negara mereka.

Permintaan kemudian bermetamorfosis perebutan dengan paksa, hingga menelan banyak korban di kedua belah pihak.

Berbeda dengan Banyumas. Tak ada pertumpahan darah dalam proses penyerahan senjata.

Itu berkat kearifan mantan Daidancho Soedirman dalam berunding. la juga memperlihatkan jaminan santunan kepada bekas tentara Jepang.

"Para komandan TKR aneka macam kawasan yang hadir dalam rapat pimpinan di Markas Tinggi Tentara Keamanan Rakyat di Yogyakarta, kebanyakan dari Jawa Tengah," tulis Abdul Haris Nasution dalam "Tjatatan-tjatatan Sekitar Politik Militer di Indonesia" (Intisari Juni 1964).

"Dari Jawa Timur hanya beberapa, alasannya yakni sebagian besar sedang bertempur mempertahankan wilayah melawan Belanda.

Dari Jawa Barat sebagian besar tidak sanggup hadir, sedangkan dari Sumatera hanya hadir seorang kolonel yang mewakili enam divisi TKR."

Tapi bukan alasannya yakni dominasi komandan TKR dari Jawa itu Pak Dirman terpilih dengan bunyi terbanyak.

Di kalangan para perwira tentara, Pak Dirman memang memiliki kelebihan: teguh hati, lemah lembut tutur katanya, dan bersikap kebapakan mengayomi para bawahan.

Meski relatif masih muda, gres 29 tahun, ia pemimpin yang cepat mengambil keputusan mantap, kemudian tegas bertindak.

Sebagian orang menyampaikan Soedirman lahir 1912 di Bodaskarangjati, Rembang, tetapi sumber lain menyebutkan ia lahir di Purbalingga, 7 Februari tahun yang sama.

Yang terang prestasinya mempersatukan pelbagai laskar ke dalam badan ketentaraan dipandang bukan prestasi sederhana. (Moh Habib Asyhad)

Sumber : 


Tni ,Islam, Nasionalis.

Soekarno jatuh.  AS ada dibalik itu. Soeharto terpilih sebagai presiden. Selanjutnya bisa ditebak bahwa bandul politik dan kebijakan harus sesuai dengan agenda AS terutama dalam kancah perang cuek antara Blok Barat dan Unisoviet. Hampir semua kebijakan ekonomi Indonesia didukung oleh AS bersama sekutunya menyerupai Jepang, Eropa Barat. Indonesia terus membangun tiada henti hingga kesudahannya Soeharto sanggup gelar Bapak Pembangunan. Namun setelah perang cuek usai tahun 1991, masa masa terindah bersama AS berkahir sudah. AS tidak melihat lagi Soeharto sebagai golden boy. AS butuh pemimpin yang visioner di Indonesia. Dari tahun 1991 terjadi faksi di kubu TNI. Mengapa TNI? alasannya ialah unsur kekuatan orde gres ada pada TNI. Suka tida suka Golkar juga bab dari TNI.  Orde gres hanya bisa dijatuhkan oleh TNI. Bukan oleh kekuatan manapun.

Soeharto sadar itu. Dia tidak bisa terus bergantung kepada TNI. Makanya semenjak tahun 1990, dibuat ICMI. Kelahiran ICMI bukanah kebetulah sejarah belaka, tetapi erat kaitannya dengan perkembangan global dan regional di luar dan di dalam negeri. Menjelang simpulan dekade 1980-an dan awal dekade 1990-an, dunia ditandai dengan tanda-tanda akan berakhirnya perang cuek dan konflik ideologi. Seiring dengan itu semangat kebangkitan Islam di belahan dunia timur ditandai dengan tampilnya Islam sebagai ideologi peradaban dunia dan kekuatan altenatif bagi perkembangan perabadan dunia. Sejak  tahun 1991 Soeharto mulai memberi kiprah lebih luas kepada ICMI masuk dalam kabinet. Keadaan ini dibaca oleh TNI, terutama ketika ICMI mulai menguasai posisi penting di Golkar. 

Bagi Barat ( AS) kebangkitan Islam ini menjadi problem yang serius alasannya ialah itu berarti hegemoni mereka terancam. Apa yang diproyeksikan sebagai konflik antar peradaban lahir dari perasaan Barat yang subjektif terhadap Islam sebagai kekuatan peradaban dunia yang sedang berdiri kembali sehingga mengancam dominasi peradaban Barat. Yang pro kepada kekuasaan yang berbasis Islam ialah Soeharto. Dari situasi inilah Tentara Nasional Indonesia mulai terpecah. Secara membisu diam, Faksi pun terbentuk di internal TNI. Mengapa hingga terjadi faksi di Tentara Nasional Indonesia ? alasannya ialah islam yang dimaksud Soeharto bukan islam tradisional yang sudah terbukti setia kepada NKRI. Soeharto selalu curiga kepada NU dan Muhammadiah. Melalui Prabowo Subianto yang juga menantunya , Soeharto mulai melaksanakan pendekatan kepada kaum islam moderat, menyerupai Amin Rais, Nurcolis Madjid, dan lain lain. Dan juga meng eliminate perwira yang tidak sejalan dengan agenda Soeharto.

Jenderal yang paling di curigai oleh Soeharto ialah LB Moerdani. Ditengah semakin kuatnya cengkraman ICMI dalam Kabinet  Soeharto paska Pemilu, LB Moerdani memberikan ilham bagaimana menjatuhkan Soeharto. Itu disampaikannya di kediaman Fahmi idris dan dihadapan eks agresi 66 menyerupai Cosmas Batubara, dr. Abdul Ghafur, Firdaus Wajdi, Suryadi; Sofjan Wanandi; Husni Thamrin dan sejumlah tokoh Artikel Babo. Moerdani berbicara mengenai Soeharto yang menurunya, 'Sudah tua, bahkan sudah pikun, sehingga tidak bisa lagi mengambil keputusan yang baik. Karena itu sudah waktunya diganti'...Benny kemudian berbicara mengenai gerakan massa sebagai jalan untuk menurunkan Soeharto.” Tetapi ilham ini ditolak keras oleh Firdaus yang hadir dalam pertemuan itu. 'Kalau memakai massa, yang pertama dikejar ialah orang Cina dan kemudian kemudian gereja.' “ (Salim Said, Dari Gestapu Ke Reformasi, Penerbit Mizan, hal. 316).

Dalam buku 'Tragedi Seorang Loyalis', dikala menjabat Panglima ABRI Moerdani memberi komentar mengenai bisnis bawah umur Soeharto. Soeharto murka dan mecopot jabatan Moerdani. Dalam buku Sintong Panjaitan (komandan Den81 yang menyerbu Woyla), disebutkan Prabowo pernah merencanakan menculik Moerdani alasannya ialah tuduhan makar. Prabowo Subianto tidak memberi komentar mengenai bencana ini dalam bukunya. Perwira lain yang di curigai oleh Soeharto itu diantaranya ialah , Try Soetrisno, Agum Gumelar dan AM Hendropriyono, Fachrul Razi, Ryamizard Ryacudu, Luhut BInsar Panjaitan; Sintong Panjaitan, Sutiyoso; Soebagyo HS. Walau semua Pati itu berpretasi hebat namun karirnya tergantung dari rekomendasi Prabowo Subianto sebagai menantu kesayangan Soeharto.

Jusuf Wanandi dalam memoarnya menulis bahwa ketika Presiden Soeharto berhasil menetralisir efek Try Soetrisno dengan menempatkan Feisal Tanjung dan Prabowo Subianto , mudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan Benny Moerdani connection. Karenanya Soeharto menempatkan semua impian kepada Wiranto. Tetapi Soeharto salah menilai wacana Wiranto. Setelah dilantik sebagai Panglima ABRI, diketahui Wiranto menghadap Benny Moerdani dan meminta supaya setiap bulan bisa bertemu. Tanggapan Benny berdasarkan Jusuf Wanandi dan Salim Said ( dalam bukunya “Menyibak Tabir Orde Baru, hal. 365-366; Salim Said, hal. 320) ialah "Jangan berilusi, orang renta itu [Soeharto] tidak menyukai saya, tidak percaya kepada saya. Anda harus tetap di sana alasannya ialah Anda satu-satunya yang kita miliki. Jangan menciptakan kesalahan alasannya ialah kariermu akan selesai jikalau Soeharto tahu Anda erat dengan saya.”. Apakah Soeharto benar benar tidak tahu kalau Wiranto main dua kaki ? tentu tahu.  Makanya Soeharto lebih mempercayai menantunya Prabowo Subianto untuk mengawasi sepak terjang Wiranto bersama stafnya menyerupai SBY yang ketika itu Kasospol.  

Yang jadi pertanyaan ialah bagaimana dan apa bahwasanya yang terjadi pada krusuhan pada tanggal 13, 14, dan 15 Mei 1998 yang menewaskan 1.880 orang itu. Yang terang bencana itu panglima ABRi ialah Wiranto yang gres menjabat bulan Maret 1998. Tentu bencana itu tidak tiba begitu saja. Tanpa persiapan dan planning yang matang mustahil amuk massa yang begitu besar dan massive sanggup terjadi. Dalam hitungan jam sanggup mengkremasi sebagian besar ibu kota. Ini terang operasi militer. Wiranto masuk dalam kancah kekacauan yang sudah dipersiapkan jauh sebelumnya. Wiranto ada pada waktu dan kawasan yang salah. Karenanya beliau harus bersikap. Wiranto tentu tahu ada faksi di tubuh TNI. Ada yang pro ke Golkar ada yang pro ke Soeharto dan ada juga yang pro demokrasi.  Pada moment memilih sikap, Wiranto memilih pilihan kepada Pro demokrasi. Dia  bertekad akan mengawal proses suksesi dari Rezim Soeharto ke Habibie dan kemudian masuk proses reformasi dengan diamandemennya Undang-Undang Dasar 45. 

Namun suksesi ke Habibie tidak diinginkan oleh Prabowo Subianto. Sehari setelah Habibie dilantik sebagai Presiden menggantikan Soeharto, beliau mencopot Letjen Prabowo Subianto dari jabatan Panglima Kostrad pada 23 Mei 1998. Mengapa ? Karena Habibie mendengar laporan Panglima ABRI Jenderal Wiranto mengenai pergerakan pasukan Kostrad secara besar-besaran dari luar kota menuju Jakarta. Selain itu, sebagian di antara pasukan itu disebut telah "mengepung" kediaman Habibie di Kuningan dan Istana Kepresidenan. Wiranto juga tahu proses penculikan aktifis pro demokrasi dari periode Desember 1997 hingga Februari 1998 dilakukan oleh Prabowo di era Panglima Faisal Tanjung. Artinya Prabowo memang punya agenda tersendiri dengan adanya chaos yang sehingga lengsernya Soeharto. Tetapi pada moment itu, Soeharto lebih percaya WIranto untuk melewati proses suksesi secara UU. Padahal tadinya mungkin Prabowo berharap Soeharto mengeluarkan dekrit menunjuk dirinya sebagai Penguasa transisi.

Habibie berkuasa tidak lebih 17 bulan. Faksi Habibie di Golkar ialah kaum intelektual islam yang moderat. Faksi ini umumnya di dominasi oleh almuni HMI yang ada di GOLKAR. Namun dalam kurun waktu yang singkat kekuasaanya itu Habibie tidak bisa jauh dari faksi Tentara Nasional Indonesia yang pro Soeharto dan pro demokrasi. Elite Golkar tidak suka ini. Karenanya ketika Akbar Tanjung berhasil merebut ketua Umum Golkar dari Harmoko  dan menggusur semua kekuatan Tentara Nasional Indonesia Pro Soeharto di DPP, Golkar pun menolak pertanggungan jawab Habibie sehingga Habibie dilengserkan secara kuntitusi dihadapan sidang MPR/DPR. Tanpa ada amarah dan selalu dengan wajah senyum menyaksikan detik detik berakhirnya sejarah beliau sebagai pemimpin di negeri ini. Kekuasaan berikutnya walau terang PDIP sebagai pemenang pemilu. Namun poros tengah islam dibawah koordinasi Amin Rais berhasil menempatkan Gus Dur sebagai Presiden dan Megawati sebagai wakil.

Siapa yang ada dibalik terbentuknya poros tengah itu? tak lain ialah Wiranto bersama faksi Tentara Nasional Indonesia yang pro demokrasi termasuk SBY. Ketika itu SBY ialah kasospol ABRI. Dia bertugas menjalin komunikasi dengan kekuatan politik dari golongan manapun terutama dengan islam. Hubungan dengan ormas islam sudah terjadi usang semenjak SBY masuk ke Markas ABRI. Bersama LBP , SBY punya jalan masuk kesemua petinggi Ormas islam. Secara tidak pribadi SBY berperan melakun silent revolution dikalangan patron umat islam supaya punya kekuatan untuk bersatu dalam politik. Bukan hanya kepada kelompok islam, kepada pro demokrasi juga relasi SBY manis sekali. Waktu bencana 27 Juli 1996 penyerbuan markas PDIP yang memakan korban tidak sedikit itu, SBY ialah Kasdam Jaya yang pangdamnya ialah Soetioso. Hubungan antara Megawati dengan SBY. Gus Dur dengan SBY, sudah terjalin lama. Makanya jangan kaget ketika Era Gus Dur, SBY sanggup posisi Menteri Pertambangan dan energi. Era Megawati jadi MenkoPolkam. Andaikan waktu itu SBY ialah faksi yang pro Soeharto, mungkin Megawati sudah dihabisi. Tetapi ini Megawati seakan dilindungi dari pihak yang ingin menghabisinya. Soetiyoso diangkat jadi Gubernur DKI periode kedua ketika presiden Era Megawati.

Lantas siapakah Godfather dari faksi Tentara Nasional Indonesia pro Demokrasi itu ? beliau ialah nasionalis sejati. Dia ialah Try Soetrisno. Semua mereka menyerupai Wiranto, SBY, Agum Gumelar, AM Hendropriyono, Fachrul Razi, Ryamizard Ryacudu, Luhut Panjaitan; Sintong Panjaitan, Sutiyoso; Soebagyo HS ialah faksi Try Soetrisno. Hubungan Try Soetrisno dengan ormas islam terutama NU dan Muhamamdiah sangat kuat. Try Soetrisno mendukung lahirnya PKB, PAN, PK. Tujuannya supaya umat islam punya wadah usaha secara politik. Bagaimanapun islam ialah asset nasional yang harus menjadi kekuatan real dalam membangun bangsa dan negara. Namun konsesi politik dan proteksi ini dalam konsep faksi Try Soetrisno ialah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45. Artinya semua kekuatan yang ada di indonesia harus dalam bingkai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45.  Posisi Try Soetrisno ini dibuktikan dengan terpilihnya Gus Dur  sebagai presiden dalam Voting sidang Umum DPR/MPR. Di era Gus Dur, Tentara Nasional Indonesia di reformasi dengan kembali ke fungsinya sebagai prajurit profesional. Tentara Nasional Indonesia hanya patuh kepada UU. Tidak lagi berpolitik. Namun para purnawirawan Tentara Nasional Indonesia terus melanjutkan faksi itu dengan ikut mempengaruhi situasi politik dalam negeri. Semua faksi bersatu ketika  terjadi konflik antara Gus Dur dan DPR. Apalagi dikala Gus Dur menerbitkan dekrit wacana pembubaran MPR/DPR serta pembekuan Partai Golkar. Ini  sama saja perang kepada semua faksi yang ada di TNI. Walau sudah ada UU Tentara Nasional Indonesia yang tidak berpolitik dan patuh kepada UU, namun Tentara Nasional Indonesia tidak mau loyal kepada Gus Dur untuk mengamankan Dekkrit Presiden itu. Gus Dur di jatuhkan alasannya ialah murni problem politik. bukan alasannya ialah problem skandal Bulog.

Tahun 2004 SBY terpilih sebagai presiden lewat Pemilu pribadi sesuai Undang-Undang Dasar 45 yang sudah di revisi di era Megawati. Semua grand design Try Soetrisno untuk membangun kekuatan islam , nasionalis dan demokrasi dalam bingkai NKRI dan Pancasila jadi berantakan. SBY memakai kekuatan akar rumput islam dan Golkar yang selama beliau menjabat Kasospol dan Menko Polkam sangat dikuasai orang orangnya, dan tentu sudah beliau bina tahunan sesuai potensi mereka. Darimana dananya ? Mantan Diplomat H Cholid Mawardi dan analisis Mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin), AC Manulang yang kini dikenal  sebagai pengamat inteljen di Asia. Menurut Cholid yang juga mantan Ketua PBNU itu, Amerika sangat berkepentingan dalam pesta demokrasi pemilihan presiden pribadi di Indonesia. Mereka telah menurunkan tim dengan proteksi dana yang tidak terbatas. Amerika, lanjut Cholid, dinilai telah  bertransaksi dengan  salah seorang calon presiden untuk mengamankan kepentingan negerinya di Indonesia.

"Bayangkan, Collin Powel ke Jakarta hanya menemui SBY, menghadap presiden Megawati juga tidak. Ini  mengandung makna tertentu,"katanya. Ia juga mensinyalir telah terjadi deal ekonomi dan politik untuk kepentingan Amerika di Indonesia menyerupai Freeport, Mobil Oil dan pengamanan selat Malaka. Desas-desus juga menyebutkan, Amerika melalui SBY akan menimbulkan sebuah pulau di barat Padang sebagai pangkalan  militer menggantikan Pangkalan Subik. Sementara itu, AC Manulang  mengatakan, Amerika Serikat (AS) telah jauh-jauh hari menyiapkan calon presiden (capres) dari militer,  Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono. Karena itu, pemilihan presiden secara pribadi yang untuk pertama kali  digelar di Indonesia, tak lepas dari campur tangan Amerika Serikat (AS). Melalui biro intelijennya, CIA, AS ingin supaya presiden Indonesia mendatang berasal dari purnawirawan militer.

Menurut mantan Direktur Bakin ini, capres berlatar militer dianggap bisa menjalankan grand strategy global AS, yaitu memberantas terorisme. "Sipil dianggap tidak bisa menindak tegas kelompok Islam radikal, yang oleh Amerika disebut sebagai geng teroris di Indonesia. Manullang menambahkan, pada pemilu presiden putaran pertama lalu, CIA dihadapkan pada dua pilihan yang imbang, yaitu Jenderal (Purn) Wiranto dan Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Keduanya dianggap memahami grand strategy global AS tersebut. Namun belakangan, sebelum masa pencoblosan 5 Juli lalu, Wiranto lebih cenderung mendekati kelompok Islam garis keras. Karena itu, kesudahannya CIA mendukung SBY.

"Kenapa Wiranto nggak didukung CIA? Dia itu erat dengan kelompok Islam, yang oleh Amerika dicap sebagai separatis. Kita lihat hasil pemilu di Pesantren Al-Zaytun, kemudian hasil musyarawarah para habib dan kiai dari FPI dan MMI di Gedung Joeang beberapa pekan sebelum pemilu presiden. Jelas sekali, mereka menolak SBY dan mendukung Wiranto. Ini semua dilaporkan anggota CIA ke CIA Pusat di Amerika. Lalu pimpinan CIA menginstruksikan supaya Wiranto jangan didukung," ujarnya. Dengan demikian, tambah Manullang, siapa yang harus didukung CIA sudah jelas, alasannya ialah tinggal satu calon. Megawati tidak mungkin, alasannya ialah dianggap telah gagal menjalankan misi CIA. Amien Rais niscaya tidak akan didukung CIA, alasannya ialah dianggap salah satu pimpinan Islam garis keras. Sedang Hamzah Haz, tak pernah masuk pilihan alasannya ialah niscaya tidak akan menang. "Jadi Amerika itu sudah mempersiapkan SBY semenjak jauh-jauh hari untuk jadi presiden," katanya. Doktor sosiologi politik lulusan Universitas Mainz Jerman ini yakin, bahwasanya siapapun yang didukung CIA niscaya akan memenangkan pemilu di Indonesia.  

Alasan dia, kerja AS sangat profesional. Untuk menjalankan misinya di Indonesia, CIA telah menyusupkan 60 ribu intelijennya di Indonesia semenjak sebelum pemilu legislatif 2004 lalu. Mereka ialah warga Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan intelijen di luar negeri. Karena itu, keberadaannya sulit dikenali. "Soal ini kan pernah diakui oleh KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu, bahwa ada sekitar 60 ribu intelijen ajaib di Indonesia," ujarnya. Lebih lanjut Manullang menilai, siapapun capres yang didukung CIA niscaya akan memenangkan pemilu presiden putaran kedua. "Siapa yang akan jadi presiden Indonesia ke depan, bahwasanya namanya sudah ada di tangan Amerika. Kan mereka yang men-setting. Bahkan bukan hanya Indonesia, CIA juga berperan dalam suksesi kepemimpinan nasional di beberapa negara di dunia," ujarnya. Setelah itu, masih berdasarkan Manullang, presiden yang didukung CIA akan dikendalikan oleh AS jikalau sehabis terpilih. Agendanya ya Agenda AS.

Tahun 2009. Megawati mencalonkan diri sebagai Presiden dan berpasangan dengan Prabowo. Secara tidak pribadi Megawati mencoba menarik proteksi dari Tentara Nasional Indonesia Faksi Cendana dengan menimbulkan Prabowo sebagai Cawapres. Namun kekuatan ini tidak significant untuk menghadapi SBY yang justru didukung oleh barisan islam yang berhasil dikendalikan lewat silent revolution. Nah Tahun 2014, SBY tidak lagi dilirik oleh AS. Karena kekuasaan ada pada Partai Demokrat. Sementara koneksi SBY ada pada partai Republik. Partai Demokrat AS inginkan pemilu berlangsung tertip dan demokratis tanpa ada rekayasa apapun. Megawati terpaksa tidak lagi maju sebagai capres. Namun Mega butuh PDIP menjadi partai penguasa dan karenanya beliau butuh figur yang disukai rakyat. Pemilihan Jokowi sebagai Capres lebih alasannya ialah Jokowi ialah satu satunya calon yang tidak bersinggungan dengan faksi politik nasional. Karenanya Akan gampang menarik faksi Tentara Nasional Indonesia bergabung. Makara beban sejarah atau masa kemudian hampir tidak ada. Tentu dengan rekam jejak menyerupai itu akan memudahkan Jokowi menghadapi konstelasi kekuatan dalam negeri maupun luar negeri kelak bila beliau terpilih sebagai presiden

Namun ketika proteksi Faksi Tentara Nasional Indonesia Try Soetrisno kepada PDIP atas Capres Jokowi, partai lain yang merasa punya relasi dengan faksi Tentara Nasional Indonesia Try Soetrisno merasa ditinggalkan. Mereka tidak bisa menerima. Mengapa harus PDIP? mengapa bukan Partai islam yang terang jelas punya sejarah erat dengan TNI. Mengapa bukan Golkar yang terang didirikan oleh TNI. Tetapi Try Soetrisno tetap dengan sikapnya. Bahwa beliau ingin PDIP yang maju dan capresnya didukung. Semua Elite Tentara Nasional Indonesia binaan Try Soetrisno tentu ada dibelakang Jokowi. Mereka ialah Wiranto, Agum Gumelar, AM Hendropriyono, Fachrul Razi, Ryamizard Ryacudu, Luhut Binsar Panjaitan; Sintong Panjaitan, Sutiyoso; Soebagyo HS. Bahkan termasuk SBY ialah pihak yang secara tidak pribadi mendukung Jokowi. Tentu dengan cara yang rumit dan memilih sekali. Mengapa begitu solid proteksi itu ? alasannya ialah yang dihadapi ialah Prabowo Soebianto yang terang lawan faksi Try Soetrisno. Sebetulnya antara Tentara Nasional Indonesia dan ormas Islam tidak punya masalah. Yang punya problem itu ialah PDIP dengan ormas islam. Mungkin relasi yang mesra antara PDIP dengan NU. Mungkin faktor sejarah dimasa kemudian dimana NU berhasil menciptakan pecahnya barisan islam dalam Masyumi. Kemudian bergabung dalam barisan nasional yang dibuat oleh Soekarno : NASAKOM.

Kemenangan Jokowi atas Prabowo dalam Pilpres 2014, telah menciptakan faksi Tentara Nasional Indonesia Pro cendana dan kelompok islam meradang. Khususnya ada ormas islam  menyerupai FPI, FUI yang punya koneksi dengan jaringan islam international menyerupai HT, Al Qaida, Ikhwanul Muslim (IM)) sangat mengenal erat siapa itu Wiranto. Karena dulu mereka berdiri atas prakarsa Wiranto. Era SBY mereka berperan sebagai pressure group yang sering dimanfaatkan oleh Faksi Tentara Nasional Indonesia Try Soetrisno. Bahkan HRS pernah masuk penjara di era SBY. Tidak sedikit orang FPI yang meninggal di penjara di era SBY. Saat kini ormas islam yang anti Jokowi /PDIP ialah mereka yang tadinya dibina oleh TNI. Para PATI yang turut membina itu semua ada dikubu Jokowi sekarang. Hanya saja ormas islam itu kini mereka tidak diposisi Jokowi tetapi di posisi Prabowo. Antara Prabowo dan kekuatan islam, punya agenda yang berbeda. Saat kini mereka bersatu untuk mencapai sasaran ganti presiden. Kalau tercapai sasaran ini maka selanjutnya bicara konsesi politik yang tentu berujung konsesi bisnis. Apakah mudah? tidak juga. alasannya ialah sistem negara kita menganut trias politika. Presiden tidak otomatis berkuasa penuh. Tanpa proteksi dewan perwakilan rakyat , Presiden tidak akan bisa melaksanakan fungsi UU nya. Prabowo akan melaksanakan hal sama menyerupai mertuanya. Islam hanya dimanfaatkan untuk naik tangga. Setelah hingga diatas , maka islam ialah pihak pertama yang akan di kebiri. Mengapa? apapun faksi Tentara Nasional Indonesia itu, idilogi mereka terang ialah Nasionalis. Makara islam dan komunis itu tidak ada kamusnya  dalam dokrin TNI. Dokrin Tentara Nasional Indonesia ialah PANCASILA. Itu final!

Jadi semenjak jatuhnya Soeharto ritme politik ditentukan oleh tiga orang jenderal , WIRANTO, PRABOWO dan SBY. Sampai kini mereka eksis. Kalau mereka bertiga bertemu, maka semua hal yang rumit sanggup menjadi mudah. Makara problem politik negeri ini engga juga ruwet. Hanya tiga orang duduk bareng minum kopi , selesai dah urusan. Makara damai sajalah. Semua akan baik baik saja. Yang terang Jokowi bukan lawan bagi siapa saja, bukan pula musuh bagi partai manapun. Jokowi hanya profesional untuk melaksanakan amanah UU dan memastikan elite politik dan elite ormas tetap bisa ha ha hi hi, disuasana mendung masih bisa memetik buah dan membaginya.  

Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/

Presiden Joko Widodo Bertolak Ke Singapura Hadiri Ktt Asean

Foto: Biro Pers Istana

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo hari ini, Selasa 13 November 2018, bertolak ke Singapura dalam rangka kunjungan kerja. Presiden Jokowi dan rombongan terbang memakai pesawat Kepresidenan Indonesia-1 dari Pangkalan Tentara Nasional Indonesia AU Halim Perdanakusuma, Jakarta pada pukul 10.00 WIB.

Selama di Singapura, Presiden akan menghadiri KTT ke-33 ASEAN yang akan berlangsung pada 13-15 November 2018. Pada kesempatan ini, Indonesia akan mematangkan proses pengembangan kolaborasi Indo-Pasifik.

Selain itu, sebagai koordinator ASEAN-Rusia, Presiden Jokowi direncanakan memberikan statement ASEAN dalam pertemuan ASEAN-Rusia. Dibawah kordinasi Indonesia, kolaborasi ASEAN-Rusia telah menjadi kemitraan strategis.

Di sela-sela pelaksanaan KTT ASEAN, Presiden juga diagendakan untuk melaksanakan beberapa pertemuan bilateral.

Setelah KTT ASEAN, Presiden akan melanjutkan kunjungan kerja ke Port Moresby, Papua Nugini, untuk menghadiri KTT ke-26 APEC pada 17-18 November 2018.

Pada KTT APEC yang bertema ’Harnessing Inclusive Opportunities Embracing Digital Future’, Indonesia akan mengedepankan antara lain, pemanfaatan teknologi digital untuk pembangunan inklusif.

Selama di Port Moresby, Presiden juga direncanakan melaksanakan pertemuan bilateral serta obrolan dengan 12 pimpinan negara kepulauan Pasifik untuk membahas kolaborasi bahari dan penanggulangnan perubahan iklim.

Turut serta mendampingi Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo dalam penerbangan ke Singapura antara lain, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Sekretaris Militer Presiden Marsda Tentara Nasional Indonesia Trisno Hendradi, Kepala Protokol Negara Andri Hadi, Sekretaris Pribadi Presiden Anggit Noegroho, Komandan Paspampres Mayjen Tentara Nasional Indonesia (Mar) Suhartono, dan Staf Khusus Presiden Adita Irawati.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah terlebih dahulu tiba di Singapura untuk menghadiri pertemuan tingkat menteri dan mempersiapkan kedatangan Presiden.

Tampak melepas keberangkatan Presiden dan Ibu Iriana, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Tentara Nasional Indonesia Siwi Sukma Adji, Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Tentara Nasional Indonesia Yuyu Sutisna, Wakapolri Komjen Polisi Ari Dono Sukmanto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Ketua DPRD Prasetyo Edi Marsudi. [Biro Pers Istana]

Bukan Saatnya Menang...

Anak ku,
Dulu kami sebagai aktifis mencar ilmu politik tidak dari sosmed atau media massa, sebab waktu itu belum ada sosmed dan lagi media massa tidak bisa seratus persen di percaya. Kebebasan masih di pasung. Kami mendapat pengetahuan dan wawasan politik dari banyak membaca buku. Berbagai litetarur tentang  politik, sosial, ekonomi dan agama, kami baca hingga tuntas. Tak semua kami bisa membeli buku namun piknik kami bukan ke mall tapi ialah perpustakaan nasional. Di sanalah kami membenamkan diri melahap buku.Setelah itu kami akan terlibat diskusi dengan sahabat sahabat sesama aktifis. Dari diskusi itulah wawasan kami semakin kaya dan paham di mana kami berdiri. Paham mengapa kami harus berjuang. Kami sedari usia muda sudah terlatih berdebat dengan santun dan   smart.  Bukan untuk saling menyalahkan tapi saling mengingatkan bahwa walau kami berbeda paham namun kami punya satu tujuan, yaitu membela kebenaran, kebaikan dan keadilan.

Kamu tahu Nak, proses sejarah usaha kaum terpelajar Indonesia menuju Indonesia merdeka di pengaruhi oleh empat golongan yaitu Nasionalis, TNI, Agama  dan Komunis. Ini fakta sejarah. Ke empat golongan  ini bersatu ketika menyusun konsep kemerdekaan Indonesia dengan lahirnya Pancasila. Dalam palsafah Pancasila idiologi keempat golongan itu terwakili. Tapi dalam kenyatannya ke empat golongan itu memang punya aktivitas masing masing yang tersembunyi dibalik Pancasila. Kelompok Agama, dalam hal ini Islam ingin mendirikan negara Islam. Kelompok Komunis ingin mendirikan negara komunis. 

Memang baik Komunis maupun islam punya kesamaan yaitu internationalisasi. Sementara nasionalisme tidak ingin ada negara Agama atau negara golongan. Baik islam maupun komunis , keduanya pernah terlibat pemberontakan. Tahun 1948 terjadi pemberontakan Madiun oleh PKI. Kekuatan islam berkali kali melaksanakan makar menyerupai Gerakan DI/TII Daud Beureueh, Gerakan DI/TII Ibnu Hadjar, Gerakan DI/TII Amir Fatah, Gerakan DI/TII Kahar Muzakkar, PRRI yang didukung oleh Tokoh Masyumi. Semua pemberontakan itu berhasil dipatahkan oleh TNI/ABRI. Ketika terjadi pemberontakan G30S PKI, ketika itulah Tentara Nasional Indonesia melaksanakan propaganda bahwa PKI anti Tuhan sehingga dengan gampang menarik massa Islam dalam satu barisan untuk mengakibatkan Soeharto sebagai Presiden.

TNI berperan besar mencambuk kaum nasionalis dan komunis paska G30S dengan keluarnya Tap MPRS XXV/MPRS/1966 bahwa PKI sebagai Partai Terlarang di Indonesia karena tidak sesuai dengan Pancasila. Padahal tokoh PKI menyerupai Tan Malaka, Amir Syarifuddin, Chaerul Saleh, Sukarni dll ikut terlibat membidani lahirnya republik ini yang bersendikan kepada Pancasila. Makara PKI memang korban politik berebut hegemoni diantara kekuatan idiologi di Indonesia.

Namun Nak, yang harus kau pahami bahwa tugas umat islam dari semenjak awal kemerdekaan hingga jatuhnya rezim Soeharto selalu di manfaatkan sebagai benteng terakhir bagi Tentara Nasional Indonesia untuk menggusur kekuatan kolonialis dan nasionalis yang berkuasa. Cobalah perhatikan, ketika merebut kemerdekaan, Ulama sejawa mengeluarkan anutan bahwa perang melawan kolonialis asing  ialah jihad. Fatwa itu tidak tiba dengan sendirinya. Tapi berkat bujukan dari Tentara di bawah pimpinan pengalima Sudirman yang di kenal sangat religius itu. Karena itulah Ulama tergerak hati mengerahkan rakyat untuk bersama sama dengan Tentara menyabung nyawa dalam perang kolosal di setiap wilayah Indonesia. Tak terbilang jumlah suhada menjadi nisan tak bernama. 

Setelah kolonial absurd di usir. Kekuasan tidak jatuh ke golongan Islam. Tapi jatuh ke kelompok nasionalis. Ketika Soekarno melemah, kembali kelompok Islam di provokasi Tentara Nasional Indonesia untuk bersama sama menjatuhan Soekarno dengan mengakibatkan PKI sebagai pintu masuk. Soekarno jatuh dan PKI di nyatakan sebagai Partai terlarang, islampun tidak mendapat tugas apapun dalam kekuasaan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Kekuasaan tunggal ada di bawah Soeharto yang di back up ABRI. Partai islam di bolehkan berdiri namun di awasi ketat perkembangannya dan segala infrastruktur politik islam di kebiri. Ketika Soeharto harus di jatuhkan maka kembali kekuatan Tentara Nasional Indonesia memakai elite islam menyerupai Amin Rais dari Muhamaddiah dan Gus Dur dari NU yang merupakan ormas terbesar di Indonesia sebagai corong menggiring massa Islam bersimpati atas gerakan reformasi dan mengakibatkan mahasiswa sebagai pemicu terjadinya chaos. Soeharto pun jatuh.

Pertanyaannya mengapa di setiap moment pergantian kekuasaan selalu islam sebagai benteng terakhir Tentara Nasional Indonesia untuk mendapat santunan menjatuhkan kekuasaan. Namun ketika kekuasan masih berlangsung malah islam tidak mendapat tempat?. Bahkan  bila golongan Islam ingin menyuarakan kebenaran harus berhadapan dengan moncong senjata TNI. Jawabnya sederhana. Bahwa emosi rakyat Indonesia yang lebih banyak didominasi Islam memang gampang di provokasi untuk menjadi pemicu terjadinya revolusi. Karena sebenarnya setiap revolusi dan reformasi terjadi bukan sebab rekayasa atau buah pemikiran orang tapi lebih sebab situasi dan kondisi terjadi begitu saja di masyarakat. Mengapa? semua berawal sebab dilema ekonomi. Karena pemerintah gagal mengatasi ekonomi dan korban terbesar ada para rakyat yang lebih banyak didominasi umat islam. Itulah mengapa gampang sekali umat islam di provokasi menjadi kekuatan kolosal menjatuhkan penguasa.  Dan sehabis revolusi terjadi, kekuatan islam kembali pada kehidupan menyerupai sebelumnya di mana mereka menjadi umat yang gagal bersaing dengan kelompok minoritas. Mereka tidak  menjadi bagaikan karang di tengah lautan tapi lebih bagaikan buih di lautan yang gampang di sibak oleh sampan kecil. Selagi kelompok menengah dan atas solid , dan ekonomi tumbuh sehat, maka tidak akan pernah ada revolusi yang sukses.

***
FPI ( Front Pembela Islam )  bersama ormas islam Artikel Babo bertekad melengserkan Ahok melalui cara extra parlementer dengan issue menistakan agama. Demikian yang di pahami orang. Saya tidak tahu siapa yang mendesign munculnya kekuatan islam pada moment sekarang. Bagaimana ia begitu yakin  FPI dan ormas islam bisa melengserkan Ahok, yang juga berharap bisa saja bergerak menjatuhkan Jokowi. Apakah ini merupakakan awal dari aktivitas besar untuk merubah Republik yang bersendikan Pancasila menjadi bersendikan Syariah Islam? Apakah ini hanya hard game dari elite politik? Apakah gerakan itu akan mendapat santunan dari cendikiawan ? Apakah akan mendapat santunan kelompok Menengah dan Atas?. Apakah mendapat santunan dari semua Elite partai? 

Mengapa ini saya tanyakan ? sebab kekuatan extra parlementer di manapun berada akan menjadi people power apabila didukung oleh kelompok yang saya tanyakan tersebut. Kerumunan rakyat banyak yang berdemo tidak pernah masuk perhitungan kalkulasi politik. Karena moncong senjata Polisi dan Tentara Nasional Indonesia selalu di arahkan kepada rakyat bukan kepada elite politik. “ Para pegiat agama diwilayah politik hanyalah omong kosong. Mereka sedang mencoba bargain position tapi sebenarnya itu tak lebih mastur politik. Membosankan dan memalukan. Yakinlah kepentingan elite politik berserta kelompok menengah bukanlah idiologi tapi kepentingan ekonomi. Semua elite politik dan birokrat berada dalam kalkulasi bisnis. Harap maklum bahwa kini 90 % APBN bersumber dari Pajak dan ingat ! bahwa 90% pembayar pajak ialah corporate dan kelompok menengah dan atas. Kepentingan business dan kelompok menengah haruslah segala galanya, dan semua itu bermuara kepada UANG." ”  Demikian kata sahabat saya seorang aktifis. 

Mengapa ? Kita mengenal uang sebagai ujud lembaran kertas atau koin. Uang itu kita kenal dan bersahabat dengan keseharian kita untuk melaksanakan aktifitas pertukaran barang dan jasa. Dengan uang maka semua ada nilai untuk dibeli, dijual dan di nominalkan. Lantas bagaimanakah uang itu di ciptakan dan darimana asalnya ? Dahulu kala uang itu di buat dari emas dan perak. Berapa nilai uang itu , ya tergantung dari beratnya koin emas atau tembaga. Artinya uang berafiliasi pribadi dengan nilai materi yang menempel padanya. 

Tapi ia kurun modern , ketika populasi insan semakin bertambah, kebutuhan semakin luas, perpindahan penduduk, barang dan jasa semakin cepat. Maka uang tak bisa lagi sepenuhnya ditentukan dengan materi yang ada. Uang sudah bergeser menjadi ”sebuah nilai ” yang tak bisa lepas dari "Internationalisasi." Uang dan politik ialah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Suka tidak suka inilah kenyataanya. Dari segi monetary system kita menyatu dengan system keuangan global. APBN harus di buat menurut Standard Government Finance Statistic (SGFS) yang sehingga kekuatan fiskal negara sanggup setiap ketika dimonitor sebagai dasar forecasting value Rupiah. Di samping itu juga Sistem Akuntasi Moneter Bank Indonesia harus mengacu kepada International Reserves and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). Sehingga setiap detik posisi devisa BI sanggup di monitor secara international. Semua menjadi transference dan terhubung keseluruh dunia secara borderless 

Walau semua serba transference namun pasar berbuat sesukanya berdasar data real tesebut. Di sinilah nilai uang di ukur dan di tentukan oleh segelintir pemain. Cadang devisa negara dalam banyak sekali mata uang tak lagi terkait pribadi dengan jumlah rupiah yang beredar. Cadangan devisa hanya di pakai untuk transaksi atau belanja yang mengharuskan tunai atau cash advance bermata uang asing. Sementara hampir 90% transaksi lintas negara ( cross border ) yang dilakukan dunia usaha tidak berupa cash advance tapi commitment. Commitment ini dalam bentuk instrument yang di legimite oleh kesepakatan multilateral baik dalam kuridor WTO maupun BIS dan Artikel Babo. Hitunglah berapa perputaran uang dibalik commitment itu?. Anda akan terkejut. Jumlahnya diatas cadangan devisa negara kita. Bahkan melebihi SUN yang kita terbitkan. Atau melebihi dari jumlah pajak yang terkumpul. 

Proses uang itu sangat sophisticated, misal Corporate melakukan pinjaman luar negeri. bermata uang asing. Apabila mereka mendapat penghasilan dalam mata uang rupiah, lantas bagaimana menjamin keseimbangan kurs antar mata uang semoga transaksi ini tidak merugikan. Pertanyaan berikut, apabila pinjaman itu gagal siapakah yang akan menjamin uang itu kembali. Juga bermacam-macam kegiatan investasi yang berhadapan dengan resiko perbedaan kurs itu. Pertanyaan ini akan panjang sekali bila kita melihat melalui kacamata uang secara normal.Proses itu bergerak sangat cepat , bukan lagi jam atau hari ukurannya tapi detik.

Tapi dalam system moneter ini sudah diantisipasi. Yaitu melalui banyak sekali instrument derivative yang mendukung proses perputaran uang. Instrument ini tidak melihat devisa negara sebagai kekuatan mata uang. Tidak melihat mendasar ekonomi sebagai dasar uang. Tapi melihat dari sisi ”kepercayaan ” ( trust ). Trust ini ialah energy ( power) dari uang itu sendiri untuk terus berputar mengorbit melintasi dunia sebagai alat tukar. Sementara system moneter ialah software untuk memungkinkan uang terkendali sesuai aktivitas yang diinginkan. Di dalam software itu terdapat fiture menyerupai CDS dan banyak sekali produk derivative keuangan Artikel Babo. Besar /kecilnya atau besar lengan berkuasa / lemahnya trust ( energi) sanggup dilihat dari tingkat premium credit Default Swap (CDS) yang dibayar.  

CDS itu biasanya meliat tingkat rating ( trust ) obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah. Semakin murah CDS semakin tinggi tingkat ”trust” dan tentu semakin tinggi energy yang berputar. Arus investasi akan masuk deras. Nah, Apa jadinya bila CDS tingkat premiumnya semakin tinggi ? tentu ongkos transaksi semakin mahal dan resiko semakin terbuka lebar. Uang akan mengalir keluar ketempat yang energynya besar. Pada ketika inilah commitment uang menjadi hancur. Bila hancur maka mata uang yang kita pegang lepas dari orbit. Uang akan terjun bebas tak terkendali hingga harga harga barang sehari hari akan melambung tinggi tentu akan menciptakan rakyat miskin semakin miskin.Yang kaya jatuh miskin.

Jadi Nak, uang bukan hanya lambang legitimate dan kekuasaan negara tapi juga uang sebagai lambang kepercayaan. Bila kita percaya tapi dunia tidak percaya maka kita hancur. Bila dunia percaya tapi rakyat tidak percaya, masih engga ada masalah. Apabila Ahok sanggup di jatuhkan oleh kekuatan extra parlementer maka reputasi negara hancur dimata international. Trust hancur. Tentu Rupiah hancur. Karena jakarta ialah barometer Indonesia. Kecuali gerakan itu memang kehendak dari dunia international dan di dukung oleh kelompok menengah dan Atas, menyerupai jatuhnya Soeharto dan Mursi di Mesir. Tapi ini hanya di dukung oleh segelintir tokoh islam  dibawah Ormas Islam yang tak pernah berhasil mengakibatkan partai Islam unggul dalam Pemilu. Artinya mereka memang tidak dukung oleh lebih banyak didominasi rakyat. Dunia tahu itu. 

Melunaknya perilaku elite Politik dari KMP terhadap Jokowi-JK, dan hasilnya koalisi bubar sebab mereka sadar bahwa bila kondisi politik tidak stabil maka kepercayaan jatuh dan rupiah akan hancur. Yang pertama jadi korban ialah rakyat banyak serta elite dari KMP sebab sebagian besar mereka ialah pengusaha yang sarat dengan hutang. Jatuhnya rupiah akan menciptakan hutang mereka semakin menggunung dan bisnis bankrut. Semua akan setuju siapapun yang menciptakan instabilitas politik akan digilas ,siapapun itu.

***
Nah Anakku, mengapa saya ceritakan ini semua? semoga kau sadar Nak, bahwa kurun kini dan selanjutnya jikalau kau ingin mengakibatkan syariah islam di tegakkan di negeri ini maka yang harus kau lakukan bukanlah demo dan teriakan amarah terhadap keadaan yang apa boleh buat sudah cacat. Kamu harus mulai membangun gerakan ashaf di bidang ekonomi yang bertumpu pada IPTEK dan di laksankan dengan dasar Tauhid untuk cinta bagi semua. Yakinlah, bila ini jadi gerakan kolosal maka hanya dilema waktu , Umat islam akan memimpin perubahan menuju peradaban negeri yang makmur di bawah lindungan Tuhan. Saya berharap ada pihak pihak yang seide dengan saya sanggup berdiskusi secara jernih bagaimana mestruktur gerakan itu secara terorganisir: berdikari , modern dan lentur. Memang tidak gampang tapi bila kita bergerak cita-cita itu tercipta. Seperti apa yang dikatakan oleh Lu Xun, penulis China ” cita-cita ialah menyerupai jalan didaerah pedalaman, pada awalnya tidak ada jalan setapak, semacam itu, namun banyak orang berjalan diatasnya, jalan itu tercipta

Kita bersyukur ketika kini Jokowi ialah presiden yang bukan elite partai, bukan birokrat, dan bukan TNI. Ini kesempatan besar bagi umat islam untuk ambil potongan dalam pembangunan ekonomi.  Mengapa ? Bagaimanapun semoga kekuasaanya stabil , ia akan terus menjaga keseimbangan kekuatan komponen bangsa, dan umat islam dengan santunan ulama akan mendapat tempat istimewa sebagai kawan pemerintah. Ayooo sikapi smart situasi. Kini bukan saatnya menang tapi jikalau kita terus bergerak dengan smart maka hanya dilema waktu kita akan menang dengan sendirinya sebagai sebuah sunatullah..


Pahamkan sayang..


Sumber https://bukuerizelibandaro.blogspot.com/